TITLE :
IT’S OK EVEN IF IT HURTS // PART 4 OF 6
AUTHOR : EVERG
GENRE : SAD, ROMANCE, DRAMA
LENGTH : 2 OF 6
RATING : PG-17
MAIN CAST :
·
KEY SHINee
·
YUI
·
HYEON
WARNING :
DON’T
LIKE DON’T READ, NO COPAS, banyak miss typo
READ my FF and give me your FEEDBACK about this FF
DISCLAIMER :
Karakter tokoh tidak sesuai aslinya. Hanya berupa hasil
imajinasi author. Seluruh hak cipta penulisan karakter, alur dalam cerita yang
tertulis asli milik author.
NOTE !!!!
FF ini sebenarnya
mu dibuat untuk menguras air mata tapi sorry kalau FF ini mlah gg ada
sedih-sedihnya. Malah cenderung ke drama
sinetron membosankan.
RCL
Please
EPISODE SEBELUMNYA
-HAPPY
READING-
^^^^
IT’S OK
EVEN IF IT HURTS
PART 4
ALL
YUI POV
Aku mendengar bunyi alat-alat di
sekelilingku. Aku membuka mataku dan melihat sekelilingku, putih dan bau
obat-obatan. Nyatanya ini, ini rumah sakit dan ternyata aku masih hidup. Selang
indus, alat bantu pernafasan dan berbagai alat lain terpasang di tubuhku. Saat
aku menoleh ke kanan, Baro Oppa
tertidur di sampingku.
“Oppa,
apa ini hukuman dari Tuhan karena pura-pura buta akan rasa cintamu untukku? Apa
rasa sakit yang kau rasakan sama sepertiku saat ini? Mianhae, mafkan aku. Andai
aku bisa memilih, aku lebih baik jatuh cinta pada Oppa saja? Tapi bagaimana, hanya orang itu yang aku inginkan. Hanya
dia yang mengisi otak dan hatiku. Bagaimana, huhuhuhu! “ Aku kembali menangis.
Aku sangat jahat padamu Baro Oppa.
“Yui, kau sudah sadar?” Baro Oppa mengucek matanya. “Kenapa kau
menangis? Mana yang sakit? Aku panggil dokter dulu, ne!” Baro Oppa terlihat khawatir saat melihatku
menangis. Baro Oppa pun berlari ke
luar.
“Mianhae, mianhae.”
Dokter dan beberapa suster pun masuk
dan mulai memeriksaku. “Anak manis mengapa menangis? Sudah, jangan menangis,
apa perlu dokter belikan permen agar kau berhenti menangis?”
“Aku sudah 18 tahun. Aku tak perlu
permen.”
“Dua hari juga kau sudah bisa pulang.
Cepat sembuh, banyak yang khawatir padamu.” Dokter itu pun tersenyum sambil
mengelus kepalaku lalu pergi.
“Cengeng!” Baro Oppa membantuku duduk dan menghapus air mataku.
“Gomawo!” Setelahnya aku mencium pipi
Baro Oppa. Aku terkikik melihat wajah
Baro Oppa yang terkejut. “Oppa, Oppaku yang paling baik di dunia.”
Baro Oppa menjitak kepalaku, “Anak nakal! Mencium sembarangan.”
“Itu tanda kalau adikmu ini
menyayanggimu.”
“Adik? Hanya adik?” Baro Oppa duduk di sampingku lalu mengelus
kepalaku. “Baiklah, aku akan menjagamu seperti menjaga adikku sendiri.” Aku
memeluk erat Baro Oppa lagi. Mianhae,
Oppa. Mianhae.
^^^^
“Yui, kau baik-baik saja?” Seketika aku
melepaskan pelukanku, Baro Oppa pun
berdiri dan duduk di sofa. Orang ini, mau apa? Hyeon Eonni berjalan mendekat di mana bahunya dirangkul erat Key Oppa. Aku membuang mukaku.
“Bagaimana keadaanmu, Yui? Apa sudah
lebih baik?” Aku menepis tangan Hyeon Eonni
yang mau menggenggam tanganku. “Apa kau marah soal malam itu Yui?” Suara Hyeon Eonni terdengar bergetar, matanya pasti
sudah berair.
“Tinggalkan aku!”
“Kalau kau marah jangan salahkan Hyeon
Noona, ini salahku.”
“Aku permisi ke luar dulu.” Baro Oppa pun pergi.
“Aku bilang tinggalkan aku! Kalian
tuli!” Aku berteriak pada mereka. Hyeon eonni
tercenggang namun dia berusaha tersenyum padaku.
“Kalau kau marah karena kemarin malam
aku bersama Key, aku minta maaf. Aku tak bermaksud apapun. Aku hanya,
hanya....”
“Butuh tempat bersandar? Butuh
pelampiasan begitu?”
“Bukan, bukan seperti itu.”
“Kalau kau marah, marahlah padaku. Aku
yang memaksa untuk menemani Eonnimu
kemarin. Jangan salahkan Eonnimu
seperti ini. Dia tak tidur karena mengkhawatirkanmu sejak kemarin.”
“Tidak, aku yang kekanakkan.”
“Hah, lucu sekali! Kalian saling
menyalahkan diri sendiri untuk saling melindungi. Sudahlah, aku cukup tau saja
akan hal itu. Anggap saja kalian tak melihatku.”
“Kalau begitu bagaimana kalau aku yang
menyuapimu makan? Kau harus makan yang banyak.” Hyeon Eonni duduk di kursi di samping ranjangku lalu mengambil sepiring
makananku. Membujukku untuk makan, aku terus menutup rapat mulutku.
“Tidak mau!”
“Ayo makanlah, sedikit saja!”
“Tidak mau!” Hyeon Eonni terus memaksaku dan PRANKKK! Piring itu jatuh ke lantai. Aku
puas sekali melihat wajah Hyeon Eonni
yang terkejut.
“Sudah ku bilang aku tidak mau. Jangan
memaksaku.” Ucapku tanpa merasa bersalah.
“Biar, nanti aku yang membereskannya.
Aku akan membeli makanan lain untukmu.” Hyeon Eonni membereskan serpihan piring yang jatuh tadi lalu pergi. Pasti
dia mau menangis, cenggeng!
“Kau seharusnya tidak bertingkah
seperti itu pada Eonnimu.” Key Oppa menatapku tajam.
“Dia yang terus memaksaku, jadi bukan
salahku.” Aku menatapnya tak kalah tajam.
“Aku tau kau sengaja melakukan itu
untuk menyiksa Eonnimu. Menjatuhkan
segala kesalahan padanya. Kalau kau marah, marah saja padaku! Kau jahat sekali
pada Eonnimu sendiri.”
“Ya, aku memang jahat! Lalu Oppa mau apa!”
“Kau memang kekanakkan, tak bisakah
berfikir dewasa sedikit! Eonnimu
sudah banyak masalah dan sekarang kau menambah masalahnya. Adik macam apa kau!”
“Salahkan saja terus aku! BELA TERUS
MALAIKATMU ITU! Sebaik apapun aku, Oppa
selalu memandangku sebagai orang jahat, kan? Karena bagi Oppa hanya malaikat itu yang paling baik san suci di dunia ini.”
“Apa maksudmu?”
“Jangan fikir aku bodoh Oppa! Umurku sudah 18 tahun, aku sudah
tau apa itu cinta. Aku tau, aku tau dengan jelas siapa yang Oppa cintai selama ini. Oppa mencintai Hyeon Eonni, kan? Bahkan sejak kecil Oppa mencintainya. BENARKAN?” Jangan
menangis, jangan menangis, Yui.
“Lalu, kalau kau tau aku mencintai Eonnimu kenapa kau masih menerimaku
sebagai tunanganmu?”
“Aku juga tidak tau. Mungkin aku
terlalu berharap suatu hari Oppa bisa
berbalik mencintaiku. Aku terlalu percaya akan pepatah yang mengatakan bahwa
cinta akan tumbuh perlahan-lahan saat seseorang selalu bersama. Atau aku yang
masih saja menjadi pemimpi akan suatu saat Oppa
akan memandangku dan mencintaiku. Atai Oppa
memiliki penilaian lain tentang aku yang tak tau malu ini?”
“Yui, kau..”
“Aku mencinta Oppa sejak aku kecil, sekarang, mungkin sampai aku mati. Aku selalu
berdoa pada Tuhan agar suatu hari bisa menikah dengan Oppa. Yui kecil yang bodoh, mengira Key Oppa yang selalu mendekatinya dan mengajaknya bermain suka padanya.
Padahal Key Oppa hanya ingin lebih
dekat dengan putri impiannya, Hyeon Eonni.
Aku pun berusaha mati-matian menjadi seperti Hyeon Eonni. Hyeon Eonni yang
cantik, Hyeon Eonni yang lembut,
baik, apapun aku lakukan. Tapi tetap saja Oppa
tak pernah menatapku.”
Aku mencabut selang infusku dan mencoba
berdiri. Menopang tubuhku dengan kedua tanganku bertumpu pada pinggiran tempat
tidur. “Sampai suatu hari, aku seperti mendapat undian berhadiah. Key Oppa melamarku! Orang aku kira hanya
akan bersanding denganku di alam mimpi malah melamarku. Aku sangat senang
menerimanya. Namun dibalik itu dia hanya kasihan padaku. Menyanggupi permintaan
Ummanya untuk menjagaku dengan
menjadi tunanganku. Tapi tak apa, asal aku bisa disamping namja yang aku
cintai, aku bahagia.”
“Rasa sakit yang aku dapatkan selama
bertahun-tahun semakin bertambah setiap harinya. Terkadang aku berfikir apa ini
hukuman karena aku terlalu mencintai Oppa
yang nyata-nyatanya mencintai orang lain. Walaupun hatiku harus hancur
berulang-ulang, cintaku pada Oppa tak
bisa berhenti. Aku selalu menyatakan pada diriku aku akan menunggu Oppa sampai selamanya. Hingga Oppa berbalik mencintaiku.” Aku
tersenyum, biarkan, biarkan kau tau semuanya Oppa.
“Kenapa kau tak berhenti? Aku memang
hanya mencintai Hyeon Noona sampai kapanpun. Aku sama sepertimu, rela tersakiti
asal bisa terus di sampingnya. Kau mau tau alasanku melamarmu waktu itu? Aku
ingin terus berada di samping Eonnimu.
Melihatnya memandangku, tersenyum, mendengar suaranya. Bukankah dengan menjadi
tunanganmu aku akan ada alasan untuk selalu bersamanya? Lalu sekarang setelah
kau mendengar pengakuanku bukankah kau lebih baik berhenti sekarang? Jangan
sampai kau kehilangan semuanya. Karena sampai kapanpun aku tak akan mencintai
orang lain. Usahamu akan sia-sia saja, Yui.”
“TIDAK AKAN! Menyerah? Lalu membiarkan
Hyeon Eonni yang menang” Aku
tersenyum sinis. “Tidak akan pernah! Oppa
hanya ingin menyuruhku pergi, kan? Aku akan bertahan, aku akan menahan semua rasa sakitnya. Tak apa karena
aku mencintai Oppa, tak apa walaupun
sakit!”
“Keras kepala!”
“BIAR! Harusnya Oppa malu! Masih saja mengejar istri orang lain. Atau Hyeon Eonni yang tak tau malu? Sudah punya
suami tapi masih saja mengoda tunangan orang lain? MURAHAN!”
PLAK! Aku memegang pipiku yang memanas.
“Oppa menamparku? Oppa menamparku? Bukankah itu benar?
Atau apa kata lain yang lebih baik dari murahan!”
“Kau mau tampar lagi? Ayo, lakukan!”
“KEY!” Hyeon Eonni tiba-tiba masuk dan meletakkan makanan yang baru dibelinya di
meja. “Jangan pernah kasar pada adikku. Keluar! KELUAR AKU BILANG!” Eonni menutup pintu lalu menguncinya.
^^^^
“puas? Puas eonni melihat aku ditampar? Huh, bangga eonni dipuja banyak orang!”
“Aku tak sengaja menguping tadi. Jadi
aku mendengar semuanya. Aku ingin..”
“Oh, bagaimana pendapatmu? Bahagiakah?
Pesona Eonni ternyata masih terpancar
hingga kini. Ya, ampun! Bisa beri tau aku apa rahasianya?” Aku kembali
berbaring di kasurku.
“Kau mencabut infusmu! Sini aku bantu
mengobatinya, pasti sakit.”
“Jangan sentuh aku penghianat!
Sayangnya, sama sekali tak sakit! Aku sudah terbiasa dengan sakit yanglebih
dari ini.” Hyeon Eonni menunduk
kemudian tersenyum.
“Kau cemburu? Huh, adik kecilku sudah
bisa cemburu sekarang.”
“Ini bukan lelucon! Jangan sentuh aku!
Jauhkan tanganmu dari pipiku!”
“Baiklah, aku akan mengakui sesuatu
padamu. Aku tau kau sangat mencinta Key dan aku juga tau kalau Key mencintaiku.
Aku akan menceritakan sedikit rahasiaku padamu. Sebenarnya waktu aku kecil aku
juga sudah jatuh cinta pada Key. Tapi pada saat aku sadar kau mencintainya aku
perlahan-lahan membunuhnya sedikit demi sedikit. Aku pikir ini cinta anak kecil
sesaat. Aku mencoba mencari cinta yang lain. Tapi hanya Key yang dapat
membuatku nyaman. Jadi aku masih
bergantung padanya sampai sekarang.
Maafkan, aku.”
“Jadi Eonni mau bilang aku yang menghalangi cinta kalian?”
“Haduh, susah sekali aku menjelaskannya
padamu. Pokoknya kau tak usah khawatir, aku sudah punya Juna sekarang. Baiklah,
aku harus pergi. Aku akan kembali ke Austria hari ini. Cepat sembuh.” Hyeon Eonni memelukku erat. Walau aku sudah
meronta-ronta tak mau di peluk.
“Kadang aku berharap Eonni lenyap dari dunia ini.” Ucapku
pelan. “Hati-hati Eonni,” aku melepas
pelukannya dan melambai padanya. Kita lihat siapa yang paling jahat sekarang,
***
.
.
TEBECE
COMMENT YUK,
PPYONG~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar