.showpageArea a { text-decoration:underline; } .showpageNum a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageNum a:hover { border: 1px solid #cccccc; background-color:#cccccc; } .showpagePoint { color:#333; text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; background: #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageOf { text-decoration:none; padding:3px; margin: 0 3px 0 0; } .showpage a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; padding:3px; } .showpage a:hover { text-decoration:none; } .showpageNum a:link,.showpage a:link { text-decoration:none; color:#333333; }

Flash Labels by Way2Blogging

Jumat, 06 Juni 2014

IT’S OK EVEN IF IT HURTS // PART 3 OF 6



TITLE         :  IT’S OK EVEN IF IT HURTS // PART 3 OF 6

AUTHOR     : EVERG

GENRE        : SAD, ROMANCE, DRAMA

LENGTH      : 2 OF 6

RATING      : PG-17

MAIN CAST           :

·         KEY SHINee

·         YUI

·         HYEON

WARNING   :
DON’T LIKE DON’T READ, NO COPAS, banyak miss typo

READ my FF and give me your FEEDBACK  about this FF


DISCLAIMER                  :
Karakter tokoh tidak sesuai aslinya. Hanya berupa hasil imajinasi author. Seluruh hak cipta penulisan karakter, alur dalam cerita yang tertulis asli milik author.

NOTE !!!!
FF ini sebenarnya mu dibuat untuk menguras air mata tapi sorry kalau FF ini mlah gg ada sedih-sedihnya.  Malah cenderung ke drama sinetron membosankan.

RCL Please

EPISODE SEBELUMNYA



-HAPPY READING-
^^^^

IT’S OK EVEN IF IT HURTS

PART 3

ALL YUI  POV


Aku mencintaimu, aku akui itu. Cinta membuatku bodoh, sangat bodoh! Aku menutup mataku, menutup telingaku seolah-olah aku tak pernah melihat binar cinta di matamu untuknya.

Katakan padaku bagaimana caranya. Cara menghilangkan cinta pada seseorang yang mencintai orang lain. Karena hati ini hanya berdetak saat bersamamu. Cinta memang tak bisa dipaksakan tapi bisakah suatu saat kau menyadari perasaanku?
^^^^
Aku mengeringkan rambutku sambil mendengarkan musik dari laptopku hingga tiba-tiba ponselku berdering. Umma? Ada apa menelponku? Tak biasanya.

“Ne, Umma.” Aku mematikan musik di laptopku. Wajahku berubah serius saat mendengar kata-kata Umma. “MWO? Hyeon Eonni pergi dari rumah?! Ne, aku akan mencarinya Umma. Ne, tak akan pulang sebelum menemukan Eonni. Umma tenang saja.”

“Klik.” Menutup ponselku. Duduk di samping kasurku, menatap fotoku dengan Hyeon Eonni. “Hufh, Eonni sungguh beruntung. Bahkan saat sudah menikah pun Eonni sangat dipedulikan semua orang.”

Aku beranjak dari kasurku dan mengambil jaket. Turun ke lantai bawah dan menyetop taksi. Aku harus mulai dari mana?
^^^^
Aku akui aku sangat iri pada Hyeon Eonni. Aku dan dia berbeda 5 tahun. Tapi sifatku lebih dewasa dibandingkan Eonniku itu. Sekarang dia pasti bertengkar lagi dengan suaminya dan lagi-lagi kabur dari rumah. Bahkan Ummaku yang berada di Austria pun kelabakan sekarang ini. Aku lebih bisa berfikir sehat dibandingkan kau, Eonni.

Aku tau aku dan Eonniku  sangat  jauh berbeda. Eonniku itu adalah primadona dari saat dia sekolah dulu, di kampusnya bahkan di hati Key Oppa. Dan bagi orang-orang aku hanya kepingan terkecil di dunia ini yang tak terlihat. Mungkin dengan menggunakan mikroskop mereka baru menyadari kehadiraku. Bahkan aku pernah merasakan liburan selama 2 minggu sendirian. Karena keluargaku tak menyadari mereka meninggalkanku di rumah. Menyedihkan!

“Aishhhhh! Eonni kau di mana?! Telponku tak dijawab! Aku sudah berkeliling selama 3 jam tapi tak ketemu juga! Uangku sudah mau habis, Umma kau harus bertanggung jawab! Kemana...kemana....” mataku terus terpaku melihat ke luar  jendela.

“Aha! Kenapa tak terfikir tempat itu? PABO!” aku memukul kepalaku sendiri. “Pak, kita ke Wings Park.”

^^^^
Aku turun dari taksi dan berdiri memandangi sekeliling wings park. Huh, sudah lama aku tak datang kemari. Semenjak aku dan keluargaku pindah ke Austria ini adalah kali pertama aku kembali menginjak kakiku di taman ini. Hufh, tempat masa kecilku. Tempat favorit Eonni kalau sedang sedih.

Umma, kalau aku tak menemukan Hyeon Eonni di sini, aku melanggar janjiku. Mian, Umma tapi aku sudah berusaha.” Aku mulai menelusuri taman ini. Semoga aku menemukannya di sini, aku sudah lelah. Senyumku  terkembang saat memori masa kecilku itu terputar kembali.

OOOWWWWW!! Lagi-lagi aku mendatangi tempat yang salah. Nafasku tercekat, jantungku terhenti, tanganku terkepal. Inikah yang selalu terjadi di belakangku? Dua orang yang aku kenal sedang berpelukan di depan mataku!

Hyeon Eonni menangis di  pelukan Key Oppa. Wajah Key Oppa begitu cemas. Tuhan kenapa kau tunjukkan ini padaku? Eonni kenapa kau tega sekali? Aku tau Key Oppa tak pernah mencintaiku, tapi bisakah kau sedikit berkorban untuk adikmu ini? Aku harus pergi! Anggap kau tak melihat apapun, YUI!

“AWWWW!” aku berteriak keras. BODOH! Saking tergesa-gesanya aku tak melihat ada akar besar yang menghalangi jalanku. KAKI BODOH! Kenapa harus jatuh di tempat ini?
“Kau tak apa-apa?” Seseorang menghampiriku. “Yui, ini kau?” Suara ini, suara milik Key Oppa.

“Siapa, Key?” Itu pasti suara Hyeon Eonni. Walau terdengar serak tapi itu memang benar suara Hyeon Eonni.

“Tidak apa-apa.”  Aku tetap terduduk. Sakit!

“Hei, kau menangis? Ya, ampun! Hanya jatuh saja kau menangis? Noona, lihat! Adikmu yang sudah 18 tahun ini menangis hanya teratuh?”

Tertawalah, tertawakan aku. Mataku panas dan air mata ini tak mau juga berhenti menetes. “Hiks...” Aku menggigit tanganku agar isakanku tak terdengar. Sakit! Sakit sekali! Aku menangis bukan karena terjatuh, tapi karena kalian berdua membuatku begitu tersakiti.

“Mari aku bantu kau berdiri.”

Aku menepis tangan Key Oppa yang hendak membantuku berdiri. Sesakit apapun kakiku, walaupun aku tak bisa berjalan, aku tak akan memohon bantuanmu. Aku berusaha keras berdiri perlahan, memegang batang poho sebagai tumpuan. Akhirnya aku bisa berdiri, mungkin aku akan pincang.

“Aku hanya disuruh Umma mencarimu karena Eonni kabur dari rumah lagi. Eonni jangan  lagi buat Umma khawatir padamu. Jangan sampai Umma tiba-tiba datang dari Austria kemari hanya untuk mencarimu.” Aku menggigit bibirku, sakit sekali!


“Mianhae, aku bodoh.”

“Aku permisi. Selama ada Key Oppa kau pasti baik-baik saja. Berfikirah jernih lalu pulang. Selamat malam.”

“Tunggu, apa kau tak pulang bersama kami saja?”

“Tidak perlu, aku pinjam uang Eonni saja untuk pulang. Uangku habis untuk membayar taksi mencari Eonni selama 3 jam.”

“Mianhae.” Aku mengambil uang yang diberikan Hyeon Eonni dan mulai berjalan perlahan. Tidak sakit, tidak sakit! Aku mengucapkan kalimat itu berulang-ulang. Semoga masih ada taksi kalau tidak bisa-bisa aku pingsan di jalan.

“Kakimu sakit. Sebaiknya kau pulang bersama kami saja.” Tangan Hyeon Eommi menahanku, aku menepisnya kasar. Buat apa aku bersama kalian? Untuk melihat kemesraan lagi, HAH!

“Tidak usah! Aku tau Eonni belum puas menangis, kan?”

“Kau seperti tak tau bagaimana keras kepalanya dia, Noona.” Lagi-lagi kau tersenyum manis pada tuan putrimu itu!

Oppa, aku tak minta pendapatmu! Tak usah mengejekku seperti itu! Permisi.”

“Yui!”

“Sudahlah, biarkan dia dengan keras kepalanya itu.”
^^^^
Aku berjalan tertatih,  menunggu taksi lalu menuju rumah sakit. Aku menangis saat kakiku di gips dan aku diberi tongkat untuk membantuku berjalan. Aku mendapat pandangan kasihan dari para dokter dan suster. Hah, aku terlihat  sungguh menyedihkan!

Aku masih menangis di dalam taksi menuju apartemenku. Aku tau aku  tak pernah ada di hati Oppa, tapi bisakah berpura-pura tak peduli pada Hyeon Eonni? Aku punya hati dan perasaan seperti kalian. Bukan robot yang diprogram selalu tersenyum bagaimana pun perlakuan yang dia dapat. “Huhuhuhu....”

“Yeoboseyo?” Umma lagi? Apa Hyeon Eonni belum pulang? “Umma, aku sudah menemukannya. Dia baik-baik saja, tenanglah. Suaraku? Aku hanya flu. Ne, aku akan menjaga kesehatanku. Oh, Umma sudah mengirim uang ke rekeningku? Gomawo Umma!” Setelah ini lebih baik aku segera tidur. Lupakan semuanya! Anggap kau tak melihat apapun hari ini.
^^^^
Entahlah, air mataku ini masih saja ingin menetes. Rasanya sungguh sakit! Terlalu sakit! Aku pandangi cincin pertunangaaanku di jariku ini, miris. “Bagaimana pun aku berusaha, sekuat apapun aku menjadi sesempurna Hyeon Eonni, selamanya aku tak akan pernah memili hati Oppa.”
Memutar knop pintu dan mulai berjalan perlahan. Berjalan dengan tongkat seperti ini memperlambat langkahku saja. “Hufh.”

 Berdiri menunggu pintu lift terbuka. Bagaimana ini kalau bertemu Baro Oppa? Baru dilantik menjadi manajer klub malah cidera seperti ini.

“Hei, kau! Mau masuk tidak?” Seketika suara itu membuyarkan lamunanku. Key Oppa sudah berada di dalam lift, aku tak terlalu terkejut. Dengan wajah yang datar aku berjalan ke dalam lift. Memandang lurus ke depan, berusaha menepis pantulan bayangan Key Oppa. Ayolah, bunuh semua harapan palsumu, Yui!

“Kalungmu bagus.”

“Gomawo.”

Tak ada senyuman, tak ada wajah yang bersemangat seperti biasa. Lebih baik Key Oppa kembali menjadi namja dingin seperti dulu, jangan sok ramah seperti ini. Menyakitkan! Aku mencintai sendirian, apa ini balasan karena aku berani mencintai orang yang nyata-nyatanya mencintai orang lain? Sesakit inikah hukumannya?

“Kemarin, saat kau melihat aku memeluk Eonnimu, kau tak berfikir aku berselingkuh di belakangmu, kan?”

Apa maksudnya? Nada suaramu terdengar mengejek, Oppa. “Hah, tak ada kejadian mengejutkan yang terjadi tadi malam. Hanya sepasang manusia yang saling berbagi beban bukan? Aku sudah biasa melihat adegan seperti itu dalam hidupku. Bahkan dari kecil aku sudah bosan melihatnya. Oppa tak usah berfikir apapun, Eonni membutuhkanmu, aku mengerti.”

“Aku hanya takut kau berfikir aku bermain api di belakangmu. Walaupun ya, hubungan kita....”

“Tak usah berkata apapun Oppa! Aku tau dengan jelas siapa wanita yang ada di hatimu.”

Thing! Tepat waktu, pintu lift terbuka. Aku berjalan duluan, segera menaiki taksi yang berhenti di depan apartemen. Aku tau Oppa, sangat jelas. Pandangan mata itu, senyum itu, pikiran itu, hati itu bahkan jantung yang berdetak itu tak akan pernah untukku.
^^^^
“Hufh!” Aku menghela nafas berulang-ulang. Tanganku melemparkan kerikil ke danau di hadapanku. Entah sudah berapa lama aku duduk di taman dekat danau ini. Memikirkan hal yang aku sendiri tak mengerti. Tapi rasanya sudah sangat menghimpit dan sesak. Rasanya ingin menghilang saja, lenyap.

Saat pertunangan itu terjadi aku merasa sangat bahagia. Walaupun aku tau Key Oppa tak mencintaiku. Tapi bukankah kata orang cinta bisa tumbuh  perlahan seiring berjalannya waktu bersama? Hatiku bertambah tenang setelah beberapa bulan sebelum pertunanganku Hyeon Eonni menikah dengan Juna Oppa. Artinya tak ada lagi kesempatan untuk Key Oppa, bukan?

Aku sangat jahat? Memang! Aku sangat ingin memiliki Key Oppa sejak dulu. Aku bahkan mau dijadikan objek yang dimanfaatkan Key Oppa agar lebih dekat Hyeon Eonni. Bahkan aku melindungi mati-matian pernikahan Hyeon Eonni yang hampir saja berantakan gara-gara ulah Key Oppa. Dan demi apa, hingga kini dia tak pernah melihat rasa cintaku yang besar untuknya.

Aku hanya dianggap seperti partikel debu yang kecil dan tak penting. Aku menunggu, menunggu dan menunggu kesempatan untuk berada di hatinya. Tapi selama apapun, sekeras apapun usahaku untuk mengejarnya dan mendapatkannya, berkali-kali itu pula aku merasakan sakitnya.

Sakit yang perlahan-lahan membunuhku, rasa sakit yang membuatku bertahan hingga kini. Hanya dengan satu keyakinan, “Sesakit apapun tak apa-apa, asalkan bersama Key Oppa. Aku tak apa-apa.”

“Argh~! Hiks, hiks!” sekeras apapun aku berteriak, sakitnya tak akan hilang, bebannya tak akan berkurang.

Oppa! Apa yang kurang! Apa yang harus aku lakukan! Apa yang harus aku tunjukkan lagi! Apa aku harus mati di hadapanmu! Dan menenjukkan jantungku yang masih berdetak saat kau ada di sampingku walau aku sudah mati! Apa harus seperti itu!”

“Atau, walaupun aku mati di hadapanmu, perasaanmu itu tak akan berubah. Aku harus bagaimana? Sesakit apapun aku bisa menerimanya, asal senyum itu, pancaran mata itu bisa sedikit saja tertuju untukku. Melihat keberadaanku, sedikit saja. Karena aku cinta, cinta sekali padamu Oppa.” Kembali menangis, entah sudah berapa lama aku menangis. Mungkin mataku saat ini sudah bengkak. Air mataku sudah kering, tapi siapa yang peduli.

Aku berjalan terhuyung, tenagaku sudah habis. Air mata sudah mengering tapi dadaku masih sesak. Aku memumukl-mukul dadaku berharap rasa sesaknya akan hilang. Terhimpit rasa cinta bodoh yang tak mau pergi. Teriris dengan berjuta rasa sakit yang sama sekali aku tak tau bagaimana cara menghilangkannya.

Kembali meringkuk di dalam taksi, dingin. Berjalan perlahan. Aku tak tau kenapa dan bagaimana melupakan Oppa. Sekuat apapun aku berusaha melupakan, semakin dalam aku mencintai Oppa. Bagiku hanya Oppa satu-satunya yang aku inginkan, lalu apa yang harus aku lakukan?

“Yui, kau kemana saja?”

OPPA!” Tiba-tiba ada sesosok yang memelukku erat, aku tak bisa melihat dengan jelas siapa. Mataku terlalu berat untuk melihat wajahnya. Tapi bau ini, rasa hangat ini, hanya orang itu yang punya. “Baro, Oppa. Benarkah?”

“Ne,” Dia memelukku lebih erat. “Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kakimu? Aku menelponmu tapi tak dijawab. Aku menunggumu sejak tadi, kemana saja kau? Anak nakal!”

“Ponselku? Ponselku sudah aku buang, berisik.”

Baro Oppa melepaskan pelukannya lalu mengguncang-guncang tubuhku. “Katakan apa yang terjadi? Apa yang terjadi padamu? Mengapa kau seperti ini?”

“Sakit! Sakit sekali, OPPA!” Aku meremas lengannya.

“Mana yang sakit? Kakimu?”

Aku menggeleng, “Tidak tau! Ada bagian yang tak terlihat yang selalu membuatku sakit. Rasanya mau mati saja!”

Baro Oppa mengguncang tubuhku lebih keras. “PIKIRAN BODOH APA ITU?! Siapa yang membuatmu sakit seperti ini? Katakan padaku!”

“Bagaimana menghentikannya? Bagaimana membuang rasa cinta untuk seseorang? Bagaimana caranya biar dia bisa melihat hatiku? Rasa ini tak bisa dihentikan. TOLONG AKU!”

“Kau mencintai seseorang? Dia yang menyakitimu seperti ini? KURANG AJAR! Apa gosip soal kau sudah bertunangan itu benar? Apa dia yang membuatmu seperti ini? KATAKAN PADAKU! KATAKAN!”

Yang aku rasakan hanya, Baro Oppa kembali memelukku. Aku tak bisa menjawab apapun. Rasanya mengeluarkan suara begitu sulit, aku lelah. Mataku sudah tak kuat aku buka lagi. Apa ini saatnya aku pergi Tuhan? Apa ini jawabanmu atas pertanyaanku selama ini. Apakah begini caranya untuk menghilangkan semua rasa sakit itu? Bisa aku minta satu permintaan lagi, Tuhan? Sampaikan padanya kalau aku sangat, sangat, sangat mencintainya. Bisakah?
.
.
.
.
TBC

PPYONG~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar