NEW FF ;P
TERNYATA SETELAH DIBUKA LAGI ADA FANFIC YANG BELUM PERNAH DITERUSKAN WALAU SUDAH BEBERAPA PART TERSIMPAN..
SO, HAPPY READING
^^^^
TITLE : [CHAPTER] // WILL YOU MARRY ME? [PART 1]
AUTHOR : EVERG
GENRE : DRAMA, FAMILY, ROMANCE
Main
CAST :
·
TOP
·
BANG MINAH
·
JANG
HYUNSEUNG
Support
Cast :
CEK
SENDIRI
WARNING :
DON’T
LIKE DON’T READ, NO
COPAS, banyak miss typo
DISCLAIMER :
Karakter
tokoh tidak sesuai aslinya. Hanya berupa hasil imajinasi author. Seluruh hak
cipta penulisan karakter, alur dalam cerita yang tertulis asli milik author.
NOTE !!!
Cerita ini hanya fiktif belaka. Bila
ada karakter idol kalian yang tidak biasa itu karena tunturan peran :p. Jangan
marah ke author.. marah saja ke orang lain di samping anda Hehehe
HAPPY
READING
RCL
Please
EPISODE SEBELUMNYA
WILL YOU MARRY ME?
PART 1
“Brummm...brummmm,”
terdengar deru gas motor dimana-mana. Suara teriakan semangat dan bau asap
knalpot menyengat. Ini sudah jam 2 pagi bukankah harusnya semua damai dan
tentram? Tapi tidak bagi sebagian yang lain, karena dini hari adalah waktunya
berpesta.
“1...2...3..!!!”
Deru motor mengadu kecepatan terdengar. Harus menang
pokoknya hari ini! Aku merapikan baju dan rambutku, sebentar lagi waktunya. Aku
tak boleh lengah.
Itu dia!” Aku berjalan menuju ke pinggir jalan dan
menggoyangkan sapu tangan merahku, menggoda para pembalap jalanan itu. Dan berhasil!
1, 2, 5! 5 pengendara motor bodoh itu pun teralihkan perhatiannya dan
tersungkur mencium aspal. Kecantikanku
memang tak ada tandingannya!
“Kita sudah dapat pemenangnya!” Teriak salah seorang
lelaki berambut gondrong yang memakai baju hitam.
“Yeeee, aku menang!! Berikan sini uangnya!”
Terdengar teriakan gembira seorang lelaki lain, satu-satunya tak tergoda
olehku. Aku tersenyum puas. Hah, tugasku berakhir. Aku memakai jaketku dan
meninggalkan para lelaki mata keranjang itu begitu saja. Huh, dasar lelaki mata
keranjang!
Kenalkan aku Bang Minah dan lelaki yang menang
balapan tadi kakakku TOP. Beginilah hidup kami, dan cara kami bertahan hidup
Aku akan menjadi gadis yang cantik dan menggoda saat
malam telah menyapa. Dan aku akan menjadi manusia yang sangat tak dipandang
orang-orang saat matahari menampakkan wujudnya. Seperti saat ini aku menjadi
gadis aneh yang dijauhi orang-orang di sekelilingku.
Lagi pula siapa yang mau melirik gadis aneh
sepertiku, dan aku juga tak begitu peduli.
Orang-orang tak akan peduli kau sudah makan atau belum atau apakah kau hidup
dengan layak di dunia ini. Lagi pula menjadi gadis seperti ini penting bagi
penyamaranku. Bagaimana reaksi mereka bila mengetahui pekerjaan gelap yang aku
lakukan? Andwae! Aku tak mau dikeluarkan dari sekolah!
Untuk itulah aku berdandan seperti ini dan bertahan
dari bully teman-temanku. Kalaupun aku melawan mereka tetap aku yang akan
disalahkan, bukan? Pedpat seseorang yang tak menarik di mata orang lain akan
selalu diabaikan. Paling tidak hal seperti ini yang telah aku pelajari selama
ini.
Jaman sekarang kejujuran itu sudah tak penting lagi.
Uang dan tahtalah yang memainkan semuanya. Aku tak boleh dikeluarkan dari
sekolah. Aku harus lulus dengan nilai sangat baik. Agar aku bisa mendapatkan
pekerjaan lebih baik dari ini.
Mana mungkin aku membiarkan Oppaku terus menantang maut.
Bisa saja kali ini dia lolos tapi besok? Aku tak mau membayangkannya.
Aku tak akan membiarkan Oppaku hidup
dengan cara seperti itu. Melawan kematian setiap hari. Bagiku Oppaku segalanya.
Walaupun aku dijuluki orang yang “aneh”, sudah ku
bilang aku tidak peduli. Aku memang memakai kaca mata model kuno seperti anak
cupu lainnya. Tapi itu untuk melindungi mata indahku agar tak membutakan
orang-orang yang melihatnya. Kemejaku yang sedikit kebesaran itu agar kemeja yang
masih bisa dipakai semester-semester berikutnya. Aku harus irit kau tau. Tapi
rambutku yang panjang, hitam dan berkilauan tetap aku biarkan teurai indah. Itu
bonus dariku untuk orang-orang itu.
Anak cupu sepertiku pasti diidentikkan dengan buku,
aku pun begitu. Aku sangat mencintai buku. Lebih baik aku berteman dengan buku
dari pada manusia. Buku tak akan pernah menyela perkataannmu, dan tak akan
memandangmu rendah. Dia malah memberikanmu bermacam-macam pengetahuan. Aku
gadis cupu yang berpikiran luas dan modern bukan?
Aku sebenarnya bukan manusia yang sabar. Aku bisa
saja mematahkan leher-leher manusia sombong itu. Tapi lagi-lagi demi Oppaku, aku menahan semuanya. Kami
selalu saling menjaga sedari kecil dan Oppa
selalu melakukan apapun yang terbaik untukku. Dan aku akan melakukan hal yang
sama untuknya.
Kebahagiaan yang ku kira tak akan
pernah ku rasakan lagi ternyata ku dapat. Kebencian, dendam dan kecemburuan
bisa menguap begitu saja. Aku tak membutuhkan apa yang orang katakan aku tak
pernah miliki. Karena ada malaikat yang selalu melindungiku setiap hari.
Memberi cinta lebih dari seorang Appa dan Umma. Selama ada dia aku tak butuh
apapun lagi.
[
FLASHBACK ]
Waktu itu umur Oppa
14 tahun dan aku 8 tahun saat tiba-tiba saja Appa pergi meninggalkan kami. Bukan dalam arti Appa meninggal, lebih tepatnya Appa
membuang kami. Meninggalkan kami seperti sampah tak berguna.
Saat itu kami yang
sedang tertidur dikejutkan dengan pintu yang didobrak paksa. Teriakan
memenggil Appaku terdengar begitu
keras. Aku yang kaget segera terbangun. Aku membuka pintu dan berjalan
mengendap-ngendap menuju kamar TOP Oppa.
Semua lampu sudah dimatikan, aku berjalan dengan meraba-raba. Suara makian dan
benda yang pecah terdengar dimana-mana.
“Oppa..Oppa...” Aku terus menyebut namanya
pelan. Kakiku benar-benar lemas, aku sangat takut. Orang-orang itu pasti
rentenir yang menanggih hutang Appa.
Kami dibuang dengan beban hutang yang begitu melimpah, bagus bukan?
Ini bukan kali pertama ada rentenir yang datang pada
kami. Berpuluh rentenir pernah datang dan menyakiti kami. Mereka tak pernah
kasian pada tubuh kami yang kecil dan kelaparan. Di situlah aku tau, orang
dewasa suka menyalurkan kekesalannya dengan menyakiti anak-anak.
Tapi kejadian yang tak bisa aku lupakan adalah saat
umurku 5 tahun, seorang rentenir datang dan ingin melemparku dari jendela di
lantai dua rumah kami. Mereka bertanya tetang keberadaan Appa, tapi aku benar-benar tak tau. Tapi mereka tak mau mendengar.
Sampai akhirnya TOP Oppa datang sehabis pulang sekolah. Tangannya yang sedang memegang
bungkusan yang berisi es cream seketika
jatuh melihatku diperlakukan seperti itu. Dan Oppa pun bilang bahwa dia yang tau dimana Appa berada. Dia akan memberitahu mereka asal aku dilepaskan, dan
mereka pun pergi.
Kami pun dengan riang mencicipi es cream. Namun kenyataannya Oppa berbohong. Mereka yang marah karena
dibohongi kembali ke rumah kami dan memukuli Oppa. Untung tidak sampai parah, hanya banyak lebam di tubuhnya.
Dan Appa
yang pulang melihat keadaan Oppa
seperti itu malah memarahinya. Menyebut TOP Oppa
bodoh karena tak bisa berbohong dengan lebih baik. Dan itu pantas untuk orang
yang tak bisa berbohong seperti Oppaku,
begitu katanya.
Semenjak itu kami selalu berpindah-pindah. Tapi
tetap saja rentenir itu mengejar kami. Aku tak tau seberapa banyak utang Appa dan untuk apa Appa berhutang. Karena Appa
tak pernah memberi kami makan dan membiayai kehidupan kami. Kami yang mencari
semua sendiri. Sendiri!
Appa selalu menyalahkan kamu tempat persembunyian
kami diketahui. Dia bilang kami anak-anak pembawa sial dan kesengsaraan
untuknya. Aku menangis mengingat kejadian beberapa tahun lalu. Dan aku tak mau
hal itu terjadi lagi malam ini, aku takut!
Tiba-tiba ada yang menyentuh bahuku, aku berharap
itu Oppaku. “Opppa~!” Teriakku. Aku
berjalan mundur, mataku terbelalak melihat benda mengkilap di tangannya. Sebuah
pisau tajam siap menikamku kapan saja. Oh Tuhan, kakiku bergetar. Tubuhku yang
kecil semakin terasa menciut.
“Mana Appamu?
Dia sudah tak membayar hutangnya selama 8 bulan. Katakan dimana Appamu!”
“Appa ku
pasti ada di kamarnya.” Jawabku sambil terus berjalan mundur. Tak aku pedulikan
tubuhku yang menabrak sana sini.
“Dia tak ada di sana, aku sudah memeriksanya. Jangan
berbohong anak manis.” Dia menjilat pisaunya itu.
“Sungguh, aku tak tau kemana Appa pergi. Aku tak tau.” Setetes air mengalir dari kedua mataku.
Aku sudah tersudut, tak bisa kemanapun. Oppa
tolong aku.
“Jangan berbohong! Kalau berbohong lidahmu akan aku
potong! Kau mau mencobanya?” Aku
menggeleng. Hanya bisa menangi saat pisau itu sedikit mengores leherku. Terasa
sedikit rasa perih di sana.
“Prangg~!” Oppa
memukul kepala orang itu dengan botol wine kosong milik Appa. Oppa menarikku
berlari pergi. Kami berdua pergi dari rumah dengan hanya membawa satu tas baju
saja. Berlari menyusuri jalanan yang penuh salju.
Ternyata suara barang-barang pecah yang aku dengar
adalah suara botol-botol wine Appa
yang digunakan untuk memecahkan kepala para rentenir itu oleh Oppaku. Semenjak itu aku akan melakukan
apapun untuk TOP Oppa. Hanya untuk Oppa.
[ FLASBACK
END ]
“Kau sedang memikirkan apa?” Suara Oppa membuyarkan lamunanku.
“Ah, tidak. Aku hanya sedang memperhatikan gadis
pemilik kafe ini. Dia terus melihat ke arah sini dengan pandangan yang aneh.
Sepertinya dia menyukai Oppa.”
TOP Oppa
hanya tersenyum dan mengelus kepalaku, “Kau berbohong bukan? Aku tau kau
memikirkan hal lain.” TOP Oppa
meminum minuman sodanya.
“Percayalah. Kita sering datang ke kafe ini setelah
selesai balapan dan hanya kita yang dia layani secara langsung. Mana ada
pelayan yang menghampiri meja kita. Dan matanya selalu terlihat aneh saat Oppa mengelus kepala ku dan tersenyum
begitu manis.”
TOP Oppa melihat ke arah gadis itu dan
gadis itu pun mengalihkan pandangannya. “Tau apa kau soal seperti ini? Dasar
anak kecil~!”
Oppa mencubit hidungku, “Oppa sakit! Jangan lakukan itu, kau tak
mau gadis itu tambah cemburu...”
“Kau menggodaku, hahhh....” Oppa mencubit kedua pipiku sambil tertawa. Aku yang meringispun tak
dipedulikannya.
“Oppa
carilah gadis untuk kau jadikan pacar. Jangan sampai umurmu terlalu tua, baru
kau menyesal.”
“Aku akan mencari gadis yang juga menyayanggimu.
Bukan malah benci dan cemburu padamu. Mengerti?”
“Oppa
sakit!” Aku melepaskan tangannya dari pipiku. Gara-gara aku gadis yang dipacari
Oppa selalu marah dan cemburu karena Oppa lebih peduli padaku. Mereka selalu
salah paham dan menganggap Oppa
berbohong, mengatakan aku sebagai
adiknya.
“Minah kita harus pergi.” Oppa segera memakai jaketnya, mengambil kunci motor di atas meja
dan menarik tanganku.
“Ada apa Oppa?
Kita belum bayar.”
Oppa membuka dompetnya dan meletakkan
beberapa lembar uang di atas meja, “Ikuti saja aku.”
“Tapi Oppa,” PRANGGG! Oppa yang tergesa-gesa menarik tanganku membuatku tak sengaja
menyenggol meja dan memecahkan sebuah gelas.
“Mereka di sana~!”
Aku berbalik dan melihat 5 orang bertubuh besar
mengerikan berlari ke arah kami, “Oppa
apakah mereka itu...”
“Rentenir yang mengejar Appa! Cepat!” TOP Oppa berteriak. Kami berlari seperti orang
kesetanan. Tak memedulikan makian orang-orang yang kami tabrak. Oppa memegang tanganku begitu kuat. Aku
lelah, tapi Oppa tak juga berhenti
berlari.
Ternyata hari ini ada festival, sehingga alanan
dipenuhi orang-orang. Kami menjadi sulit untuk menerobos orang-orang yang
begitu banyak. Rentenir itu pun terus berteriak dan mengejar kami. Keringat
dingin mengalir dari pelipisku, jantungku berdetak sangat kencang dan
pandanganku sudah berkunang-kunag. Aku sudah tak kuat lagi. Banyak orang
semakin membuatku sesak.
Aku memegang kedua lututku, “Oppa bisakah berhenti sebentar sa-.....” sampai akhirnya aku sadar,
tanganku tak digenggam Oppa lagi. Aku
terpisah di antara orang-orang ini. Dan para rentenir itu berada tak jauh di
belakangku.
“Cepat kejar! Jangan sampai lolos!”
Kenapa teriakan itu terdengar begitu dekat? Aku
ingin berlari tapi kakiku seakan mengeras. Sangat sulit digerakkan. Oppa tolong aku.
Air segar membasahi wajahku. Membuatku kembali ke
kenyataan. Kenyataan di mana tangan dan kakikun diikat, juga mulutku tersumpal
kain. Seorang Ahjusshi buruk rupa menghampiriku dan mencengkram kedua pipiku.
“Katakan di mana Appamu.”
“Agmppp tkmghh dmpmnhtagg apmhgpa..”
“Hai, katakan dengan jelas!” Dia menguatkan
cengkramannya.
Tiba-tiba saja Ahjusshi yang lainnya memukul kepalanya,
“BODOH! Buka dulu kain yang menutup mulutnya. Mana bisa dia berbicara dengan
mulut tertutup!’
Ahjusshi itu dengan tampang bodohnya membuka kain
yang menutupi mulutku. “Dimana Appamu,
KATAKAN!”
“Aku tidak tau! Mungkin dia sudah mati!”
“Jangan berbohong!” Teriak yang lainnya.
“Aku betul-betul tak tau! Kami sudah tak tinggal
bersamanya lagi. Dia sudah membuang kami.”
“Jangan berbohong untuk melindungi Appamu! Kau mau merasakan sulutan rokok
di wajahmu, hah?”
“Memangnya berapa hutang Appaku?”
Mereka semua tertawa, “Apa kau akan melunasinya?”
“Tidak, aku tidak sudi. Ku sarankan kalian cari saja
dia, bukankah dia yang berhutang pada kalian? Lalu apa hubungannya denganku dan
Oppaku! Bunuh saja Appaku kalau dia tak bisa membayar.”
“Hei, dia Appamu.
Kau anak durhaka kalau berbicara seperti itu.”
“Hah, cuih! Asal kalian tau akulah yang memiliki
keinginan paling besar untuk membunuhnya. Kalau kalian tak mau membunuhnya biar
aku saja yang melakukannya.”
“Jangan banyak bicara! Kami sudah muak! Kalian sama
saja! Penipu! Bagaimana kalau kita jual saja dia? Dia cantik dan harganya pasti
mahal.”
“Kalian bercanda!”
“Hah, betul! Ayo, kita jual saja! Kau pintar!” jawab
yang lainnya.
Mereka semua menarikku paksa, mengikuti mereka
pergi. Aku terus menahan tubuhku tapi kekuatan mereka sangat besar. Saat kami hendak memasuki mobil dari arah
belakang ada lelaki yang memukuli mereka satu persatu. Tapi lelaki itu bukan
TOP Oppa. Para Ahjusshi itu pun lari
kalang kabut.
“Siapa kau? Aku sangat berterima kasih. Apa kau
teman TOP Oppa?” Aku melihat
pergelangan tanganku memerah karena ikatannya begitu kuat. “Dimana Oppaku?”
“Aku tak tau dimana Oppamu.”
“Lalu kau siapa?” Aku berusaha berontak saat
tangannya menarikku kencang.
“Kau sudah dijual pada tuan kami!”
.
TEBECE
OKAY, CERITA BARU LAGI..
HMM, BAGAIMANA?
COMMENT YUK,,
PPYONG~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar