.showpageArea a { text-decoration:underline; } .showpageNum a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageNum a:hover { border: 1px solid #cccccc; background-color:#cccccc; } .showpagePoint { color:#333; text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; background: #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageOf { text-decoration:none; padding:3px; margin: 0 3px 0 0; } .showpage a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; padding:3px; } .showpage a:hover { text-decoration:none; } .showpageNum a:link,.showpage a:link { text-decoration:none; color:#333333; }

Flash Labels by Way2Blogging

Senin, 09 Juni 2014

WILL YOU MARRY ME? [PART 1]


NEW FF ;P

TERNYATA SETELAH DIBUKA LAGI ADA FANFIC YANG BELUM PERNAH DITERUSKAN WALAU SUDAH BEBERAPA PART TERSIMPAN..
SO, HAPPY READING
 ^^^^ 

TITLE : [CHAPTER] // WILL YOU MARRY ME? [PART 1]


AUTHOR        : EVERG

GENRE           : DRAMA, FAMILY, ROMANCE

Main CAST                 :
·        TOP

·         BANG MINAH

·        JANG HYUNSEUNG


Support Cast   :
CEK SENDIRI

WARNING      :
DON’T LIKE DON’T READ, NO COPAS, banyak miss typo

DISCLAIMER                        :
Karakter tokoh tidak sesuai aslinya. Hanya berupa hasil imajinasi author. Seluruh hak cipta penulisan karakter, alur dalam cerita yang tertulis asli milik author.

NOTE !!!
Cerita ini hanya fiktif belaka. Bila ada karakter idol kalian yang tidak biasa itu karena tunturan peran :p. Jangan marah ke author.. marah saja ke orang lain di samping anda Hehehe

HAPPY READING

RCL Please

EPISODE SEBELUMNYA

^^^
WILL YOU MARRY ME?

 

PART 1
 
 “Brummm...brummmm,” terdengar deru gas motor dimana-mana. Suara teriakan semangat dan bau asap knalpot menyengat. Ini sudah jam 2 pagi bukankah harusnya semua damai dan tentram? Tapi tidak bagi sebagian yang lain, karena dini hari adalah waktunya berpesta.
 
“1...2...3..!!!”
 
Deru motor mengadu kecepatan terdengar. Harus menang pokoknya hari ini! Aku merapikan baju dan rambutku, sebentar lagi waktunya. Aku tak boleh lengah.
 
Itu dia!” Aku berjalan menuju ke pinggir jalan dan menggoyangkan sapu tangan merahku, menggoda para pembalap jalanan itu. Dan berhasil! 1, 2, 5! 5 pengendara motor bodoh itu pun teralihkan perhatiannya dan tersungkur mencium aspal. Kecantikanku  memang tak ada tandingannya!
 
“Kita sudah dapat pemenangnya!” Teriak salah seorang lelaki berambut gondrong yang memakai baju hitam.
 
“Yeeee, aku menang!! Berikan sini uangnya!” Terdengar teriakan gembira seorang lelaki lain, satu-satunya tak tergoda olehku. Aku tersenyum puas. Hah, tugasku berakhir. Aku memakai jaketku dan meninggalkan para lelaki mata keranjang itu begitu saja. Huh, dasar lelaki mata keranjang!
 
Kenalkan aku Bang Minah dan lelaki yang menang balapan tadi kakakku TOP. Beginilah hidup kami, dan cara kami bertahan hidup
 
Aku akan menjadi gadis yang cantik dan menggoda saat malam telah menyapa. Dan aku akan menjadi manusia yang sangat tak dipandang orang-orang saat matahari menampakkan wujudnya. Seperti saat ini aku menjadi gadis aneh yang dijauhi orang-orang di sekelilingku.
 
Lagi pula siapa yang mau melirik gadis aneh sepertiku, dan aku juga tak  begitu peduli. Orang-orang tak akan peduli kau sudah makan atau belum atau apakah kau hidup dengan layak di dunia ini. Lagi pula menjadi gadis seperti ini penting bagi penyamaranku. Bagaimana reaksi mereka bila mengetahui pekerjaan gelap yang aku lakukan? Andwae! Aku tak mau dikeluarkan dari sekolah!
 
Untuk itulah aku berdandan seperti ini dan bertahan dari bully teman-temanku. Kalaupun aku melawan mereka tetap aku yang akan disalahkan, bukan? Pedpat seseorang yang tak menarik di mata orang lain akan selalu diabaikan. Paling tidak hal seperti ini yang telah aku pelajari selama ini.
 
Jaman sekarang kejujuran itu sudah tak penting lagi. Uang dan tahtalah yang memainkan semuanya. Aku tak boleh dikeluarkan dari sekolah. Aku harus lulus dengan nilai sangat baik. Agar aku bisa mendapatkan pekerjaan lebih baik dari ini.
 
Mana mungkin aku membiarkan Oppaku terus menantang maut.  Bisa saja kali ini dia lolos tapi besok? Aku tak mau membayangkannya. Aku tak akan membiarkan Oppaku hidup dengan cara seperti itu. Melawan kematian setiap hari. Bagiku Oppaku segalanya.
 
Walaupun aku dijuluki orang yang “aneh”, sudah ku bilang aku tidak peduli. Aku memang memakai kaca mata model kuno seperti anak cupu lainnya. Tapi itu untuk melindungi mata indahku agar tak membutakan orang-orang yang melihatnya. Kemejaku yang sedikit kebesaran itu agar kemeja yang masih bisa dipakai semester-semester berikutnya. Aku harus irit kau tau. Tapi rambutku yang panjang, hitam dan berkilauan tetap aku biarkan teurai indah. Itu bonus dariku untuk orang-orang itu.
 
Anak cupu sepertiku pasti diidentikkan dengan buku, aku pun begitu. Aku sangat mencintai buku. Lebih baik aku berteman dengan buku dari pada manusia. Buku tak akan pernah menyela perkataannmu, dan tak akan memandangmu rendah. Dia malah memberikanmu bermacam-macam pengetahuan. Aku gadis cupu yang berpikiran luas dan modern bukan?
 
Aku sebenarnya bukan manusia yang sabar. Aku bisa saja mematahkan leher-leher manusia sombong itu. Tapi lagi-lagi demi Oppaku, aku menahan semuanya. Kami selalu saling menjaga sedari kecil dan Oppa selalu melakukan apapun yang terbaik untukku. Dan aku akan melakukan hal yang sama untuknya.
 
Kebahagiaan yang ku kira tak akan pernah ku rasakan lagi ternyata ku dapat. Kebencian, dendam dan kecemburuan bisa menguap begitu saja. Aku tak membutuhkan apa yang orang katakan aku tak pernah miliki. Karena ada malaikat yang selalu melindungiku setiap hari. Memberi cinta lebih dari seorang Appa dan Umma. Selama ada dia aku tak butuh apapun lagi.
 
[ FLASHBACK ]
Waktu itu umur Oppa 14 tahun dan aku 8 tahun saat tiba-tiba saja Appa pergi meninggalkan kami. Bukan dalam arti Appa meninggal, lebih tepatnya Appa membuang kami. Meninggalkan kami seperti sampah tak berguna.
 
Saat itu kami yang  sedang tertidur dikejutkan dengan pintu yang didobrak paksa. Teriakan memenggil Appaku terdengar begitu keras. Aku yang kaget segera terbangun. Aku membuka pintu dan berjalan mengendap-ngendap menuju kamar TOP Oppa. Semua lampu sudah dimatikan, aku berjalan dengan meraba-raba. Suara makian dan benda yang pecah terdengar dimana-mana.
 
Oppa..Oppa...” Aku terus menyebut namanya pelan. Kakiku benar-benar lemas, aku sangat takut. Orang-orang itu pasti rentenir yang menanggih hutang Appa. Kami dibuang dengan beban hutang yang begitu melimpah, bagus bukan?
Ini bukan kali pertama ada rentenir yang datang pada kami. Berpuluh rentenir pernah datang dan menyakiti kami. Mereka tak pernah kasian pada tubuh kami yang kecil dan kelaparan. Di situlah aku tau, orang dewasa suka menyalurkan kekesalannya dengan menyakiti anak-anak.
 
Tapi kejadian yang tak bisa aku lupakan adalah saat umurku 5 tahun, seorang rentenir datang dan ingin melemparku dari jendela di lantai dua rumah kami. Mereka bertanya tetang keberadaan Appa, tapi aku benar-benar tak tau. Tapi mereka tak mau mendengar.
 
Sampai akhirnya TOP Oppa datang sehabis pulang sekolah. Tangannya yang sedang memegang bungkusan yang  berisi es cream seketika jatuh melihatku diperlakukan seperti itu. Dan Oppa pun bilang bahwa dia yang tau dimana Appa berada. Dia akan memberitahu mereka asal aku dilepaskan, dan mereka pun pergi.
 
Kami pun dengan riang mencicipi es  cream. Namun kenyataannya Oppa berbohong. Mereka yang marah karena dibohongi kembali ke rumah kami dan memukuli Oppa. Untung tidak sampai parah, hanya banyak lebam di tubuhnya.
 
Dan Appa yang pulang melihat keadaan Oppa seperti itu malah memarahinya. Menyebut TOP Oppa bodoh karena tak bisa berbohong dengan lebih baik. Dan itu pantas untuk orang yang tak bisa berbohong seperti Oppaku, begitu katanya.
 
Semenjak itu kami selalu berpindah-pindah. Tapi tetap saja rentenir itu mengejar kami. Aku tak tau seberapa banyak utang Appa dan untuk apa Appa berhutang. Karena Appa tak pernah memberi kami makan dan membiayai kehidupan kami. Kami yang mencari semua sendiri. Sendiri!
 
 
Appa selalu menyalahkan kamu tempat persembunyian kami diketahui. Dia bilang kami anak-anak pembawa sial dan kesengsaraan untuknya. Aku menangis mengingat kejadian beberapa tahun lalu. Dan aku tak mau hal itu terjadi lagi malam ini, aku takut!
 
Tiba-tiba ada yang menyentuh bahuku, aku berharap itu Oppaku. “Opppa~!” Teriakku. Aku berjalan mundur, mataku terbelalak melihat benda mengkilap di tangannya. Sebuah pisau tajam siap menikamku kapan saja. Oh Tuhan, kakiku bergetar. Tubuhku yang kecil semakin terasa menciut.
 
“Mana Appamu? Dia sudah tak membayar hutangnya selama 8 bulan. Katakan dimana Appamu!”
 
Appa ku pasti ada di kamarnya.” Jawabku sambil terus berjalan mundur. Tak aku pedulikan tubuhku yang menabrak sana sini.
 
“Dia tak ada di sana, aku sudah memeriksanya. Jangan berbohong anak manis.” Dia menjilat pisaunya itu.
 
“Sungguh, aku tak tau kemana Appa pergi. Aku tak tau.” Setetes air mengalir dari kedua mataku. Aku sudah tersudut, tak bisa kemanapun. Oppa tolong aku.
 
“Jangan berbohong! Kalau berbohong lidahmu akan aku potong! Kau mau mencobanya?”  Aku menggeleng. Hanya bisa menangi saat pisau itu sedikit mengores leherku. Terasa sedikit rasa perih di sana.
 
“Prangg~!” Oppa memukul kepala orang itu dengan botol wine kosong milik Appa. Oppa menarikku berlari pergi. Kami berdua pergi dari rumah dengan hanya membawa satu tas baju saja. Berlari menyusuri jalanan yang penuh salju.
 
Ternyata suara barang-barang pecah yang aku dengar adalah suara botol-botol wine Appa yang digunakan untuk memecahkan kepala para rentenir itu oleh Oppaku. Semenjak itu aku akan melakukan apapun untuk TOP Oppa. Hanya untuk Oppa.
[ FLASBACK END ]
 
“Kau sedang memikirkan apa?” Suara Oppa membuyarkan lamunanku.
 
“Ah, tidak. Aku hanya sedang memperhatikan gadis pemilik kafe ini. Dia terus melihat ke arah sini dengan pandangan yang aneh. Sepertinya dia menyukai Oppa.”
 
TOP Oppa hanya tersenyum dan mengelus kepalaku, “Kau berbohong bukan? Aku tau kau memikirkan hal lain.” TOP Oppa meminum minuman sodanya.
 
“Percayalah. Kita sering datang ke kafe ini setelah selesai balapan dan hanya kita yang dia layani secara langsung. Mana ada pelayan yang menghampiri meja kita. Dan matanya selalu terlihat aneh saat Oppa mengelus kepala ku dan tersenyum begitu manis.”
 
TOP Oppa melihat ke arah gadis itu dan gadis itu pun mengalihkan pandangannya. “Tau apa kau soal seperti ini? Dasar anak kecil~!”
Oppa mencubit hidungku, “Oppa sakit! Jangan lakukan itu, kau tak mau gadis itu tambah cemburu...”
 
“Kau menggodaku, hahhh....” Oppa mencubit kedua pipiku sambil tertawa. Aku yang meringispun tak dipedulikannya.
 
Oppa carilah gadis untuk kau jadikan pacar. Jangan sampai umurmu terlalu tua, baru kau menyesal.”
 
“Aku akan mencari gadis yang juga menyayanggimu. Bukan malah benci dan cemburu padamu. Mengerti?”
 
Oppa sakit!” Aku melepaskan tangannya dari pipiku. Gara-gara aku gadis yang dipacari Oppa selalu marah dan cemburu karena Oppa lebih peduli padaku. Mereka selalu salah paham dan menganggap Oppa berbohong,  mengatakan aku sebagai adiknya.
 
“Minah kita harus pergi.” Oppa segera memakai jaketnya, mengambil kunci motor di atas meja dan menarik tanganku.
 
“Ada apa Oppa? Kita belum bayar.”
 
Oppa membuka dompetnya dan meletakkan beberapa lembar uang di atas meja, “Ikuti saja aku.”
 
 
 “Tapi Oppa,” PRANGGG! Oppa yang tergesa-gesa menarik tanganku membuatku tak sengaja menyenggol meja dan memecahkan sebuah gelas.
 
“Mereka di sana~!”
 
Aku berbalik dan melihat 5 orang bertubuh besar mengerikan berlari ke arah kami, “Oppa apakah mereka itu...”
 
“Rentenir yang mengejar Appa! Cepat!” TOP Oppa berteriak. Kami berlari seperti orang kesetanan. Tak memedulikan makian orang-orang yang kami tabrak. Oppa memegang tanganku begitu kuat. Aku lelah, tapi Oppa tak juga berhenti berlari.
 
Ternyata hari ini ada festival, sehingga alanan dipenuhi orang-orang. Kami menjadi sulit untuk menerobos orang-orang yang begitu banyak. Rentenir itu pun terus berteriak dan mengejar kami. Keringat dingin mengalir dari pelipisku, jantungku berdetak sangat kencang dan pandanganku sudah berkunang-kunag. Aku sudah tak kuat lagi. Banyak orang semakin membuatku sesak.
 
Aku memegang kedua lututku, “Oppa bisakah berhenti sebentar sa-.....” sampai akhirnya aku sadar, tanganku tak digenggam Oppa lagi. Aku terpisah di antara orang-orang ini. Dan para rentenir itu berada tak jauh di belakangku.
 
“Cepat kejar! Jangan sampai lolos!”
 
 
Kenapa teriakan itu terdengar begitu dekat? Aku ingin berlari tapi kakiku seakan mengeras. Sangat sulit digerakkan. Oppa tolong aku.
 
Air segar membasahi wajahku. Membuatku kembali ke kenyataan. Kenyataan di mana tangan dan kakikun diikat, juga mulutku tersumpal kain. Seorang Ahjusshi buruk rupa menghampiriku dan mencengkram kedua pipiku. “Katakan di mana Appamu.”
 
“Agmppp tkmghh dmpmnhtagg apmhgpa..”
 
“Hai, katakan dengan jelas!” Dia menguatkan cengkramannya.
 
Tiba-tiba saja Ahjusshi yang lainnya memukul kepalanya, “BODOH! Buka dulu kain yang menutup mulutnya. Mana bisa dia berbicara dengan mulut tertutup!’
 
Ahjusshi itu dengan tampang bodohnya membuka kain yang menutupi mulutku. “Dimana Appamu, KATAKAN!”
 
“Aku tidak tau! Mungkin dia sudah mati!”
 
“Jangan berbohong!” Teriak yang lainnya.
 
“Aku betul-betul tak tau! Kami sudah tak tinggal bersamanya lagi. Dia sudah membuang kami.”
 
“Jangan berbohong untuk melindungi Appamu! Kau mau merasakan sulutan rokok di wajahmu, hah?”
 
“Memangnya berapa hutang Appaku?”
 
Mereka semua tertawa, “Apa kau akan melunasinya?”
 
“Tidak, aku tidak sudi. Ku sarankan kalian cari saja dia, bukankah dia yang berhutang pada kalian? Lalu apa hubungannya denganku dan Oppaku! Bunuh saja Appaku kalau dia tak bisa membayar.”
 
“Hei, dia Appamu. Kau anak durhaka kalau berbicara seperti itu.”
 
“Hah, cuih! Asal kalian tau akulah yang memiliki keinginan paling besar untuk membunuhnya. Kalau kalian tak mau membunuhnya biar aku saja yang melakukannya.”
 
“Jangan banyak bicara! Kami sudah muak! Kalian sama saja! Penipu! Bagaimana kalau kita jual saja dia? Dia cantik dan harganya pasti mahal.”
 
“Kalian bercanda!”
 
“Hah, betul! Ayo, kita jual saja! Kau pintar!” jawab yang lainnya.
 
Mereka semua menarikku paksa, mengikuti mereka pergi. Aku terus menahan tubuhku tapi kekuatan mereka sangat besar.  Saat kami hendak memasuki mobil dari arah belakang ada lelaki yang memukuli mereka satu persatu. Tapi lelaki itu bukan TOP Oppa. Para Ahjusshi itu pun lari kalang kabut.
 
“Siapa kau? Aku sangat berterima kasih. Apa kau teman TOP Oppa?” Aku melihat pergelangan tanganku memerah karena ikatannya begitu kuat. “Dimana Oppaku?”
 
“Aku tak tau dimana Oppamu.”
 
“Lalu kau siapa?” Aku berusaha berontak saat tangannya menarikku kencang.
 
“Kau sudah dijual pada tuan kami!”
.
TEBECE
OKAY, CERITA BARU LAGI..
HMM, BAGAIMANA?
COMMENT YUK,,
PPYONG~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar