TITLE : [CHAPTER] // WILL YOU MARRY ME? [PART 2]
AUTHOR : EVERG
GENRE : DRAMA, FAMILY, ROMANCE
Main
CAST :
·
TOP
·
BANG MINAH
·
JANG
HYUNSEUNG
Support
Cast :
CEK
SENDIRI
WARNING :
DON’T
LIKE DON’T READ, NO
COPAS, banyak miss typo
DISCLAIMER :
Karakter
tokoh tidak sesuai aslinya. Hanya berupa hasil imajinasi author. Seluruh hak
cipta penulisan karakter, alur dalam cerita yang tertulis asli milik author.
NOTE !!!
Cerita ini hanya fiktif belaka. Bila
ada karakter idol kalian yang tidak biasa itu karena tunturan peran :p. Jangan
marah ke author.. marah saja ke orang lain di samping anda Hehehe
HAPPY
READING
WILL YOU MARRY ME?
PART 2
MWO?! Aku yang salah dengar atau
aku yang sudah gila? Aku dijual? Siapa yang berani-beraninya menjualku seperti
sebuah barang? Pasti tak mungkin TOP Oppa.
Pasti Appa yang melakukannya.
BRENGSEK!
Lelaki itu membawaku ke dalam
mobil dan aku tak bisa membuka pintu mobil itu. Mobil itu terlalu canggih.
Hingga aku tak bisa berpura-pura ingin melompat dari mobil agar aku dibebaskan.
Sinetron-sinetron yang aku tonton seharusnya memperbaharui cara kabur dari
penjahat di sinetron yang mereka tayangkan.
Aku membayangka tuan yang
dimaksud lelaki ini. Aku bergidik ngeri. Bisa saja kan orang yang dimaksud itu Ahjusshi tua botak berperut besar yang
hampir meledak. Atau bisa saja wanita tua jahat yang menjadikanku budak seumur
hidup. Atau jangan-jangan, seorang bujang lapuk yang akan menjadikanku
isterinya? Arghhhhh, aku dijual pada siapa?
“Aku dijual pada siapa?”
“Setelah kita sampai kau akan tau
sendiri.”
“Mereka akan menjadikanku apa?
istri simpanan, budak seumur hidup atau...”
“Kau akan tau setelah kita
sampai.”
“Kau mungkin salah orang.
Sungguh, pasti bukan aku.”
“Kau Bang Minah bukan? Oppa mu bernama TOP bukan?”
“Bagaimana kau bisa tau?”
“Berarti benar kau.”
“Tapi... tapi! Bisakah kita ke
rumahku dulu? Aku ingin menganti bajuku, bolehkah? Aku mohon..” Aku memperlihatkan
tampang memelasku. Pasti dia akan luluh! Tak ada yang bisa menolakku.
“Baiklah,” Aku menepuk tanganku
dan menunjukkan arah jalan menuju rumahku.
“Hei, kau mau mengikutiku dan
melihatku berganti pakaian!” Aku menatapnya sinis saat dia mengikutiku sampai
depan pintu kamarku. Dia mengikutiku sampai seperti ini. Cih, takut sekali aku
akan kabur! Padahal kabur memang rencanaku saat ini.
“Oh, maaf!” Dia membungkuk sopan.
“Setidaknya bisakah kau memanggilku lebih sopan? Aku lebih tua darimu, kau tau?”
“Berapa umurmu? 30 tahun? Atau 50
tahun? Apa aku harus memanggilmu Ahjusshi, atau-“
Dia berdecak, “Apa aku terlihat
begitu tua? Aku seumuran dengan Oppamu.
Panggil aku dengan sebutan Oppa, itu
lebih sopan. Aku Shin Donghae”
“Baik, kenalkan aku Bang Minah.”
“Aku sudah tau.”
Aku memutar bola mataku,
“Terserahlah! Sana, aku mau ganti baju, OPPA!”
Aku membanting pintu kamarku keras.
Aku mondar-mandir di kamarku.
Percuma! Aku tak bisa kabur! Tak ada jendela di kamarku! Hanya ada lubang
ventilasi saja. Satu-satunya cara hanya itu saja. Semoga mereka akan berubah
pikiran dan melepaskanku.
“KAU?!”
“Tak usah terkejut seperti itu!”
Aku menaikkan dagunya, menutup mulutnya yang menganga. “Aku yang sebenarnya
seperti ini. Ayo, cepat pergi.”
“Tapi...”
“Aku mohon rahasiakan
identitasku, yang kau lihat saat menolongku. Aku tak bisa menjelaskannya
sekarang, sangat rumit. Tapi aku mohon, Oppa.”
Shin Donghae hanya mengangguk lalu menjalankan mobilnya.
^^^^
Mobil
memasuki sebuah halaman rumah yang luas. Sungguh, aku dibuat menganga
melihatnya. Rumah ini begitu besar dan indah. Sepertinya aku benar-benar
dijadikan istri simpanan Ahjusshi tua
berperut besar.
“Ayo, ikuti aku.” Aku mengangguk
dan mengikutinya. Aku bisa saja berlari dan kabur tapi melihat 5 ekor anjing
terikat di dekat pagar, aku mengurungkan niatku.
Shin Donghae Oppa membungkuk pada seorang gadis paruh baya yang sedang menyiram
bunga-bunga miliknya ditemani 3 maisnya.
“Apa dia gadis itu?”
“Ya, Nyonya.” Shin Donghae Oppa kembali membungkuk hormat. Nyonya
itu melihatku dengan pandangan merendahkan dari ujung rambut sampai ujung
kakiku. Huh, walaupun dia memakai baju mahal tapi dia tak terlihat anggun
dengan sikapnya yang seperti in
i.
“Aku tak sangka, pilihan Apppa
benar-benar buruk. Ini membuat kepalaku pening.” Nyonya itu memijat keningnya.
“Bawa dia ke ruang tengah.”
“Baik. Ayo, ikut aku.”
Kami pun berhenti pasa sebuah
runagan yang mereka bilang ruang tengah. Tapi ini ruang tengah super besar dan
mewah yang baru aku lihat selama hidupku. Mataku terbelalak melihat siapa yang
sedang duduk di sofa yang juga sangat mewah itu.
“oppa!” Aku duduk di samping TOP Oppa dan memeluknya. “Apa Oppa yang menjualku? Andwae~! Aku tak
mau dijodohkan dengan ahjussi tua dan botak. Bawa aku pergi, Oppa. Aku mohon.” Aku mengguncang lengan
TOP Oppa.
“EHM!” Nyonya itu duduk di
hadapan kami. “Aku tau kalian tak terpelajar dan tak tau tata krama. Tapi
bisakah kalian diam! Aku ingin semua ini segera selesai.” Nyonya itu kembali
memijat kepalanya.
“Maaf,” jawab Oppaku. Aku hanya diam tak mengerti.
“Oh, Tuhan! Appa yang dipikirkan Appaku
saat dia memilihmu sebagai tunangan anakku. Walaupun untuk membayar hutang tapi
kenapa harus bertunangan? Kenapa tak dijadikan pembantu seumur hidup saja. Ah,
Tuhan!” Nyonya itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
“Tunangan? Tunangan siapa?”
“Andwae~! Oppa aku tak mau! Pasti anaknya bujangan lapuk yang tak laku-laku.
Andwaee Oppa!”
“Kau pikir kau siapa!
Berani-beraninya menghina anakku seperti itu! Kau pikir aku rea menjodohkan
anakku dengan gadis kuno, kampungan seperti dirimu!”
Oppa mencubit
lenganku dan memelototiku untuk diam. “Maafkan kami, Nyonya.”
“Panggil aku Mrs. Jang. Kalian
harus ingat, kalau bukan karena wasiat Appaku
aku tak akan rela menjodohkan anakku dengan yoja mengerikan seperti kau!”
Cih, siapa juga yang mau
bertunangan dengan anaknya yang bujangan lapuk itu. Aissshhhhh, nasibku kenapa
sesial ini?
^^^^
“Oppa,
apa kau menyetujiu aku bertunangan dengannya untuk melunasi hutang-hutang Appa?”
“Mau bagaimana lagi, asal kau
berdandan jelek seperti ini aku rela-rela saja. Dan lelaki itu sangat tampan
bukan? Matamu saja sampai melotot begitu. Untung air liurmu tak ikut menetes.”
Ya, aku akui lelaki itu tampan,
sangat tampan malah! Aku tak tau ketampanan itu diwarisi dari siapa. Namun yang
pasti bukan dari Ummanya yang jahat
juga sombong itu.
FLASHBACK
“Akan aku tunjukkan anakku
padamu. Dan kau akan menyesal telah mengatkan hal serendah itu pada anakku.
Panggil Hyun Seung kemari.” Seorang Maid pun pergi menuju lantai atas.
Aku menahan nafas, menati lelaki
yang bernama Hyun Seung itu. Nafasku tercekat memandang wajah lelaki itu.
Rasanya aku benar-benar tak bisa mengeluarkan kata sedikit pun. Hingga tanpa
sadar aku berdiri dan mungkin menganga memandangnya.
“Ini gadis yang dijodohkan
untukmu.”
TOP Oppa menarik tanganku menyuruhku duduk. Lelaki itu hanya
memandangku datar, dia ternyata mirip dengan Ummanya.
“Apa ini tidak salah?” Oppaku pun menyadarinya. Tidak mungkin
lelaki itu mau ditunangkan denganku. Semua orang hanya memandangku makhluk
jelek buruk rupa yang menjijikan.
“Ini memang sudah salah dari
awal.” Aku hanya bisa menunduk mendengar jawaban Mrs.Jang.
“Bagaimana kalau aku tak usah
dijodohkan dengan anak anda. Bagaimana kalau aku melunasi hutang Appa dengan menjadi maid di sini. aku
pintar memasak dan juga rajin bekerja. Tak apa bagiku.”
“Aku tak membutuhkan pembantu.”
“Tapi aku tak terbiasa tak
melakukan apapun di rumah. Dan aku tau perjodohan ini tak ada yang
menginginkannya. Kami tak bisa menerima kebaikan begitu saja.” Aku tau diri,
tak mungkin begitu enaknya hutang Appa
terbayar begitu saja. Setidaknya aku tak mau menjadi benalu di rumah ini. Aku
tak mau dianggap tak berguna.
“Ok, kau bisa memntu di rumah
ini. Aku akan berikan baju maid, tenang aku akan membayarmu untuk pekerjaan
ini. Dan kau harus tinggal di rumah ini, hanya hari minggu kau mendapat libur.”
“Terima kasih, Nyonya.”
FLASHBACK END
“Oppa, aku akan merindukanmu.” Aku memeluk erat TOP Oppa. Ini pertama kalinya aku berpisah
dengan Oppaku.
“Aku akan mengunjungimu sesekali.
Kau tak usah khawatir.” Oppa
tersenyum dan memelukku lagi.
“Oppa tak boleh balapan selama aku tak ada. Oppa harus mencari pekerjaan lain. Berjanjilah padaku.”
“Pekerjaan apa lagi yang bisa aku
lakukan selain balapan? Kau tenang saja, tak akan terjadi apapun.”
“Kalau Oppa berani melakukannya, sama saja Oppa membunuhku perlahan-lahan. Oppa,
aku mohon jangan balapan lagi.” Mataku sudah berkaca-kaca. Jangan, aku takut Oppa meninggalkanku.
“Apa yang kau khawatirkan? Aku
tak perlu kau jaga seperti itu. Aku lebih tau darimu anak kecil.”
“Oppa, kau tai tidak? Setiap malam aku bermimpi buruk. Aku takut,
aku takut Oppa akan pergi
meninggalkanku. Meninggalkanku seperti apa yang Appa lakukan.”
“Tidak, aku tidak akan melakukan
hal seperti itu.”
“Tapi, kalau Oppa terus balapan liar seperti itu Oppa pasti akan meninggalkanku. Berapa banyak kecelakaan yang
merenggut nyawa pengendara motor? Berapa banyak Oppa? Dan aku tak mau itu terjadi pada Oppa, aku tak mau!” Aku tak bisa lagi menahannya. Air mata ini
mengalir begitu saja tanpa aku minta.
TOP Oppa kembali memelukku, “Oppa,
jangan pernah melakukan pekerjaan berbahaya seperti itu tanpa ada aku
disampingmu. Kau akan membuatku ketakutan setiap malam. Aku mohon, dengarkan
perkataanku kali ini.”
“Baiklah, akan aku lakukan demi
adikku tersayang. Aku akan mencari pekerjaan lain. Bagaimana?” Oppa mencium pipiku kilat. Aku
mengangguk dan tersenyum.
“Janji? Tak akan berbohong?”
“Ya.”
“Walaupun Oppa tak mempunyai uang, tak akan balapan?”
“Ya, ya, ya...”
Aku melambaikan tanganku pada Oppa yang pergi dengan motornya. “Oppa, aku akan berusaha keras! Aku akan
melunasi hutang Appa secepat
mungkin.”
^^^^
Sudah 3 hari aku berada di rumah
mewah ini. Dan selama 3 hari itu pula aku masih sering menangis. Aku begitu
rindu Oppaku.
Biasanya sebelum tidur, Oppa akan berbaring di sampingku dan
memainkan rambutku. Kami berdua akan saling menceritakan mimpi kami. Dan Oppa akan mengelus kepalaku lembut
sampai aku tertidur. Mengingatnya membuat aku semakin rindu!!!
Penghuni rumah ini memang tak
memperlakukanku seperti pembantu. Aku kan bersih-bersih pagi-pagi sebelum
berangkat ke sekolah dan melanjutkan pekerjaanku sepulang sekolah. Aku memang
tak makan di meja makan yang sama dengan mereka dan itu tidak masalah. Aku
sadar kedudukanku.
Tapi aku merasa bersalah,
gara-gara kau banyak maid yang dipecat. Yang tersisa hanya bibi Min yang sudah
bekerja pada keluarga ini selama 20 tahun. Mungkinkarena aku telalu semangat
bekerja hingga pekerjaan maid lain aku yang menyelesaikannya.
Lamunanku di kebun belakang
terganggu saat mendengar suara ramai mendekati kebun belakang ini.
“Selamat malam,” Aku berdiri dan
membungkuk hormat pada Hyun Oppa dan
teman-temannya. Ah, lagi-lagi mereka akan berpesta sampai tengah malam.
Gara-gara Mrs.Jang tak ada mereka bebas melakukan apapun di rumah ini.
“Apa yang harus aku siapkan
Tuan?”
“Seperti biasa, kau ini bodoh
sekali! Masa setiap kami datang kami harus mengingatkanmu! Dia bodoh sekali
kan, Hyun Seung sayang.”
Aku merasa mau muntah melihat tingkah sok
manja gadis di hadapanku itu. Kurang ajar dia mengataiku bodoh! Hyun Oppa bodoh sekali mau saja berdekatan
dengan gadis benalu seperti itu.
“Baiklah, akan aku siapkan.” Aku
pun pergi ke dapur dan membuka kulkas, tapi aku tak menemukan apapun. Berarti
aku harus pergi ke supermarket untuk membeli semuanya.
Huaaaaa, malam ini dingin sekali.
Dua keranjang belanjaan menambah berat langkahku. Beginilah nikmatnya menjadi
gadis jelek, kau tak perlu takut diganggu lelaki hidung belang malam-malam
begini. Mana ada yang berminat dengan gadis jelek.
Aku meletakan kaleng-kaleng
minuman dan makanan pada meja di ruang tengah. Musik keras sudah terdengar
memekakkan telinga. Kasihan Bibi Min, malam ini tidurnya harus kembali terganggu.
Tubuh tuanya harus kembali menunggu mendapat tidur yang nyaman.
Mereka sibuk menari dan
berbincang sana sini, tak menghiraukan diriku yang bolak-balik merapikan dan
membuang sampah-sampah mereka. Aku sudah lelah, tapi sepertinya pesta ini akan
berlangsung hingga pagi.
“Hei, mana tunaganmu itu? Aku
ingin melihatnya.” Teriak salah satu teman Hyun Seung Oppa. Aku yang mendengarnya merasa penasaran. Aku pun lebih
mendekati mereka sambil berpura-pura sedang bersih-bersih.
“Ya, mana gadis yang merebutmu
dariku? Sialan sekalii! Secantik apa dia? Bukankah tak ada yang lebih cantik
dibandingkan aku, Eun Bin.” Gadis genit otu tertawa-tawa.
Hyun Seung Oppa hanya diam, tak memedulikan teman-temannya yang
mengerubunginya menanti jawaban. Ah, sudah aku duga dia malu mengakuiku.
“Ah, maaf.” Aku membungkuk dan
meMinta maaf. Karena kesal dengan cerobohnya aku menabrak seorang lelaki hingga
minumannya membasahu bajunya.
“Ah, siapa yang berani menabrak
Lee Min Hyuk? Oh, ternyata gadis pelayan ini!”
“Mianhae, mianhae,” aku berusaha
melepaskan genggaman tangannya.
“Hei, aku baru sadar kalau dia
cantik.”
“Cantik dari mana? Dia itu gadis
jelek yang pernah aku temui. Kau benar-benar sudah tidak waras Min Hyuk.” Eun
Bin tertawa.
“Lihat, dia memiliki rambut yang
indah. Dan kaca mata ini sepertinya penghalang matanya yang juga indah.”
“Aku mohon jangan Tuan.” Aku
berusaha menahan tangannya yang hendak melepaskan kaca mataku.
“Lepaskan kaca mata bodohmu ini.
Kau akan berterima kasih padaku karena kau terlihat cantik setelah melepas kaca
mata ini.”
“Jangan, aku mohon.”
“Hyung, hentikan! Soal bajumu nanti aku yang urus. Lepaskan maidku.”
Hyun Seung Oppa menjauhkan lelaki itu
dariku.
“Biarkan Min Hyuk bermain-main
dengan maidmu.” Eun Bin menarikku lalu mendorongku pada Min Hyuk.
“Bagaimana kalau kita juga
mengajak maidmu bersenang-senang?”
“Hyung, aku mohon jangan seperti ini.”
“Maidmu cantik sekali!” Lelaki
yang bernama Min Hyuk itu mengedipkan matanya padaku. Aku sunguh-sunguh muak!
Ingin sekali aku meninju wajahnya.
Hyun Oppa pergi mematikan alunan musik yang menghentak, “Sebaiknya semua
berakhir sekarang. Supirku aka mengantar kalian pulang.”
Terdengar protes di mana-mana
tapi Hyun Oppa tetap membawa mereKa
menuju pintu. “Hei, mengapa kau mengusir kami seperti ini hnaya karena aku
menggoda maidmu? Kau berlebihan sekali!”
“Hyung, bajumu besok aku jamin sudah berada di kamarmu.”
“Jawab pertanyaanku! Aku tak
peduli dengan bajuku!”
“Tak ada apapun.”
“Kalau begitu boleh sesekali aku
mengajak maidmu pergi bersamaku?”
“Tidak boleh!”
“Wae?”
“Karena semua yang berada di
rumah ini milikku. Dan tak ada yang oleh menyentuh mlikku selain aku.”
.
.
.
TEBECE
COMMENT YUK,
PPYONG~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar