.showpageArea a { text-decoration:underline; } .showpageNum a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageNum a:hover { border: 1px solid #cccccc; background-color:#cccccc; } .showpagePoint { color:#333; text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; background: #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageOf { text-decoration:none; padding:3px; margin: 0 3px 0 0; } .showpage a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; padding:3px; } .showpage a:hover { text-decoration:none; } .showpageNum a:link,.showpage a:link { text-decoration:none; color:#333333; }

Flash Labels by Way2Blogging

Sabtu, 21 Februari 2015

TELEPATHY [DUA]

"Aku masih berada di sini, Verena. Suruh orang itu pergi!"

"Mir, dia masih disini! Tolong aku." Verena kembali menangis. Mir tak bisa menghentikan tangis Verena yang semakin mengeras. Gadis itu terus berteriak sambil sesekali meronta.

"Suruh orang itu pergi, Verena. Cepat!"

Entah kekuatan darimana, Verena melepaskan lengan Mir lalu mendorong tubuh Mir. Membuat lelaki itu mundur tiga langkah.

"Pergi dai sini, cepat! " Teriak Hyena dan Verena bersamaan. Mir mundur perlahan, membuka knop pintu lalu menghilang.

Sosok Hyena muncul kembali. Berjongkok sambil tangannya memegang ujung meja. "Puas kau, dia pasti berpikir aku sudah tidak waras." Verena memandang Hyeri dengan pandangan kabur. Air mata menumpuk di kedua kelopak matanya.

"Jangan dekati orang itu." Ucap Hyena dalam posisi yang sama.

"Apa Mir yang membuatmu seperti ini? Apa kau akan mempergunakan aku utuk membalas dendam padanya?"

"Sejujurnya kau tak mengenal orang yang bernama Mir itu. Hanya saja saat Mir berdekatan denganku, tubuhku terasa lemah, sakit."

Verena menghapus air matanya dengan kasar. Dapat dilihat tangan Hyena yang bergetar saat menjadikan pinggiran meja sebagai pegangan untuk berdiri. Sosok Hyena berubah transparan lalu kembali seperti semula, berulang kali.

"Aku sudah membuatnya takut. Aku tak memiliki muka lagi untuk bertemu orang-orang." Verena menekuk tubuhnya, nada suaranya lemah.

"Kau akan baik-baik saja." Hyena mendekati Verena dan menyentuh lengan kanan Verena. Mata Verena terbelalak, bibirnya mengeluarkan ringisan. Verena menghentakkan lengannya. Sentuhan Hyena terasa dingin dan perih. Menatap lengannya, tak ada luka apapun tapi perih itu masih terasa.

"Mereka pasti berpikir aku sudah gila" Verena menghela nafas.

"Kau bisa berbicara denganku tanpa menggerakkan bibirmu, cobalah."

Verena menatap Hyena, "Apa kau tidak berbobong?" Ucap Verena dalam hati BACA SELENGKAPNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar