.showpageArea a { text-decoration:underline; } .showpageNum a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageNum a:hover { border: 1px solid #cccccc; background-color:#cccccc; } .showpagePoint { color:#333; text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; background: #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageOf { text-decoration:none; padding:3px; margin: 0 3px 0 0; } .showpage a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; padding:3px; } .showpage a:hover { text-decoration:none; } .showpageNum a:link,.showpage a:link { text-decoration:none; color:#333333; }

Flash Labels by Way2Blogging

Sabtu, 11 Oktober 2014

REMEMBER [PART 2]



EPISODE SEBELUMNYA
 PART 1 II  PART 2  II  PART 3 II PART 4 II PART 5




HAPPY READING
^^^^
AUTHOR POV

Kau tau ini bunga apa? Ini bunga carnation pink. Bunga yang melambangkan perasaan hatiku untukmu. Kau cinta pertamaku, cinta yang tak akan pernah terlupakan.

“Eh,” Sebuah note keci terjatuh dari halaman buku yang sedang dibacanya. “Short Journey”, judul buka itu.  Hanya buku tua yang tersimpan di rak bukunya. Minah tersenyum membaca isi note itu. Siapa yang menulis note ini? Entahlah, dia tak ingat.

“Minah, Kwangin menunggumu di ruang tengah.” Suara Ummanya mengusiknya. Dengan malas Minah melangkah menuruni tangga kamarnya menuju ruang tengah.

“Hai,” Kwangmin memeluk Minah erat. Minah tak membalas pelukannya hanya tersenyum seadanya.

“Masih ingat padaku ternyata.”

“Jangan memulai, aku sedang tak berminat bertengkar denganmu.” Kwangmin menarik tangan Minah, menariknya duduk disamping. “Aku  membawa banyak hadiah untukmu. Maaf aku melupakanmu, aku kemarin pergi ke Jepang selama tiga minggu.”

Minah menerima hadiah itu dengan tak bersemangat, setidaknya menghargai kebaikan orang lain. “Gomawo. Kau mau minum apa?”

Minah yang hendak beranjak, ditahan oleh Kwangin. “Aku tau kau marah, maianhae. Bukannya aku tak khawatir padamu, hanya saja aku begitu sibuk di sana. Hingga aku tak sempat menghubungim.”

“Tapi kau pikir aku anak kecil? Tinggal kau beri hadiah dan semua kekesalanku bisa hilang begitu saja?”

“Lalu apa yang harus aku lakukan untukmu agar kau tak marah lagi?”

“Apapun?”

“Apapun.”

“Bagaimana kalau kita berjalan-jalan seharian? Tak ada telephon, tak ada meeting, tak ada urusan pekerjaan seharian penuh. Bagaimana?”

“Hanya sehari.” Minah mengangguk. “Baiklah. Kebatulan aku punya dua tiket pembukaan taman hiburan terbaru. Kau bisa bermain, mencicipi berbagai makanan, berenang, nonton konser, semuanya lengkap.”

“Benarkah?” Minah mengambil tiket itu dengan cepat. “Ok, besok aku menunggumu. Saranghae Kwangmin.”



- Aku benci melihatmu tersenyum, melihatmu tertawa, melihatmu bahagia. aku benci! Karena senyum itu, tawa itu, rasa bahagia itu kau tunjukkan pada orang lain. Aku lebih senang melihatmu bersedih karena aku tak ada, kau menangis karena rindu padaku. Karena semuanya hanya tentang aku, bukan orang lain –
^^^^


Minah memandangi pantulan bayangannya dicermin, tersenyum. Semuanya sudah perfect, dia sudah siap. Minah pun bergegas menaiki taxi  menuju taman hiburan itu, sungguh sangat tidak sabar.

Minah melihat jam tangannya, dia datang terlalu awal. Masih ada 10 menit lagi sampai jam yang telah direncanakan.  Minah tersenyum melihat beberapa pasangan yang juga datang ke sana. Betapa beruntungnya dia bisa ke sini. kau tau, tiket pembukaan ini hanya untuk kalangan tertentu.

Minah berusaha untuk terus tersenyum walaupun sudah 20 menit lebih sosok Kwangin belum datang juga. Padahal Kwangmin sudah berjanji, apa kali ini dia berbohong lagi?

Minah sungguh ingin menangis, Kwangin tak juga datang bahkan ponselnya tak aktif. Apa ada pekerjaan mendadak lagi? Kalaupun benar kenapa tak menghubunginya? Dia benar-benar kecewa.

“Hai, hai,”

Minah pun mendonggak saat ada seseorang yang menepuk pundaknya. Dia sedang berjongkok di bawah pohon di samping gerbang taman hiburan itu. Kedua matanya basah.

“Taemin? Sedang apa di sini?” Minah pun berdiri dan menghapus air matanya.

“Kau yang sedang apa di sini? Berjongkok di tempat seperti ini, apa kau kehilangan orang tuamu?”

“Aku sedang tak ingin bercanda denganmu, aku sedang kesal!” Minah mengepalkan tangannya.

“Hei, kau punya tiketnya? Aku ingin sekali masuk tapi tak mempunyai tiket. Kau akan pergi dengan siapa? Tapi sepertinya orang yang kau tunggu tak datang. Bagaimana kalau aku saja yang menggantikannya? Ayo, aku sudah tidak sabar!”

Minah hanya bisa terpaku melihat tangannya ditarik masuk ke dalam. Minah pun memberikan dua tiket itu pada petugas dan mereka pun masuk. Minah dapat melihat pandangan kagum di wajah Taemin. Seperti anak kecil yang baru pertama kali diajak bermain.

“Kau kampungan sekali,” omel Minah.

“Diam dan nikmati.” Taemin menarik tangan Minah sesukanya, mencoba berbagai permainan yang ada di sana. Minah lagi-lagi tak mengerti, Taemin bisa berubah begitu cepat. Tadi dia berbicara panjang lebar dan sekarang kembali menjadi Taemin yang dingin dan pelit berbicara.

Minah dan Taemin mencoba semua permainan yang ada di sana. Mereka tanpa sadar telah tertawa bersama dan peganggan tangan itu tak pernah terlepas. Taemin pun sesekali berhasil menggoda Minah.

Minah selalu meraskan hal yang berbeda saat bersama Taemin. Rasa nyaman, rasa bahagia yangterkadang tak dirasakan Minah saat bersama Kwangmin. Minah sering merasa kesepian walaupun Kwangmin sedang bersamanya.

“Sudah, aku tak mau bermain lagi. Aku lelah.” Minah pun duduk di salah satu bangku. Terkadang tertawa melihat ekspresi para pengunjung yang sedang mencoba berbagai permainan. Apa wajahnya juga tadi terlihat seperti itu.

“Ah, asik sekali.” Taemin pun duduk di sampingnya.

“Hei, kenapa kau selalu ada saat aku sedang sedih? Apa kau selalu mengikutiku kemanapun?”

Taemin menatap Minah lalu kembali memandang ke depan, “Aku lebih dari itu kau tau. Tapi kau pasti tak akan mempercayainya kalau akuuu...” Perkataan Taemin terhenti saat melihat Minah tiba-tiba berlari.

Minah menutup mulutnya, air mata kembali menetes di pipinya. Sungguh, dia tak percaya apa yang dilihatnya saat ini. Kwangmin! Kwangmin sedang bergandengan mesra dengan seorang yeoja yang tak dikenalnya. Apa Kwangmin buta, harusnya dia sedang bersamanya bukan dengan yeoja itu.

“Kekasihmu?” menderngar perkataan Taemin, Minah ingin berlari pergi. Tapi tangan Taemin menahannya. “Dekati kekasihmu itu, biar dia tau kau tak bisa lagi dia bohongi. Aku bersyukur kau akhirnya tau apa yang dia lakukan di belakangmu.”

“Apa maksudmu?” Minah menatap Taemin dengan mata yang berair.

“Tanyakan saja pada kekasihmu apa yang dia lakukan di belakangmu. Pergilah.” Taemin melepaskan genggaman tangannya. Dia tersenyum melihat Minah yang berlari mengejar Kwangmin dan kekasihnya itu.

“Kwangmin apa yang kau lakukan di sini?” ucap Minah pelan. Tapi Kwangmin dapat mendengarnya karena Minah berada di depannya saat ini. Kwangmin ingin melepaskan genggaman tangannya pada yeoja di sebelahnya namun yeoja itu tetap memegang tangan Kwangmin erat.

“Padahal aku menunggumu. Menunggumu sampai putus asa.”

“Aku tadi datang kemari terlambat tapi aku tak melihatmu di sni jadi aku pergi saja dengan temanmu?”

“Teman? Apa maksudmu kita teman?” Yeoja itu berteriak tak terima, Kwangmin gelisah.

“Bukankah kau bilang kau hanya punya dua tiket? Lalu bagaimana kau bisa ada di sini? Siapa Yeoja itu? Katakan yang sebenarnya padaku! Jangan berbohong lagi!”

“Aku... ini..”

“Jelaskan saja yang sebenarnya pada yeoja ini. Jeoja yang hanya menjadi beban untukmu, Kwangmin!”

“Apa maksud yeoja itu? Diam kau yeoja perebut pacar orang! Aku tak ada urusan denganmu!”

“kau yang diam! Kau itu hanya...”

“SOO RA! Cukup hentikan. Minah aku hanyaa....” Kwangmin mencoba memegang tangan Minah namun segera ditepis Minah kasar.

“kau pikir hanya kau saja yang bisa selingkuh? Aku juga bisa! Kau lihat aku di sini bersama siapa? Aku di sini bersenang-senang dengan Taemin! Dan aku sangat bahagia saat ini!” Minah terus menangis.

“HAHA~! Dasar pembohong! Mana yang namanya Taemin itu? Kau sendirian di sini!”

“HAH, aku ingin tertawa! Lalu di sebelahku ini siapa?”

“Kau memang  yeoja yang sudah benar-benar kurang waras.”

“Kwangmin, kau melihatnya kan?”

Kwangmin menyentuh pundak Minah, “Benar, kau sendirian di sini. tak ada siapa-siapa.”

“BOHONG! KALIAN PEMBOHONG!” Minah menutup kedua telinganya.
.
.
.
.
TEBECE

Lanjut tidak?


PPYONG~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar