HELLO, ANNYEONG..
Sudah lama tidak mendatangi ke blog
ini...
PRIMROSE, INI FF TAEMINAH, SIAPA YANG
SUKA COUPLE INI? SAYA MULAI MELIRIK COUPLE INI.. HEHEHE
SO, SELAMAT MENIKMATI, JANGAN LUPA
DICOMMENT DAN KRITIK YA..
MUACH, MY PRIMROSE
.............................................................................................................................................................................
TITLE : [CHAPTER] // REMEMBER [PART 1]
AUTHOR :
EVERG
GENRE :
DRAMA, ANGST, ROMANCE
Main CAST :
·
LEE TAEMIN
·
BANG MINAH
Support Cast :
CEK SENDIRI
WARNING :
DON’T LIKE DON’T READ, NO COPAS, banyak miss typo
DISCLAIMER :
Karakter tokoh tidak sesuai aslinya. Hanya berupa hasil imajinasi
author. Seluruh hak cipta penulisan karakter, alur dalam cerita yang tertulis
asli milik author.
NOTE !!!
Cerita ini hanya fiktif
belaka. Bila ada karakter idol kalian yang tidak biasa itu karena tuntutan
peran :p. Jangan marah ke author.. marah saja ke orang lain di samping anda
Hehehe
RCL Please
PART 1 II PART 2 II PART 3 II PART 4
{END}
^^^
“Hujan,” seorang gadis menatap lirih ke atas
langit yang gelap. Menghembuskan nafasnya panjang kemudian menatap ke
sekelilingnya. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya. Sesekali bergidik saat angin
menerpa wajahnya. Pipinya sangat dingin saat ini.
Minah,
nama gadis itu. Matanya menatap orang-orang yang berani menerobos hujan.
Membiarkan air hujan membasahi kemeja ataupun jaket mereka. Menggerutu, saat
melihat payung warna-warni melintas di hadapannya, “Bukankah menurut ramalan
cuaca hari ini akan cerah? Menyebalkan!”
Minah
kembali menghentakkan kakinya. Sudah satu jam dia menunggu. Appa, Umma, Oppa bahkan kekasihnyanya,
tak ada satu pun yang datang menjemputnya. Hai, dia benci menunggu!
Bisa-bisanya mereka masih menguju kesabarannya.
“Sudahlah!”
Minah berlari meninggalkan pelataran toko tempatnya beteduh sejak tadi.
Menerobos hujan, membiarkan kepalanya bebas terguyur hujan. Melupakan kenyataan
bahwa tubuhnya lemah, pasti setelah ini dia akan demam. “Biarkan saja! Kalaupun
aku demam, aku senang Umma akan repot
mengurusiku. Itu hukuman karena sudah membuat aku menunggu!” Gerutunya lagi.
Halte bus terasa begitu jauh! Tubuh Minah sudah sangat basah
dan hujan masih saja betah mengguyur bumi. Kepala Minah sudah terasa pening. Ya
Tuhan, jangan biarkan aku jatuh pingsan di sini.
Langkah
Minah terhenti saat melewati sebuah jembatan layang yang sudah sepi. Kedua
tangannya mencoba menghapus air hujan yang terus menerpa wajahnya, mengaburkan
pandangannya. “Siapa itu?” Ada seseorang yang sedang berdiri di batas pagar
jembatan layang sambil merentangkan tangannya. Sosok itu hanya memakai baju
kaos dan celana panjang. Tanpa jaket ataupun payung. Apakah dia juga sama
sepertinya, korban penipuan ramalan cuaca di televisi?
Minah
menimbang-nimbang, antara melanjutkan perjalanannya menuju halte atau peduli
pada orang yang akan bertindak bodoh itu. Minah ingin segera pulang tapi dia
tak mengkin pura-pura tak peduli seperti itu. Kepalanya sudah sangat pening dan
dia sangat kedinginan.
“Hai,
kau! Apa yang aku lakukan!” Teriak Minah pada sosok itu. Sosok Lelaki yang
seakan tak mendengar teriakannya, padahal jarak mereka hanya sejauh empat
langkah. Lelaki itu malah berjalan lebih dekat ke batas pagar pembatas sambil
menutup matanya.
“Bodoh!
Apa yang kau lakukan!” teriak Minah lebih keras sambil menarik baju Lelaki itu.
Membuat lelaki itu terduduk di jalanan. Setidaknya dia menjadi sedikit menjauh
dari pagar pembatas.
Lelaki
itu menatap Minah dengan pandangan tajam. Minah tidak tau entah kenapa dia
terkunci pada pandangan mata itu. Tatapan tajam yang seolah pernah dilihatnya,
entahah.
“Dimana
rumahmu, ayo aku antar pulang.” Minah menarik tangan Lelaki itu dengan susah
payah. Menggenggam tangan Lelaki itu erat dan menariknya berjalan menuju halte
Bus. Tersisa 1 bus lagi untuk malam ini. Tangan Lelaki itu terasa begitu
dingin, bibirnya biru dan wajahnya pucat. Mungkin itu akibat dia berdiri
terlalu lama di bawah guyuran hujan.
“Lepakan
tanganmu!” Akhirnya Lelaki itu mengeluarkan suaranya.
“Tidak
akan! Aku tak akan membiarkanmu lolos dan melakukan perbuatan bodoh itu lagi.” Minah
mengeratkan genggaman tangannya. Hujan kini sudah berhenti menyisakan udara
yang begitu dingin. Minah merasa sangat lemas dan kedinginan, dia berharap bus
segera tiba dan dia bisa cepat tiba di rumah. Jalanan pun mulai sepi, yang
tersisa di halte pun hanya Minah dan Lelaki aneh itu.
“Kau
pikir aku akan melakukan apa?”
“Kau
akan bunuh diri, bukan? Bodoh sekali kau mau mengakhiri hidupmu dengan cara
rendahan seperti itu.”
Lelaki
itu tersenyum samar memandang gadis asing di hadapannya diantara guyuran hujan
dingin yang menusuk tulang. “Lagi pula, hidupku memang sudah berakhir. Aku
sudah mati sejak lama.” Wajahnya berubah datar, melepaskan genggaman tangan
sang gadis asing dari pergelangan tangan kanannya.
’
“Apa?!”
Minah menatap Lelaki itu tak percaya. Bisa-bisanya berbicara setenang itu
tentang kematian. “Bodoh! Aku baru pertama kali bertemu dengan orang bodoh
sepertimu.”
“Kau
siapa? Sok tau sekali!”
“Aku
Minah. Aku memang tak mengenalmu. Tapi asal kau tau banyak orang di luar sana
yang ingin hidup lebih lama. Sedangkan kau ingin mengakhiri hidupmu. Ck,
menyedihkan!”
“Aku
Lee Taemin. Apa namaku mengingatkanmu akan sesuaru?” Lelaki bernama Taemin itu
tersenyum. Minah terpaku menatap senyum itu. Dia merasakan ada cahaya begitu
terang yang datang ke hadapannya. Membuat matanya begitu silau. Kini yang
dilihatnya hanya warna putih. Lalu dia tak mengingat apa yang terjadi
selanjutnya.
Saat
potongan-potongan kenangan terpisah-pisah. Seperti penggalan film yang tersusun
berantakan. Bisakah kau mengurutkannya lagi? Menyusunnya menjadi rangakaian
cerita yang utuh. Hingga kau bisa menjawab pertanyaanku. Saat aku bertanya “DO
YOU REMEMBER ME?”
^v^
“Eungh...”
“Minah,
kau sudah sadar?”
Minah
membuka matanya perlahan. Menatap satu persatu orang-orang di sampingnya,
mencoba mengenali siapa mereka. “Umma,
Appa, aku dimana?” Dokter dan suster
yang berada di sana pun segera memeriksanya.
“Kau
di rumah sakit.” Nyonya Bang memegang tangan Minah. Rumah sakit?
“Kau
pingsan kemarin di halte. Kemana saja kau? Ponselmu tidak aktif, bukankah kau
meminta Appa dan Umma menjemputmu? Tapi kau malah tak ada,” ucap Appanya.
Ponselku tidak aktif?
Bukankah aku menyalakannya semalaman, mungkin ponselku basah terkena hujan
kemarin. “Mana Lelaki itu? Apa dia yang membawaku ke rumah
sakit ini?”
Ummanya
menggeleng. “Appa dan Umma yang membawamu. Kami yang
menemukanmu pingsan di halte bus. Dan di sana kau sendirian.” Sendirian? Apa Taemin pulang duluan dan
meninggalkan aku begitu saja? Kejam!
Ini
sudah hari ketiga Minah menginap di rumah sakit. Tubuh lemahnya memang
menyusahkan. Dia sudah sangat bosan dan ingin sekali pulang. Kesal, kekasihnyanya
tak juga menjenguknya. Sesibuk itukah?
“Taemin!”
Ucap Minah sedikit berteriak. Kaget melihat Taemin ada di kamarnya sedang
melihat ke luar jendela. Orang ini senang sekali melihat pemandangan dari
ketinggian, kamar rawat Minah berada di lantai tiga. “Kenapa baru menjengukku?”
“Maaf.”
Jawab Taemin singkat dan datar. Dia berjalan mendekati ranjang Minah dan
meletakkan bunga carnation pink ke
dalam vas di atas meja.
“Bagaimana
kau tau aku suka bunga ini?”
Taemin
mengangkat kedua bahunya, “Kau akan tau sendiri kenapa.” Walaupun Taemin tak
banyak berbicara Minah merasa nyaman bersamanya. Wajahnya berseri-seri,
mulutnya begitu cerewet bahkan kedua tangannya bergerak ke sana sekali. Padahal
Taemin hanya menanggapinya dengan senyum,
menjawab “hmm”, “bagus”. Tapi Minah tetap semangat bercerita apapun.
Padahal Minah benci orang yang mengabaikannya.
Minah
memandang wajah Taemin yang sedang
tertidur di sofa dengan tak berkedip. Matahari sudah hampir pulang ke rumahnya.
Sudah dua hari ini Taemin menemaninya. Mengusir rasa sepi yang menghampirinya
saat keluarga dan Lelakichingunya tak memedulikannya. Mereka semua terlalu
sibuk.
^v^
Minah
terus tersenyum, entah ada rasa dari mana yang selalu menariknya untuk terus
menatap Taemin. Orang asing yang misterius.
Minah
tak pernah seperti ini sebelumnya. Dia adalah gadis angkuh yang tak peduli akan
orang lain. Tapi Taemin menariknya untuk selalu dekat dan menjadi orang
berbeda. Minah menguap, rasa kantuk juga menyerang dirinya. Matanya pun
tertutup perlahan.
“Minah,
bangun.” Tubuh Minah diguncang lembut. Minah mengucek matanya dan berusaha
mengembalikan kesadarannya.
“Appa... Umma?” Minah pun terduduk menyender pada kepala tempat tidurnya.
Pandangan mata Minah tertuju pada sofa tempat Taemin tertidur tadi. Matanya
memandang sedih, lagi-lagi Taemin pergi tanpa pamit.
“Kenapa
wajahmu seperti itu, sayang? Kau akan pulang malam ini juga, harusnya kau senang.” Ucap Ummanya yang sedang membereskan
baju-bajunya.
“Apa
pulang, Umma? Apa tidak bisa menunggu
sampai besok? Aku..”
“Kenapa
anak Appa menjadi betah di rumah
sakit seperti ini? Biasanya kau akan cerewet meminta pulang? Apa tidak rindu
dengan Kwangmin?” Appanya menaik
turunkan alisnya, menggoda Minah.
“Benar. Setelah kejadian malam itu anak Umma terlihat aneh.” Ummanya pun berhenti membereskan
barang-barang Minah dan menatap Minah lekat.
“Tidak
ada yang berubah padaku. Jangan menatapku seperti itu. Aku rindu pada Kwangmin
tapi sepertinya dia yang tak rindu padaku.” Aku tersenyum miris
“Dia
sibuk, kau tau kan dia harus mengurus perusahaan Appanya.” Minah mengangguk. Tapi kali ini dia tak begitu peduli
akan ketiadaan Kwangmin. Di kepalanya hanya ada Taemin, Taemin, Taemin dan Taemin.
Otaknya pun seakan menghapus rasa kesalnya pada Kwangmin.
“Aku
hanya belum memberitahu temanku. Dia belum tau aku pulang hari ini. Andai saja
dia tak buru-buru pergi saat aku tertidur tadi.” Minah menghela nafasnya
panjang.
“Anak
Umma punya teman di sini, eoh? Dia
dirawat di mana? Lelaki atau gadis?” Ummanya
bertanya antusias.
“Hei,
kau sudah mempunyai Kwangmin, Minah.” Omel Appanya
Minah
tertawa, “Dia bukan pasien di sini. Dia Lelaki, Umma. Dan aku hanya berteman dengannya, Appa tak perlu khawatir. Dia orang yang aku tolong waktu dia hendak
bunuh diri dan dia juga yang menunggu bus bersamaku di halte.” Jawab Minah
semangat. Terlihat matanya yang berbinar saat bercerita.
“Tapi
sudah Appa bilang, kau sendirian di
sana. Tak ada yang bersamamu. Bagaimana bisa dia juga ada di sana?”
Minah
mengangkat kedua bahunya, “Mungkin, mungkin dia panik dan mencari bantuan
untukku. Lagi pula dia sering datang kemari dan menemaniku. Saat Appa dan Umma pergi, dia yang menemaniku. Aku merasa aneh saat melihatnya, sosoknya seperti
sangat aku kenal.”
“Ya,
bisa saja.” Ummanya memberikan tas
pada Appanya untuk dibawa ke mobil.
“Siapa Lelaki yang selalu menemani gadis Umma
ini? Hingga betah di rumah sakit.” Appanya
memandangnya tak suka.
“Namanya
Taemin, Lee Taemin. Dia Lelaki yang tampan namun tak banyak bicara tapi punya
senyum yang sangat manis. Umma dan Appa pasti akan senang melihatnya.
Kenapa? Kenapa wajah kalian terkejut seperti itu?”
“Tidak,
tidak apa-apa. sebaiknya Appa bawa
tas ini ke mobil. Umma, cepat bantu Minah
mengganti bajunya.”
“Umma ada apa? Katakan padaku. Apa
kalian sudah mengenal Sungri sebelumnya?
Kenaa wajah kalian terlihat begitu terkejut?”
“Tidak,
kami.. kami tak pernah mengenal orang yang kau sebutkan tadi. Umma saja lupa siapa nama orang itu.
Sudahah, kau harus ganti baju lalu pulang.”
“Kalian
aneh.”
Pandangan
Minah tertunduk, kakinya menendang batu yang ditemuinya di jalan. bosan! bosan, bosan! Semuanya sibukkkkkk!
Benciii! Sore hari yang cukup dingin memang asik untuk berjalan-jalan tak
tentu arah.
“Andai
saja ada Taemin. Ahhhhh!” Minah memukul kepalannya. Lagi-lagi hal itu yang dia
pikirkan. Andai saja Umma menunggu
esok hari, mungkin Taemin bersamanya saat ini.
“WOW!”
Minah melangkahkan kakinya cepat, memasuki sebuah taman di mana ada sebuah
danau di sana. Minah duduk di rerumputan dan bersandar pada sebuah pohon tua
besar yang sangat teduh. Sepertinya taman ini tak begitu dipedulikan karena tak
ada yang mendatanginya, padahal sangat indah.
Saat
mata Minah kembali terbuka setelah menikmati hembusan angin, matanya tertuju
pada sosok yang tak asing lagi. Taemin! Taemin sedang berdiri di tepi danau
memandang matahari yang sebentar lagi terbenam. Kedua tangannya dimasukkannya
ke dalam saku celananya.
Saat
semua pertanda datang satu persatu, akankah kau akan mengembalikan semuanya.
Apa kau tau siapa aku, atau kau telah melupakan semuanya. Apa selamanya aku
yang merindukanmu, mengingatmu sendirian. Akankah kau akan menyadarinya suatu
saat. Atau kau akan membiarkannya menguap dan hilang begitu saja?
.
.
.
TEBECE
Lanjut tidak?
PPYONG~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar