.showpageArea a { text-decoration:underline; } .showpageNum a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageNum a:hover { border: 1px solid #cccccc; background-color:#cccccc; } .showpagePoint { color:#333; text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; background: #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageOf { text-decoration:none; padding:3px; margin: 0 3px 0 0; } .showpage a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; padding:3px; } .showpage a:hover { text-decoration:none; } .showpageNum a:link,.showpage a:link { text-decoration:none; color:#333333; }

Flash Labels by Way2Blogging

Senin, 08 September 2014

REMEMBER [PART 1]



HELLO, ANNYEONG..
Sudah lama tidak mendatangi ke blog ini...
PRIMROSE, INI FF TAEMINAH, SIAPA YANG SUKA COUPLE INI? SAYA MULAI MELIRIK COUPLE INI.. HEHEHE
SO, SELAMAT MENIKMATI, JANGAN LUPA DICOMMENT DAN KRITIK YA..
MUACH, MY PRIMROSE
.............................................................................................................................................................................

TITLE : [CHAPTER] // REMEMBER [PART 1]

AUTHOR      : EVERG

GENRE        : DRAMA, ANGST, ROMANCE

Main CAST           :

·         LEE TAEMIN

·          BANG MINAH



Support Cast :
CEK SENDIRI

WARNING    :
DON’T LIKE DON’T READ, NO COPAS, banyak miss typo

DISCLAIMER         :
Karakter tokoh tidak sesuai aslinya. Hanya berupa hasil imajinasi author. Seluruh hak cipta penulisan karakter, alur dalam cerita yang tertulis asli milik author.

NOTE !!!
Cerita ini hanya fiktif belaka. Bila ada karakter idol kalian yang tidak biasa itu karena tuntutan peran :p. Jangan marah ke author.. marah saja ke orang lain di samping anda Hehehe

HAPPY READING


RCL Please

EPISODE SEBELUMNYA
PART 1 II  PART 2  II  PART 3 II PART 4 {END}

^^^
 “Hujan,” seorang gadis menatap lirih ke atas langit yang gelap. Menghembuskan nafasnya panjang kemudian menatap ke sekelilingnya. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku  jaketnya. Sesekali bergidik saat angin menerpa wajahnya. Pipinya sangat dingin saat ini.

Minah, nama gadis itu. Matanya menatap orang-orang yang berani menerobos hujan. Membiarkan air hujan membasahi kemeja ataupun jaket mereka. Menggerutu, saat melihat payung warna-warni melintas di hadapannya, “Bukankah menurut ramalan cuaca hari ini akan cerah? Menyebalkan!”

Minah kembali menghentakkan kakinya. Sudah satu jam dia menunggu. Appa, Umma, Oppa bahkan kekasihnyanya, tak ada satu pun yang datang menjemputnya. Hai, dia benci menunggu! Bisa-bisanya mereka masih menguju kesabarannya.

“Sudahlah!” Minah berlari meninggalkan pelataran toko tempatnya beteduh sejak tadi. Menerobos hujan, membiarkan kepalanya bebas terguyur hujan. Melupakan kenyataan bahwa tubuhnya lemah, pasti setelah ini dia akan demam. “Biarkan saja! Kalaupun aku demam, aku senang Umma akan repot mengurusiku. Itu hukuman karena sudah membuat aku menunggu!” Gerutunya lagi.

 Halte bus terasa  begitu jauh! Tubuh Minah sudah sangat basah dan hujan masih saja betah mengguyur bumi. Kepala Minah sudah terasa pening. Ya Tuhan, jangan biarkan aku jatuh pingsan di sini.

Langkah Minah terhenti saat melewati sebuah jembatan layang yang sudah sepi. Kedua tangannya mencoba menghapus air hujan yang terus menerpa wajahnya, mengaburkan pandangannya. “Siapa itu?” Ada seseorang yang sedang berdiri di batas pagar jembatan layang sambil merentangkan tangannya. Sosok itu hanya memakai baju kaos dan celana panjang. Tanpa jaket ataupun payung. Apakah dia juga sama sepertinya, korban penipuan ramalan cuaca di televisi?

Minah menimbang-nimbang, antara melanjutkan perjalanannya menuju halte atau peduli pada orang yang akan bertindak bodoh itu. Minah ingin segera pulang tapi dia tak mengkin pura-pura tak peduli seperti itu. Kepalanya sudah sangat pening dan dia sangat kedinginan.

“Hai, kau! Apa yang aku lakukan!” Teriak Minah pada sosok itu. Sosok Lelaki yang seakan tak mendengar teriakannya, padahal jarak mereka hanya sejauh empat langkah. Lelaki itu malah berjalan lebih dekat ke batas pagar pembatas sambil menutup matanya.

“Bodoh! Apa yang kau lakukan!” teriak Minah lebih keras sambil menarik baju Lelaki itu. Membuat lelaki itu terduduk di jalanan. Setidaknya dia menjadi sedikit menjauh dari pagar pembatas.
Lelaki itu menatap Minah dengan pandangan tajam. Minah tidak tau entah kenapa dia terkunci pada pandangan mata itu. Tatapan tajam yang seolah pernah dilihatnya, entahah.

“Dimana rumahmu, ayo aku antar pulang.” Minah menarik tangan Lelaki itu dengan susah payah. Menggenggam tangan Lelaki itu erat dan menariknya berjalan menuju halte Bus. Tersisa 1 bus lagi untuk malam ini. Tangan Lelaki itu terasa begitu dingin, bibirnya biru dan wajahnya pucat. Mungkin itu akibat dia berdiri terlalu lama di bawah guyuran hujan.

“Lepakan tanganmu!” Akhirnya Lelaki itu mengeluarkan suaranya.

“Tidak akan! Aku tak akan membiarkanmu lolos dan melakukan perbuatan bodoh itu lagi.” Minah mengeratkan genggaman tangannya. Hujan kini sudah berhenti menyisakan udara yang begitu dingin. Minah merasa sangat lemas dan kedinginan, dia berharap bus segera tiba dan dia bisa cepat tiba di rumah. Jalanan pun mulai sepi, yang tersisa di halte pun hanya Minah dan Lelaki aneh itu.

“Kau pikir aku akan melakukan apa?”
“Kau akan bunuh diri, bukan? Bodoh sekali kau mau mengakhiri hidupmu dengan cara rendahan seperti itu.”

Lelaki itu tersenyum samar memandang gadis asing di hadapannya diantara guyuran hujan dingin yang menusuk tulang. “Lagi pula, hidupku memang sudah berakhir. Aku sudah mati sejak lama.” Wajahnya berubah datar, melepaskan genggaman tangan sang gadis asing dari pergelangan tangan kanannya.
“Apa?!” Minah menatap Lelaki itu tak percaya. Bisa-bisanya berbicara setenang itu tentang kematian. “Bodoh! Aku baru pertama kali bertemu dengan orang bodoh sepertimu.”

“Kau siapa? Sok tau sekali!”

“Aku Minah. Aku memang tak mengenalmu. Tapi asal kau tau banyak orang di luar sana yang ingin hidup lebih lama. Sedangkan kau ingin mengakhiri hidupmu. Ck, menyedihkan!”

“Aku Lee Taemin. Apa namaku mengingatkanmu akan sesuaru?” Lelaki bernama Taemin itu tersenyum. Minah terpaku menatap senyum itu. Dia merasakan ada cahaya begitu terang yang datang ke hadapannya. Membuat matanya begitu silau. Kini yang dilihatnya hanya warna putih. Lalu dia tak mengingat apa yang terjadi selanjutnya.

Saat potongan-potongan kenangan terpisah-pisah. Seperti penggalan film yang tersusun berantakan. Bisakah kau mengurutkannya lagi? Menyusunnya menjadi rangakaian cerita yang utuh. Hingga kau bisa menjawab pertanyaanku. Saat aku bertanya “DO YOU REMEMBER ME?”
^v^
“Eungh...”

“Minah, kau sudah sadar?”

Minah membuka matanya perlahan. Menatap satu persatu orang-orang di sampingnya, mencoba mengenali siapa mereka. “Umma, Appa, aku dimana?” Dokter dan suster yang berada di sana pun segera memeriksanya.

“Kau di rumah sakit.” Nyonya Bang memegang tangan Minah. Rumah sakit?

“Kau pingsan kemarin di halte. Kemana saja kau? Ponselmu tidak aktif, bukankah kau meminta Appa dan Umma menjemputmu? Tapi kau malah tak ada,” ucap Appanya.

Ponselku tidak aktif? Bukankah aku menyalakannya semalaman, mungkin ponselku basah terkena hujan kemarin. “Mana Lelaki itu? Apa dia yang membawaku ke rumah sakit ini?”

Ummanya menggeleng. “Appa dan Umma yang membawamu. Kami yang menemukanmu pingsan di halte bus. Dan di sana kau sendirian.” Sendirian? Apa Taemin pulang duluan dan meninggalkan aku begitu saja?  Kejam!

Ini sudah hari ketiga Minah menginap di rumah sakit. Tubuh lemahnya memang menyusahkan. Dia sudah sangat bosan dan ingin sekali pulang. Kesal, kekasihnyanya tak juga menjenguknya. Sesibuk itukah?
“Taemin!” Ucap Minah sedikit berteriak. Kaget melihat Taemin ada di kamarnya sedang melihat ke luar jendela. Orang ini senang sekali melihat pemandangan dari ketinggian, kamar rawat Minah berada di lantai tiga. “Kenapa baru menjengukku?”

“Maaf.” Jawab Taemin singkat dan datar. Dia berjalan mendekati ranjang Minah dan meletakkan bunga carnation pink ke dalam vas di atas meja.

“Bagaimana kau tau aku suka bunga ini?”

Taemin mengangkat kedua bahunya, “Kau akan tau sendiri kenapa.” Walaupun Taemin tak banyak berbicara Minah merasa nyaman bersamanya. Wajahnya berseri-seri, mulutnya begitu cerewet bahkan kedua tangannya bergerak ke sana sekali. Padahal Taemin hanya menanggapinya dengan senyum,  menjawab “hmm”, “bagus”. Tapi Minah tetap semangat bercerita apapun. Padahal Minah benci orang yang mengabaikannya.

Minah memandang wajah Taemin yang  sedang tertidur di sofa dengan tak berkedip. Matahari sudah hampir pulang ke rumahnya. Sudah dua hari ini Taemin menemaninya. Mengusir rasa sepi yang menghampirinya saat keluarga dan Lelakichingunya tak memedulikannya. Mereka semua terlalu sibuk.
^v^

Minah terus tersenyum, entah ada rasa dari mana yang selalu menariknya untuk terus menatap Taemin. Orang asing yang misterius.

Minah tak pernah seperti ini sebelumnya. Dia adalah gadis angkuh yang tak peduli akan orang lain. Tapi Taemin menariknya untuk selalu dekat dan menjadi orang berbeda. Minah menguap, rasa kantuk juga menyerang dirinya. Matanya pun tertutup perlahan.

“Minah, bangun.” Tubuh Minah diguncang lembut. Minah mengucek matanya dan berusaha mengembalikan kesadarannya.

Appa... Umma?” Minah pun terduduk menyender pada kepala tempat tidurnya. Pandangan mata Minah tertuju pada sofa tempat Taemin tertidur tadi. Matanya memandang sedih, lagi-lagi Taemin pergi tanpa pamit.

“Kenapa wajahmu seperti itu, sayang? Kau akan pulang malam  ini juga, harusnya kau senang.” Ucap Ummanya yang sedang membereskan baju-bajunya.

“Apa pulang, Umma? Apa tidak bisa menunggu sampai besok? Aku..”

“Kenapa anak Appa menjadi betah di rumah sakit seperti ini? Biasanya kau akan cerewet meminta pulang? Apa tidak rindu dengan Kwangmin?” Appanya menaik turunkan alisnya, menggoda Minah.

“Benar.  Setelah kejadian malam itu anak Umma terlihat aneh.” Ummanya pun berhenti membereskan barang-barang Minah dan menatap Minah lekat.

“Tidak ada yang berubah padaku. Jangan menatapku seperti itu. Aku rindu pada Kwangmin tapi sepertinya dia yang tak rindu padaku.” Aku tersenyum miris

“Dia sibuk, kau tau kan dia harus mengurus perusahaan Appanya.” Minah mengangguk. Tapi kali ini dia tak begitu peduli akan ketiadaan Kwangmin. Di kepalanya hanya ada Taemin, Taemin, Taemin dan Taemin. Otaknya pun seakan menghapus rasa kesalnya pada Kwangmin.

“Aku hanya belum memberitahu temanku. Dia belum tau aku pulang hari ini. Andai saja dia tak buru-buru pergi saat aku tertidur tadi.” Minah menghela nafasnya panjang.

“Anak Umma punya teman di sini, eoh? Dia dirawat di mana? Lelaki atau gadis?” Ummanya bertanya antusias.

“Hei, kau sudah mempunyai Kwangmin, Minah.” Omel Appanya

Minah tertawa, “Dia bukan pasien di sini. Dia Lelaki, Umma. Dan aku hanya berteman dengannya, Appa tak perlu khawatir. Dia orang yang aku tolong waktu dia hendak bunuh diri dan dia juga yang menunggu bus bersamaku di halte.” Jawab Minah semangat. Terlihat matanya yang berbinar saat bercerita.

“Tapi sudah Appa bilang, kau sendirian di sana. Tak ada yang bersamamu. Bagaimana bisa dia juga ada di sana?”

Minah mengangkat kedua bahunya, “Mungkin, mungkin dia panik dan mencari bantuan untukku. Lagi pula dia sering datang kemari dan menemaniku. Saat Appa dan Umma pergi, dia yang menemaniku. Aku  merasa aneh saat melihatnya, sosoknya seperti sangat aku kenal.”

“Ya, bisa saja.” Ummanya memberikan tas pada Appanya untuk dibawa ke mobil. “Siapa Lelaki yang selalu menemani gadis Umma ini? Hingga betah di rumah sakit.” Appanya memandangnya tak suka.

“Namanya Taemin, Lee Taemin. Dia Lelaki yang tampan namun tak banyak bicara tapi punya senyum yang sangat manis. Umma dan Appa pasti akan senang melihatnya. Kenapa? Kenapa wajah kalian terkejut seperti itu?”

“Tidak, tidak apa-apa. sebaiknya Appa bawa tas ini ke mobil. Umma, cepat bantu Minah mengganti bajunya.”

Umma ada apa? Katakan padaku. Apa kalian  sudah mengenal Sungri sebelumnya? Kenaa wajah kalian terlihat begitu terkejut?”

“Tidak, kami.. kami tak pernah mengenal orang yang kau sebutkan tadi. Umma saja lupa siapa nama orang itu. Sudahah, kau harus ganti baju lalu pulang.”

“Kalian aneh.”

Pandangan Minah tertunduk, kakinya menendang batu yang ditemuinya di jalan. bosan! bosan, bosan! Semuanya sibukkkkkk! Benciii! Sore hari yang cukup dingin memang asik untuk berjalan-jalan tak tentu arah.

“Andai saja ada Taemin. Ahhhhh!” Minah memukul kepalannya. Lagi-lagi hal itu yang dia pikirkan. Andai saja Umma menunggu esok hari, mungkin Taemin bersamanya saat ini.

“WOW!” Minah melangkahkan kakinya cepat, memasuki sebuah taman di mana ada sebuah danau di sana. Minah duduk di rerumputan dan bersandar pada sebuah pohon tua besar yang sangat teduh. Sepertinya taman ini tak begitu dipedulikan karena tak ada yang mendatanginya, padahal sangat indah.

Saat mata Minah kembali terbuka setelah menikmati hembusan angin, matanya tertuju pada sosok yang tak asing lagi. Taemin! Taemin sedang berdiri di tepi danau memandang matahari yang sebentar lagi terbenam. Kedua tangannya dimasukkannya ke dalam saku celananya.

Saat semua pertanda datang satu persatu, akankah kau akan mengembalikan semuanya. Apa kau tau siapa aku, atau kau telah melupakan semuanya. Apa selamanya aku yang merindukanmu, mengingatmu sendirian. Akankah kau akan menyadarinya suatu saat. Atau kau akan membiarkannya menguap dan hilang begitu saja?
.
.
.
TEBECE

Lanjut tidak?


PPYONG~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar