.showpageArea a { text-decoration:underline; } .showpageNum a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageNum a:hover { border: 1px solid #cccccc; background-color:#cccccc; } .showpagePoint { color:#333; text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; background: #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageOf { text-decoration:none; padding:3px; margin: 0 3px 0 0; } .showpage a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; padding:3px; } .showpage a:hover { text-decoration:none; } .showpageNum a:link,.showpage a:link { text-decoration:none; color:#333333; }

Flash Labels by Way2Blogging

Minggu, 13 Juli 2014

[CONESHOOT] // LOVE ME FOR ME

TITLE       : [CONESHOOT] // LOVE ME FOR ME [EPILOGUE]


AUTHOR   : EVERG



GENRE      : SAD (?), DRAMA, ROMANCE



MAIN CAST              :



·        CHOI MIN HO



 



·        BANG MINAH



Support Cast     :



·        CEK ON THE STORY



WARNING  :



DON’T LIKE DON’T READ, NO COPAS, banyak miss typo



DISCLAIMER            :



Karakter tokoh tidak sesuai aslinya. Hanya berupa hasil imajinasi author. Seluruh hak cipta penulisan karakter, alur dalam cerita yang tertulis asli milik author.



NOTE !!!



Cerita ini hanya fiktif  belaka. Bila ada karakter idol kalian yang tidak biasa itu karena tunturan peran :p. Jangan marah ke author.. marah saja ke orang lain di samping anda Hehehe



HAPPY READING



 



RCL Please



^^^^



LOVE ME FOR ME



ONESHOOT



 



[ FLASHBACK ON ]



 



“Kenapa kau mengatakannya baru sekarang? Kemana saja kau selama bulan-bulan yang lalu, tahun-tahun yang lalu. Saat semuanya sudah aku tinggalkan di belakang, kau malah mengatakan hal seperti ini. Haruskah aku mempercayainya?”



 



“Hah, aku sudah mengatakannya padamu. Dan aku tak bisa memaksamu untuk mempercayaiku. Aku minta maaf  karena selalu menyakitimu dan aku akan menerima semua keputusanmu. Memang aku yang bodoh hingga membuatmu membenciku seperti ini. Tapi mulam besok kau tak akan melihatku lagi, hiduplah dengan bahagia Minah.” Minho berjalan meninggalkanku.



 



Aku tak tau harus melakukan apa. Aku hanya bisa melihat punggungnya yang  perlahan menghilang. Apa aku memang harus benar-benar melupakannya?



 



MINAH POV



 



“Minho, apa yang kau lakukan? Aku kira kau sudah pergi sejak tadi.” Aku terdiam saat tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang. Dan ternyata Minho, dia belum pergi dia masih di sini. Jantungku kembali berdebar. Harusnya tak boleh seperti ini, karena aku sudah berjanji untuk melupakan semua perasaanku untuk Minho.



“Aku tak mau menjadi pecundang untuk kedua kalinya. Aku tak mau meninggalkanmu lagi hanya karena keegoisanku sendiri. Aku seharusnya tidak menyerah hanya karena kau mengatakan semua sudah terlambat. Harusnya aku mengejarmu, seperti kau yang terus mendekatiku walaupun aku mengabaikanmu.”



Aku menutup mataku, hembusan nafas Minho saat berbicara menyapu leherku. “Pasti saat itu aku terlihat begitu murahan di matamu. Tak seharusnya aku mengejar seorang lelaki seperti itu. Aku benar-benar tak tau malu.”



“Shutttt, berhentilah berbicara. Dengarkan kata-kataku saja. Jujur, aku terkesan. Kau membuatku tertarik padamu. Taukah kau sebenarnya aku selalu menunggu saat aku bertanding basket, menunggu sapaanmu setiap pagi dan hal-hal baru apa yang kau lakukan untuk menarik perhatianku.”



Aku menoleh, “Benarkah? Tapi kau selalu melewatiku begitu saja dan memasang wajah begitu dingin padaku.”



“Seperti yang aku bilang, aku pengecut. Aku takut saat aku menunjukkan bahwa aku tertarik padamu kau hanya menjadikanku bahan taruhanmu saja bahwa kau bisa menaklukkan orang sepertiku.”



“Kau ternyata berpikiran begitu buruk tentang aku.”



“Mian, maka itu aku minta maaf. Maaf, karena aku begitu bodoh. Mian karena aku membohongi diriku sendiri, berpura-pura aku tak menyukaimu. Mianhe, jeongmal mianhae. Lupakan tentang kejadian-kejadian yang lalu. Mari kita buat kenangan yang baru. Dimulai dari awal lagi. Bisakah?”



“Asal  kau  tau saja, aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk meninggalkan semua tentangmu. Mulai hari ini, kepergianmu tanda hidup baruku dimulai.”



Minho memelukku semakin erat. “Satu kesempatan lagi. Aku mohon, satu kesempatan lagi. Biarkan aku yang membahagiakanmu sekarang. Lihat seorang Choi Minho sepertiku memohon padamu.”



Aku membalikkan badanku dan tersenyum. Menyentuh kedua bahu Minho. “Kau akan pergi Minho. Lalu apa artinya dimulainya hubungan kita saat ini? Kau hanya merasa bersalah padaku. Sudahlah Minho, tak usah memaksakan diri seperti ini.”



“Harus bagaimana lagi aku meyakinkanmu? Kau sungguh keras kepala.” Minho memegang kedua tanganku. “Aku memang akan pergi besok. Tapi bisakah kita memulai hubungan ini? Bagiku kau sungguh berarti, dan aku tak mau meninggalkan penyesalan di sini. bisakah Minah?”



“Lalu apa yang akan kau lakukan saat aku menerimamu? Aku bertanya, bukan jawaban aku menerimamu.” Aku memasang wajah galak pada Minho.



“Aku akan belajar dengan sungguh-sungguh untuk masa depa kita. Dan aku akan kembali ke mari dan kita akan berpikir tentang masa depan kita berdua. Tentang menikah mungkin.”



“Minho, itu masih sangat jauh.” Aku memukul bahunya.



“Bisakah kau menerimaku dan kemudian menungguku kembali? Memberikanku kesempatan untuk berbalik membahagiakanmu. Menghapus segala luka yang aku torehkan dan mengantinya dengan kenangan yang indah?”



Aku menunduk. “Maaf Minho. Aku sama sekali tak bisa menolaknya!” Aku mengangkat wajahku dan tertawa sangat keras. Mata Minho yang sudah besar terbelalak sangat lebar. “Dasar kodok. Berhenti terkejut berlebihan. Matamu terlihat seperti hendak keluar. Hahahaha!”



“Benarkah? Benarkah ini! Aku tidak bermimpi, kan? Iya, kan?” Minho mengguncang bahuku dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum.



[ FLASHBACK OFF ]



^^^^



Pesawat Minho sudah terbang 1 jam yang lalu. Tapi aku masih berdiri di sini, di bandara. Mengingat hal-hal terakhir yang Minho katakan padaku.



“Aku akan menunggu seperti janjiku padamu. Saranghae Minho.”



^^^^



Salju yang memenuhi bumi pasti akan mencair juga. Musim dingin pun akan berlalu dan berganti dnegan musim yang lebih hangat. Tapi apakah hati orang juga akan gampang berubah juga? Dingin berubah hangat atau malah hangat berubah dingin.



 



AUTHOR POV



3 TAHUN KEMUDIAN



Di salah satu channel TV  menampilkan salah satu artis yang sedang diwawancara. Memakai kemeja berwarna coklat dengan senyum yang sungguh menawan. Wajah tampan yang sama sekali tak berubah. minh



“Apa yang membuat anda tertarik pada dunia akting?”



Minho tertawa kecil, tampan. “Sebenarnya aku berakting ada satu maksud dibalik semuanya. Aku ingin seseorang itu selalu melihatku. Tetap menyadari kehadiranku walaupun aku tak bisa berada disisinya. Membuatnya terus mengingatku sampai tiba saatnya aku kembali padanya. Aku tak pernah berpikir untuk menjadi seorang aktor, tapi karena seseorang itu aku memilih jalan ini. Apa terlihat aneh?”



“Jadi apakah seseorang itu juga yang membuat anda tidak berpacaran hingga kini?”



“Sebenarnya hati saya sudah dimiliki oleh seseorang yang jauh di sana. Hai, kau! Apa masih menungguku?” Minho tertawa menyadari tingkah konyolnya melambai-lambai pada kamera.



“Sepertinya anda sangat mencintainya? Wajah anda terlihat sangat berseri-seri.



“Sebenarnya dialah yang lebih dahulu membuatku jatuh cinta. Mengingat masa-masa itu rasanya sungguh menyedihkan. Dan akhirnya aku bersyukur karena aku akhirnya mengakui rasa itu walaupun sedikit terlambat. Aku sebenarnya bukan tipe orang yang bisa dengan mudah menunjukkan perasaanku yang sebenarnya-“



Klikkkk! Seseorang mematikan Tvnya saat mendengar langkah seseorang mendekatinya.



Oppa, apa yang kau lakukan? Bukankah kita harus mencari gaun pengantin? Kau malah duduk bersantai di sini! Ck, jangan bilang kau mau menonton pertandingan sepak bola seperti kemarin? Awas saja Oppa menghancurkann rencana pernikahan yang sudah aku susun!”



Lelaki yang dipanngil Oppa itu hanya tertawa melihat gadis di hadapannya bertolak pinggang. Meletakkan remote Tvnya di meja lalu berdiri. “Baik-baik, aku mandi dulu. Dasar cerewet! Sambil menunggu, lebih baik kau buatkan aku sarapan. Aku lapar, manis.”



“Aishhhhh,”  Memukul tangan lelaki itu yang merayunya dengan mencolek dagunya. Lagi-lagi lelaki itu tertawa.



 



Dibelahan tempat lain, terlihat seorang lelaki tampan dengan tinggi 180 cm sedang menarik kopernya menyurusi bandara. Baju kaos hitam lengan panjang, celana panjang dengan warna senada ditambah kaca mata hitan yang dipakainya, membuat siapapun tak bisa beralih menatapnya.



Tersenyum dan menyentuh sudut bibirnya, “Aku datang terlalu cepat. Dia pasti akan benar-benar terkejut.”



^^^^



MINHO POV



Aku memasuki apartemenku dan meletakkan koperku begitu saja. Kemudian membuka kedua sepetuku dan berbaring di tempat tidur. Kedua tanganku aku letakkan di belakang kepala. Tersenyum-senyum sendiri saat membayangkan wajahnya yag terkejut melihatku.



Aku memutuskan untuk tidur sebantar lalu setelahnya aku akan berjalan-jalan dahulu. Baru aku menemuinya. “Minah, apa kau merindukanku?”



^^^^



 



AUTHOR POV



Minah sibuk mengelap keringatnya. AC di kafe ini tak bisa membuat tubuhnya menjadi sejuk. Menghilangkan keringat karena 3 jam lalu sibuk berkeliling berbagai butik tanpa hasil.



“Minah, hari ini cukup sampai di sini saja. Aku sudah lelah. Kau membuat kakiku rasanya ingin patah semua.”



Menatap lelaki di hadapannya dengan tajam. Memanggil pelayan untuk kembali memesan jus jeruk kesukaannya. Musim panas yang menyiksa.



“Masih ada 3 butik lagi yang harus kita datangi hari ini. Jadi sambungkan lagi kaki-kaki Oppa yang patah itu.” Matanya beralih dari daftar super panjang di tangannya. Menatap sinis lelaki di hadapannya yang membuka mulutnya begitu lebar melihat daftar super panjang itu.



“Kau benar-benar ingin membunuhku! Kalau aku mati, pernikahan itu tak akan pernah terjadi. Dan semua hal yang sudah kau rencanakan akan sia-sia.”



“Berhenti mengeluh KIM JONGHYUN! Sekali lagi kau protees, pernikahan ini batal! Kau dengar, batal!” Minah menunjuk wajah Kim Jonghyun dengan ujung telunjuknya, dengan penekanan di akhir kalimat.



“Baiklah-baiklah! Tak ada yang bisa membantahmu Ny. Minah!” Lelaki yang bernama Kim Jonghyun itu menggerutu.



“Onkey, cepat berdiri dan bayar! Aku menunggumu di luar.” Minah mengambil daftar super panjangnya dan memasukkannya ke dalam tasnya. Membiarkan Jonghyun yang memandangnya marah. Tak peduli.



“Tuhan, ternyata menikah itu tidak semudah yang aku bayangkan! Minah, kenapa kau berubah begitu menyebalkan! Aku menyesalllllll!” Jonghyun mengacak rambutnya frustasi.



^^^^



MINHO POV



Aku membatalkan rencanaku yang akan menemui Minah. Aku pikir besok saja lah, aku masih lelah dan ingin berjalan-jalan sebentar. Menikmati kota Seoul yang sudah lama aku tinggalkan. Aku tersenyum karena Seoul tak berubah banyak.



Aku duduk di sebuah kafe sambil meminum cappucinoku. Kafe ini tempat favoritku. Dimana kau bisa memandangi orang-orang yang berlalu lalang. Melihat aktivitas mereka yang terlihat begitu menarik. Aku merasa aku sudah banyak berubah menjadi lebih baik.



Aku menatap sebuah butik yang berada di depan kafe ini. Aku tetawa sendiri membayangkan Minah memakai salah satu gaun yang dipakai manekin di butik itu. Aku benar-benar sudh gila, berpikiran untuk melamar Minah saat bertemu dengannya nanti.



Namun aku tersedak saat khayalanku itu menjadi kenyataan. Di hadapanku saat ini Minah sedang memegang salah satu gaun itu dengan lelaki di sebelahnya. Berapa kali pun aku mngacak mataku. Itu benar-benar Minah! Aku meletakkan uangku begitu saja lalu berjalan menuju butik itu. Ini bohongkan!



Aku berdiri sambil memantau mereka berdua dari balik tembok. Minah tersenyum sambil mencocokkan gaun itu di tubuhnya. Hatiku benar-benar sakit melihatnya. Minah akan menikah dengan lelaki lain. Bagaimana bisa!



Untuk lebih meyakinkan hatiku, aku mengambil ponselku dan segera menelponnya. Nomor yang tak berubah dari dulu. Dan aku menjatuhkan ponselku begitu aku melihat Minah mengambil ponsel dari tasnya dan berkata, “Hallo..”



Aku seketika terduduk. Apakah aku melakukan kesalahan lagi hingga membuatnya menjadi seperti ini? Aku terlalu percaya diri akan cinta Minah yang begitu besar untukku. Dan menyangka bahwa perasaan seseorang tak mudah berubah. Aku benar-benar bodoh!



“Minah kenapa?” Aku memutar semua kenanganku. Saat aku meminta Minah menungguku kembali. Namun ternyata dia malah menikah dengan orang lain tanpa memberitahuku. Sial!!!!



Apa karena itu? Pasti karena itu! BODOH! Aku terkadang  memang tak sering menelponnya atau mengirima SMS. Ditambah aku semikn sibuk membuatku semakin jarang berkomunikasi dengannya. Tapi apakah karena itu saja Minah bisa dengan begitu mudah meninggalkanku dan menerima pinangan lelaki lain? Lelaki yang tak ebih tampan dari pada aku.



“DASAR MINHO PABO~!”



Oppa, apa kau sudah benar-benar lelah?” Aku pun beralih menatap Minah yag keluar dari hutik. Dia menghapus keringat yang mengalir di wajah lelaki itu. Aku berdiri dan mengepalkan tanganku. Lelaki brengsek!



“Teruskan saja! Biar tak hanya kakiku yang patah tapi semua tulang-tulang di tubuhku.”



“Aishhhh, Kim Jonghyunku ngambek~!” Aku rasanya ingin berteriak di hadapan mereka berdua! Siallll! Tangan itu tak seharusnya menyentuh pipi lelaki lain!



“Baiklah, hari ini cukup. Besok kita lanjutkan lagi. Aku tak mau mempelai prianya sakit karena kelelahan.” Suara Minah terdengar begitu lembut. Dan aku begitu merindukannya. Kenapa perhatian itu malah tertuju pada lelaki lain?



“Betu sekali! Bagaimana kalau kita libur dulu selama satu minggu? Aku benar-benar lelah.”



Minah memelototinya. “Tidak ada kata libur lelaki pabo! Oppa semakin mengulur waktu. Kalau Oppa ingin menikah lakukan semua yang aku katakan! Kalau tidak-“



“Ok, aku mengerti.”



“Anak pintar!” Minah mengelus kepala lelaki itu. “Mari kita pulang.” Minah merangkul lengan lelaki itu dan berjalan pergi.



“Arghh~!” Aku berteriak keras di belakang di belakang mereka. Dan segera buru-buru kembali bersembunyi saat mereka hendak menenggok ke belakang.



“Pernikahan itu harus gagal! HARUS GAGAL~!”



^^^^



MINAH POV



Aku sednag mengeringkan rambutku setelah mandi saat ponselku berbunyi. Aku tersenyum saat melihat siapa yang menelponku. Aku pun duduk di pinggir tempat tidurku dan menekan tobol hijau pda ponselku.



“Hai, Eonni! Tumben menelponku. Apa Eonni sedang tidak sibuk sekarang?” Pekikku gembira.



“...............”



Aku pun berbaring di tempat tidurku. “Ne, aku baru saja selesai mencari gaun pengantin. Tapi lelaki pabo itu terlihat begitu kelelahan jadi aku menyuruhnya istirahat. Kalau Jonghyun Oppa sakit dan tak bisa menikah itu kan sangat merepotkan.”



“.............................”



“Aoshh, Eonni! Berhenti mentertawaiku. Jonghyun Oppa itu lelaki teraneh dan keras kepala yang pernah aku temui di hidupku. Aku harus berteriak dan marah-marah dahulu baru dia melakukan apa yang aku katakan. Berdekatan dengannya membuat darah tinggiku naik. Aku bisa terkena stroke di usia muda.”



“............................”



“Tidak Eon, tidak usah. Aku bisa mengurus pernikahan itu. Kalau Eonni yang mengurusnya Jonghyun Oppa akan sangat bahagia. Eon terlalu lembut dan itu akan membuat Jonghyun Oppa berkuasa penuh. Aku saja yang mengurusnya Eonni/ onkey? Urus saja urusanmu dan selesaikan secepatnya. Pernikahan itu tak akan berarti kalau kau tak hadir Eonni.”



“........................”



“Minho?” Aku terkaget mendengar Eonniku menyebut nama itu setelah sekian lama. “Tak usah membicarakan soal itu lagi bisa kan Eon? Aku tak mau memikirkan hal lain dahulu.”



Aku mengeha nafas panjang saat Eonni mengakhiri percakapan telepon kami. Aku pun berjalan ke meja kerjaku dan menghidupkan laptopku. “Tak ada e-mail darinya. Selalu seperti ini.”



Aku pun menatap laptopku dan tertawa hambar. Pabo, pabo! Harusnya waktu itu aku berpegang teguh pada pendirianku. Bukannya malah terbujuk rayuan Minho. Hah, menjadikanku kekasihnya lalu pergi bertahun-tahun. Dan mengabari hanya sesekali. Apa seperti ini hubungan kekasih itu?



Hah, mungkin aku memang tak terllau berarti untuknya. Dan mungkin di sana dia sudha memiliki kekasih lain dan melupakanku. Siapa yang bisa menolak pesona Minho.



Aku pun mengganti pakaianku dan kemudian becermin/ “Hentikan memikirkan orang itu!  Banyak  hal penting yang lebih penting untuk dipikirkan dibandingkan dengan lelaki pabo itu. Pernikahan, pernikahan, lebih baik aku memikirkan hal itu saja! Ya!” Aku tersenyum pada diriku sendiri.



“Apa aku harus kembali menyerah pada semuanya? Bagaimana kalau ternyata lagi-lagi hanya aku yang mengingatnya sedangkan Minho sudah jauh melupakanku.”



^^^^



BERLARI. Selalu ini hal yang aku lakukan untuk sekedar dekat dneganmu. Saat aku merasa kau berada di sampingku dan sellau mengikutiku, aku keliru. Kau sudah jauh berlari kebih dahulu jauh di depan. Aku terus berlari dan memanggil namamu. Bisakah kita menyelaraskan langkah kita lagi? Karena sekarang aku melihatmu semakin  jauh dan menghilang.



 



MINHO POV



Aku benar-benar  tak bisa tidur semalaman. Mataku mengantuk namun aku tak bisa terlelap dan itu sungguh menyiksa.



Aku ingin sekali menepon Minah dan mendengar suaranya hingga terlelap. Tapi saat aku mengingat kejadia tadi siang rasa marah itu kembali menghampiri. Dan akhirnya aku hanya memutar berulang-ulang rekaman suara Minah  saat aku menelponnya 4 bulan lalu. Ya, terakhir kali aku memberi kabar padanya.



“Minah, aku merindukanmu.”



 



Aku pun memutuskan untuk berolah raga pagi sebentar. Jogging sambil menikmati kota Seoul di pagi hari. Huaaah, segar! Tiba-tiba saja aku melihat lelaki itu, dia berjalan sambil membawa sebuah tas. Sesekali orang-orang yang ditemuinya menyapanya. “Kim Jonghyun, oitu namanya!” ucapku geram.



Aku pun memutuskan untuk mengikutinya dengan tangan terkepal. Rasanya aku ingin menonjok wajah lelaki itu hingga babak belur. Berani-beraninya menikahi kekasih orang seenaknya.



“Eh,” Aku pun terhenti saat melihat Jonghyun memasuki sebuah universitas. Inikan universitasku dulu. Untuk apa dia kemari? Aku pun  penasaran dan menanyakan pada satpam yang ternyata masih mengingatku. Satpam saja masih mengingatku Minah, sedangkan kau?



Jonghyun ternyata  mengajar kelas musik di sini. aku tertawa mengetahui aku berada jauh di atas Jonghyun. Aku lebih tampan, lebih terkenal, dan memiliki perkerjaan yang menghasilkan uang lebih banyak dari Jonghyun. Tapi tetap saja aku kalah, Minah lebih memilih lelaki seperti Jonghyun dibandingkan aku.



Aku terus mengikuti Jonghyun sampai akhirnya aku harus kembali bersembunyi. Ternyata Minah sudah menunggu Jonghyun. Jonghyun sok mesra dengan menutup kedua mata Minah dengan telapak tangannya dan menyuruh menebak siapa dirinya. Cih kekanakan!



Oppa, sudahlah aku tau ini kau.” Jonghyun menjauhkan tangannya dan tertawa. Minah terus menatapnya dengan pandangan yang aku tak mengerti.



“Kenapa kau berada di sini? tak biasanya kau mau menungguku di tempat ini. Atau kau ingin-“



“Berhenti berpikiran macam-macam Oppa. Aku di sini agar kau tak bisa kabur. Aku akan menunggumu smabil menyusun rencana lainnya. Ini bekal untukmu, makanlah. Aku tak ingin kau sakit.”



Bekal? BEKAL! Kenapa kau membuat bekal untuk lelaki lain? ANDWAEEEEEEE! Aku semakin mencakar batang pohon saat melihat Jonghyun mengenggam kedua tangan  Minah.



“Mian sudah membuatmu susah. Aku bisa melakukannya sendiri, kau istirahatlah. Kau terlihat begitu lelah Minah. Jangan terlalu memaksakan diri. Dan aku tak ingin kau juga sakit.”



Oppa, jangan berkata seperti itu.” Minah tersenyun, senyumnya begitu manis. Aku, aku rasanya ingin menangis. Aku memang bodoh, aku memang terlalu percaya diri. “Minah, maafkan aku.”



“Aku melakukan ini untuk Oppa dan aku menyukainya. Jadi jangan berkata seperti itu. Aku akan mewujudkan impian Oppa tentang pernikahan. Aku akan baik-baik saja Oppa.”



“Kau sungguh baik Minah. Aku bersyukur memilikimu.” Aku menatap mereka sengan pandangan sedih. Jonghyun memeluk Minah dan wajah Minah terlihat begitu bahagia. apakah saat bersamaku kau akan terlihat seperti itu?



“Bekerjalah dengan baik Oppa. SEMANGAT!” Minah pun melambaikan tangannya pada Jonghyun.



Aku hanya terduduk di bawah pohon itu. Aku teah menyianyiakan Minah. Membuat Minah memilih lelaki lain. Aku memang lelaki yang tidak bisa berlaku romantis. Mungkin itu yang membuat Minah menganggap menungguku sia-sia. Asal kau tau Minah, tak sedetikpun aku melupakanmu. Mian.



 



MINHO POV



 



Aku  masih tetap di posisiku, duduk di bawah pohon. Minah sedang sibuk menulis entah apa, mungkin rencana-rencana  pernikahannya dengan Jonghyun. Ah, betapa menyenangkannya saat kau dan  kekasihmu menyusun rencana pernikahan. Mencari gedung, membuat undangan, mencari gaun. Harusnya aku melakukannya dengan  Minah sekarang. Arghh, aku  kembali menyia-nyiakan kesempatanku.



aku  memeluk lututku  dan tanpa sadar menangis. seorang Minho menangis? Hah, tak disangka. Tapi beginilah, aku terlihat menyedihkn. Sangat menyedihkn.



Pikiranku kacau. Semua rencanaku hancur! Dan semuanya karena tingkahku sendiri. Kebodohanku sendiri.



Saat aku menolah, ternyata Minah sudah tertidur. Aku pun menghampirinya dan meletakkan kepalanya di bahuku. “Tidur seperti itu akan membuat kepalamu sakit.”



Dan mataku terbelalak saat melihat leher Minah. Dia, dia masih memakai kalung pemberianku. Kalung matahari bertuliskan namaku di tengahnya. Aku tanpa sadar memeluknya. Dia ternyata masih memakai pemberianku.



Aku memegang salah satu tangannya dan meletakkannya di dadaku. “Dapatkah kau merasakan debaran jantungku. Debaran jantung ini masih berdebar kencang sama seperti dulu. Saat kau menarik perhatianku pertama kali, saat aku mulai jatuh cinta padamu, saat kau menjadi kekasihku, bahkan saat aku kembali kemari.”



Aku menyenderkan kepalaku di atas kepalanya. “Janji, janjiku apa kau sudah melupakannya? Padahal aku sudah merencanakan hal-hal  indah untuk kita lakukan bersama saat kita kembali bertemu. Nyatanya aku kembali terlambat. Minah bisakah kau membatalkan semuanya? Aku mencintaimu Minah. Aku mohon.”



Aku membaca catatan yang ditulis Minah di bukunya. “Begitu rinci kau buat rencana untuk Jonghyun. Bukankah waktu itu kau berpikir bahwa pernikahan untukmu begitu jauh. Lalu kenapa sekarang malah kau menikah begitu cepat? Kau cepat sekali berubah Minah.” Aku meletakkan kembali kepala Minah di meja. Aku harus cepat-cepat pergi sebelum Minah terbangun.



Aku pun pergi kembali ke apartemenku setelah sebelumnya meminta nomor ponsel Jonghyun pada satpam kampus. Mungkin aku akan membutuhkannya suatu saat nanti.



^^^^



Aku berdiri di depan sebuah rumah yang cukup besar. Namun aku tak tau ini rumah siapa. Ada dua orang anak lelaki yang kira-kira berumur 6 tahun sedang bermain bola di halaman rumah itu. Saat aku mendekati mereka kau baru menyadari bahwa mereka anak kembar.



Aku terus saja melihat mereka bermain sampai aku tak sadar salah satu dari mereka berlari mengejar bola hingga ke tengah jalan. Mataku terbelalak saat melihat sebuah mobil melaju kencang ke arah anak itu.



Aku segera berlari dan menggendong anak itu dan membawanya ke tepi jalan. Namun naas bola anak itu terlindas mobil dan membuat anak itu menangis kencang. Aku binggung bagaimana menenangkan anak itu. Takut kalau orang-orang menyangka aku menyakitinya.



Saat aku sedang panik, ada yang menarik bajuku. Saat aku melihat ke bawah ternyata kembaran anak ini. “Minsuk, ini hyung bawakan lolipop untukmu.” Anak dalam gendonganku pun menoleh dan berhenti menangis. Mengambil lolipop dan mulai menjilatinya. Kemudian berjalan menuju rumahnya.



“Ahjussi, terima kasih sudah menolong adikku, Minsuk. Aku Kim Minwoo. Terima kasih.”



Aku hanya mengangguk melihatnya yang membungkuk  sopan padaku. Dia mengenggam tanganku lalu membawaku menuju rumahnya. “Mari bertamu dulu. Umma bilang kita harus membalas kebaikan orang lain.”



“Ah, tidak usah.” Penolakanku tak berarti apa-apa, dia terus menarikku untuk mengikutinya. Aku pun duduk di salah satu bangku di halaman mereka. Dan Minsuk mendekatiku.



“Ahjussi, terima kasih kau sudah menolongku. Tapi kenapa kau tak menolong bolaku juga?”



Aku mengelus kepalanya. “Kau lebih penting dari bolamu. Mintalah pada Appamu untuk membelikan bola yang baru.”



Minsuk duduk di hadapanku, “Apa Ahjussi pintar bermain bola? Appaku sangat payah dalam bermain bola.”



“Aku=” Kata-kataku terhenti saat melihat kembaran Minsuk, Minwoo berlari mendekati kami. Dibelakangnya berjalan seorang gadis yang membawa nampan berisi minuman jus.



“Ahjussi ini Ummaku,”



“MINAH!”



“MINHO!”



“MEREKA ANAK-ANAKMU?!”



“Ne, aku sudah menikah dengan Jonghyun Oppa. Mianhae, aku tak bisa menunggumu.”



“SUDAH MENIKAH? MINAH  SUDAH MENIKAH?” kata-kata Minah terus berputar dikepalaku. Membuat kepalaku berdenyut dan nafasku sesak.



“ANDWAE~!!” Aku mengejapkan mataku. Bahuku naik turun, keringat begitu deras mengalir. Aku menyentuh dadaku, syukurlah hanya mimpi.



Namun aku segera mengambil ponselku dan mengecek tanggal dan jam berapa hari ini. Hah, syukurlah semuanya normal. Itu benar-benar hanya mimpi.



“Sepertinya aku benar-benar frustasi karena Minah akan menikah. Hingga terbawa mimpi seperti ini. Mimpi yang menkutkan. Tuhan, jangan kau buat mimpi itu menjadi nyata.aku mohon. Aku akan berusaha untuk membawanya kembali padaku.”



Aku berjalan ke dapur dan mengambil sebotol air dingin, dan meminum langsung dari botolnya. Aku sedikit termenung mengingat kembali mimpi itu. Dan aku kembali bergidik ngeri. Andwae, jangan sampai itu terjadi.



Aku pun segera menghubungi nomor Jonghyun, mengajaknya bertemu. Waktu baru menunjukkan pukul 10 malam. Seorang mempelai pria masih boleh keluar d jam 10 malam bukan?



^^^^



 



AUTHOR POV



Minho sudah datang lebih dahulu di kafe tempat mereka janjian bertemu. Menunggu dengan gelisah. Apakah Jonghyun akan datang sesuai janjinya? Tapi saat mendengar lonceng pintu kafe berbunyi, Minho lega. Jonghyun benar-benar datang.



“Apakah kau orang yang memintaku datang kemari?” Jonghyun pun duduk di hadapan Minho sementara Minho memesan minuman dan beberapa makanan kecil untuk mereka.



Jonghyun menatap orang dihadapannya ini dengan pandangan aneh. Dia tak mengenalnya tapi orang ini bersikeras menyuruhnya datang. Dan kafe tempat mereka ini adalah kafe yang terkenal mahal. Sebenarnya ada apa?



“Kau benar Kim Jonghyun?” tanya Minho saat pesanan mereka sudah datang. Jonghyun hanya mengangguk. “Aku Choi Minho.” Mereka pun berjabat tangan.



“Hah, ternyata benar kau Choi Minho. Pantas aku seperti pernah melihatmu.”



“Apa Minah menceritakan tentang aku padamu-“



“Minah? Bukan, aku pernah melihatmu di TV. Kau aktor yang terkenal itu kan?” Minho hanya mengangguk. “Ada apa kau emnyuruhku datang ke mari? Kita tak saling emngenal sebelumnya.”



“Apa kau sudah menikah?”



“Menikah! Memangnya kenapa? Jangan bilang kau homo dan tertarik padaku! Aku tau aku tampan tapi aku masih normal, maaf.”



“SIAPA YANG HOMO?!” Minho pun berdehem, menyadari volume suaranya yang berlebihan. “Maaf, aku hanya sedikit takut mendengar kata pernikahan. Aku juga masih normal. Dan kalau aku yoja aku tak akan tertarik padamu, maaf.”



“Hah, syukurlah! Mian aku sudah menuduhmu macam-macam. Jadi-“



 “Aku mohon padamu tinggalkan Minah. Batalkan pernikahan kalian.”



“MWO! Apa aku tak salah dengar? Untuk apa aku melakukan apa yang kau katakan?”



“Aku, aku Minho kekasih Minah yang selama tiga tahun kuliah di luar negeri.”



“Hoh, aku mengerti sekarang. Kau,” Jonghyun menunjuk wajah Minho, membuat Minho sedikit memundurkan tubuhnya ke belakang.  “Kau yang pergi begitu saja dan tak memberi kabar pada Minah. Bukankah kalau begitu tandanya kalian sudah tak ada hubungan lagi? Jadi kau tak bisa mencampuri hidup Minah lagi.”



“Tapi, tapi aku tak memutuskan hubungan kami. Aku hanya terlalu sibuk hingga tak sempat memberinya kabar-“



“Hei, Bung! Bagi seorang wanita itu sudah berarti putus, berakhir. Untuk apa Minah terus berharap pada kekasih  yang tak peduli padanya sama sekali.” Jonghyun meminum jus yang dipesankan Minho untuknya.



“Tapi kau juga tak pantas untuknya. Kau tidak lebih tampan dan memiliki penghasilan sebesar yang aku dapatkan saat ini. Jadi tinggalkan Minah demi kebahagiaannya.”



“MWO!” Jonghyun meletakkan gelasnya dengan kasar. “Kau, kau menghinaku? Ck, kau menganggap dirimu jauh lebih baik dibandingkan denganku. Hah, menyedihkan. Asal kau tau Minah bahagia bersama denganku. Buktinya kami akan menikah. Kalau kau sebaik itu tak mungkin Minah menerimaku dan merencanakan pernikahan serinci ini.”



Minho terdiam, kata-kata Jonghyun telak menamparnya. Jonghyun berdecak,  “Tak bisakah kau menutupi perasaanmu dengan lebih baik? Mata belomu yang terbelalak lebar itu membuatmu sangat terlihat bahwa kau terkejut. Hah, ternyata hanya pembicaraan omong kosong. Buang-buang waktu saja.” Jonghyun beranjak dari kursinya.



“Tunggu, tak bisakah kau melakukannya untukku? Tinggalkan Minah, aku mohon.”



Jonghyun pun kembali berbaik menatap Minho. “Kalau kau mau merebutnya dari sisiku lakukan saja. Jangan malah mengemis seperti ini. Kau benar-benar terlihat menyedihkan. Membuatku semakin tak rela menyerahkan Minah pada lelaki lemah seperti dirimu.”



Jonghyun mulai berjalan menjauh. “Tapi, kalau kau mau mengacaukan pernikahanku, kami akan berada di SHINee Girl butik besok pagi. Aku ingin lihat bagaimana caramu mengambil kembali apa yang aku rampas darimu.”



“Dan untuk malam ini,” Jonghyun mengeluarkan dompetnya. “Aku yang bayar. Aku tak semiskin yang kau kira. “ Jonghyun melemparkan beberapa lembar uang ke wajah Minho lalu kembali berjalan ke pintu keluar.



Sesampainya di luar Jonghyun menepuk jidatnya. “Aishh, mati aku! Itu kan uang untuk membeli tuxedo. Minah akan membunuhku kalau sampai uangnya kurang.” Wajah Jonghyun memucat. “Tapi harga diriku diinjak-injak oleh mata belo itu. Aish, aku harus segera meminjam uang!” Jonghyun pun akhirnya berlari pergi.



Minho meremas uang-uang milik Jonghyun dan membuangnya ke tempat sampah. “Aku harus mencari cara lain untuk menggagalkannya.”



^^^^



Hari ini Minho datang ke kantor Minah. Setelah mencari ino sana sini akhirnya Minho mendapatkannya juga. Minho memasuki ruangan kerja Minah dan di sana terlihat Minah sedang sibuk dengan berbagai berkas.



“Minah ada yang ingin bertemu denganmu.” Sahut teman kerja Minah.



“Ne, terima kasih.” Ucap Minah tanpa menatap ke arah ke depan. “Silahkan duduk, ada perlu apa. maaf kalau aku tak sopan tapi aku benar-benar sibuk.”



“Aku Choi Minho, aku ingin mengajakmu makan siang Ny.Choi.”



“Maaf, kau salah orang aku Park Minah. Kau tanyakan saja dengan yang lain, aku benar-benar sibuk. Mian.”



Minho berdecak. Minho pun berjalan mendekati Minah dan berdiri di sampingnya. “Kau sepertinya lupa padaku. Baiklah aku akan mengingatkanmu.” CHUUU! Minho mencium pipi kanan Minah. Minah pun segera berdiri dan hendak melayangkan tamparan namun tangannya membeku di udara.



“Minho, bukankah itu kau?” Minah langsung memeluk Minho. “Kau tak pernah menghubungiku. Kau jahat!” Ucap Minah sambil memukul bahu Minho.



Minho melepaskan pelukannya. “Mian, aku terlalu sibuk. Jadi aku jarang menghubungimu. Mianhae. Aku rindu, rindu, rindu, sangat, snagat rindu padamu.” Minho mengelus kepala Minah. Minah hanya tersenyum.



“Ehm, hentikan!” Minah dan Minho langsung menenggok ke arah sumber suara. Jonghyun berdiri di depan pintu sambil melipat tangannya di depan dada.



“Berhenti melakukan hal itu pada seseorang  yang bukan milikmu.” Jonghyun menarik Minah lalu mendekatkan wajahnya ke pipi Minah. Minah pun tersenyum. Minho hanya melihan adegan di hadapannya dengan tangan terkepal.



“Kau tak lupa janji kita hari ini kan? Aku sudah meluangkan waktuku untuk menemanimu memilih gaun pengantin. Dan aku ingin semuanya berjalan sesuai rencana. Segala hal yang mengganggu harus disingkirkan!” Ucap Jonghyun sambil melirik Minho.



“Baiklah Oppa, aku akan membereskan barang-barangku sulu. Tunggu sebentar.”



“Cepatlah!” Jonghyun melirik jam tangannya. “Busnya akan satang sebentar lagi. Kita harus bergegas agar tak tertinggal bus.”



“Aku bisa mengantar kalian. Aku baru saja membeli mobil baru. Jadi kau tak perlu naik bus Minah.” Minho memperlihatkan kunci mobilnya. Jonghyun hanya menggerutu melihat tingkah Minho di hadapan Minah.



^^^^



Minho menyetir mobilnya sambil cemberut. Sedangkan Jonghyun duduk tenang sambil bersenandung. Minho terus saja melihat Minah yang duduk di bangku belakang dari kaca spion. Akibat berebutan untuk duduk dekat dengan Minah akhirnya dengan kesal Minah duduk di bangku belakang. Membiarkan Jonghyun menemani Minho di bangku depan.



Di SHINee Girl butik, Minho terus mengomel tak jelas. Rasanya begitu panas melihat Minah begitu mesra dengan Jonghyun. Saling memilih pakaian dan tertawa-tawa bersama saat melihat bayangan mereka di cermin. Seharusnya yang di samping Minah itu aku, bukan kau Jonghyun!



Setelannya Minho bersikeras ikut dalam mempersiapkan pernikahan itu. Walaupun harus rela menjadi seorang supir. Tapi demi menjadi mata-mata Jonghyun dan Minah, Minho rela melakukannya. Dengan rencana licik di belakangnya. Menghancurkan pernikahan Minah dengan Jonghyun.



^^^^



Minah menatap ponselnya yang terus berbunyi. Berteriak dan mengacak rambutnya frustasi. Semua rencananya kacau, kacau! Gaun pengantinnya kekecilan, gedung pernikahannya dibatalkan tiba-tiba, untuk undangan di sana  salah tercetak tanggal pernikahan, bahkan souvenir pun ada yang mengubahnya.



Minah binggung. Siapa yang berani menghancurkan segala rencana pernikahan yang dibuatnya. Minah sudah menyekap Jonghyun untuk mengintrograsinya. Dan lelaki babo itu mengaku bukan dia. Mana mungkin dia mau menghancurkan pernikahannya sendiri, begitu katanya. “Jadi siapa!”



Saat ponsel Minah kembali berdering,Minah segera menjawabnya saat melihat siapa yang menelponnya. “Baiklah, terima kasih.” Gigi Minah bergemelutuk. “Mati Kau!”



^^^^



Minho duduk sambil meminum cokelat panasnya. Di luar sedang huan, namun Minah bersikeras menyuruhnya datang menemuinya. Dan Minho sangat senang Minah ingin bertemu dengannya. Sepertinya ada hal penting yang ingin di sampaikan Minah padanya.



Minah datang tergesa-gesa, jaketnya seditit basah. Minho tersenyum melihat Minah sudah duduk di hadapannya. “Kau mau memsan apa?”



“Tidak, aku hanya ingin berbicara denganmu sebentar.”



“Katakan saja.” Alis Minho berkerut. Nada suara Minah terdengar jengkel.



“Hentikan tingkah bodohmu Minho. Kenapa kau terus saja tak belajar? Bisakah kau berhenti melakukan hal yang bisa menyusahkan orang lain.”



“Apa maksudmu Minah? Aku tidak mengerti.”



“Apa maksudmu dengan melakukan hal ini? Menghancurkan pernikahan yang sudah direncanakan sejak lama. Kau datang dan pergi sesuka hatimu. Dan sekarang saat kau tiba-tiba datang kau dengan tenang menghancurkan semua impianku, impian Jonghyun Oppa. Kenapa kau selalu saja ingin menghancurkanku?”



“Aku, kenapa kau bisa menuduhku?”



“Berhenti berpura-pura seakan kau tak melakukan apapun. Aku sudah tau semuanya. Kalau kehadiranmu hanya ingin menghancurkan semuanya lebih baik kau menghilang saja. Asal kau tau, hidupku tanpa kau bertahun-tahun lalu baik dan berjalan tenang. Dan saat kau kembali kau malah menggacaukan semuanya.”



“Aku hanya-“



“Aku tak mau dengar apapun. Kau menganggapku seperti mainanmu saja. Ketika kau kesapian kau akan mencariku, datang padaku. Tak bisakah kau mengerti dan mengenal diriku dengan lebih baik? Taukah kau pernikahan ini sangat penting bagiku? Kau menghancurkan kebahagiaan orang lain Minho. Lihat lah hal denga lebih objektif, jangan hanya melihat dari sudut pandangmu saja. Mencari pembenaran dari apa yang kau lakukan.”



“Aku hanya ingin mengejarmu yang telah jauh meninggalkanku. Aku hanya tak rela melihat kau bahagia dengan orang lain. Dan aku tak tau harus bagaimana lagi menunjukkan hal itu padamu. Aku selalu melakukan hal bodoh. Maafkan aku Minah.”



“Itulah kau. Selalu egois. Menganggap dirimu selalu benar. Bukalah matamu dengan lebar. Kau akan melihat yang sebenarnya. Siapa yang sebenarnya yang meninggalkan dan siapa yang sebenarnya ditinggalkan. Lihatlah dengan hatimu, dimana cinta yang kau minta aku percayai itu. Hentikan tingkah bodohmu ini Minho. Jangan sampai nanti kau menyesal untuk kedua kalinya.” Minah pun beranjak dari kursinya.



“Aku hanya ingin pernikahan itu batal. Hanya itu. Aku tak bisa melihatmu dengan lelaki lain Minah.”



Minho tak menemui Minah setelahnya. Minho pun mengurung dirinya di apartemennya. Semua kini tak ada gunanya lagi.



Kini hanya dia sendiri, digerogoti kerinduannya. Hatinya sudah benar-benar rapuh. Tak ada lagi yang bisa dilakukannya setelah ini. Minah sudah menyuruhnya pergi. Dan itu sudah cukup mengatakan bahwa semuanya sudah berakhir.



Selama ini Minah lah yang selalu mengejarnya. Dialah yang selalu diistimewakan oleh Minah. Menurutnya cinta Minah yang besar untuknya tak akan habis. Namun nyatanya manusia bisa mencapai titik jenuh dan selanjutnya berubah.



^^^^



Ponsel Minho berbunyi saat dia sedang bercukur. Penampilannya sangat berantakan setelah beberapa minggu ini dia hanya diam dan mengurung diri.



Dengan malas Minho menjawab telepon yang ternyata dari Jonghyun. Mau apa lagi lelaki itu. “Hmm,”



“Hai, lelaki babo!” Minho menjauhkan ponselnya mendengar suara nyaring Jonghyun.



“Mau apa kau?”



“Kemana saja kau? Kenapa tak menguntit kami lagi? Tiba-tiba menghilang begitu saja. Apa kau sudah mengaku kalah padaku? Lelaki yang kau bilang tak ada apa-apa dibandingkan denganmu?”



“Sudahlah, kau juga sudah tau jawabannya. Berhenti bertingkah sombong padaku. Aku belum kalah!”



“Benarkah? Sepertinya kau tak melihat tanda game over.” Jonghyun tertawa. “Sebentar lagi kau akan menangis tuan Choi.”



“Apa maksudmu?” Ting Tong. Terdengar bel apartemen Minho berbunyi.



“Sepertinya malaikat mautmu sudah datang. Terima kejutanku untukmu Tuan Choi. Jangan terkejut, ne. Hahahaha.”



Minho pun melangkah menuju pintu dan membukanya. Seorang kurir membungkuk padanya lalu memberikan sesuatu berwarna pink padanya. “Datanglah kalau kau masih punya keberanian Tuan Choi.”



Ponsel Minho terjatuh. Tangannya bergetar menerima sebuah undangan berwarna pink itu. Undangan bertuliskan inisial J & M. Tak perlu membukanya untuk tau siapa pasangan berbahagia itu bukan?



“Datanglah kalau kau masih memiliki keberanian Tuan Choi.”



Apakah aku harus menerima kekakalahan ini? Aku benci KEKALAHAN!



 



MINHO POV



Matahari menerpa wajahku. Aku menggeliat lalu melirik jam mejaku. Pukul 9 pagi. Aku menyindir pada kepala tempat tidur.



Hari ini, hari yang tak mau aku temui. Hari di mana Minah menjadi milik orang lain. Tak perlu melihat undangan itu pun aku tau betul tanggal berapa pernikahan mereka.



Aku mengambil ponselku dan mataku terbelalak melihatnya. 11 misscall dari Jonghyundan 6 pesan dari Jonghyun juga.



Kau benar-benar tak mau datang ke mari?? Apakah kau benar-benar tak akan menyesal tuan Choi?



Hoi, Tuan Choi! Tak aku sangka kau benar-benar pengecut! Kau tak setangguh yang aku kira.



Dan berbagai pesan lainnya. “Cih, dia mau melihatku terpuruk setelah melihat mereka menikah? Memangnya aku sudah gila datang ke sana!” Aku melempar ponselku sembarangan. Lalu kembali berbaring dan menutup sejenak sekujur tubuhku dengan selimut.



 



AUTHOR POV



Minho akhirnya memutuskan untuk membatalkan pernikahan itu. Minho berhenti sebentar di depan gedung pernikahan. Mengatur nafasnya dan merapikan rambutnya sedikit. Semoga orang-orang tak menyadari dia belum mandi. Jorok? Lupakan soal itu.



Minho melangkahkan kakinya perlahan. Menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Menyimpan cadangan oksigen sebanyak-banyaknya agar dia tak pingsan saat kenyataan mengatakan semuanya sudah terlambat. Jantungnya berdetak 1000x lebih kencang.



“Minho berlari ke tengah-tengah aula. Dapat terlihat dengan jelas kedua mempelai pengantin itu. Tangannya gemetar dan kakinya benar-benar lemas. Sesak, selamat datang mimpi burukku.



“Tuan Kim Jonghyun dan Nona Song Min Ji sah menjadi sepasang suami istri. Silahkan mencium pengantin wanitanya.”



“SONG MIN JI?!”



^^^^



 



“Jadi yang menikah Jonghyun dan Min Ji? Bukan kau?” Ucap Minho sambil menemui Minah setelah pernikahan selesai.



“Kau pikir aku? Bodoh! Aku masih memegang  janjimu. Makanya bacalah undangan itu dengan benar. Lagi pula ide ini ide Jonghyun Oppa. Tapi saat kau hampir menghancurkan pernikahan yang sudah aku susun aku benar-benar marah! Kau tau, Jonghyun Oppa seniorku saat aku kuliah dan Min Ji ini sahabatku. Kalau semuanya hancur, selain aku sedih, aku akan mengalami kerugian besar. Sampai kapan aku menunggu Jonghyun Oppa melunasi semua biaya pernikahan ini.”



Minho langsung memeluk Minah. “Kau sudah berhasil membuatku sangat gila, ternyata kau mempermainkanku saja! Kau tau, aku selalu sudah tidur setiap malam.”



“Kau harus merasakan bagaimana mengejar orang yang kau cintai hingga kau sadar betapa berartinya dia untuku. Jadilah kekasih yang lebi baik Minho.”



“Ne..... saranghae, saranghae, saranghae!!!!!”



.



.



.



.



.



.



THE END



 



COMMENT YUK



 



PPYONG~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar