.showpageArea a { text-decoration:underline; } .showpageNum a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageNum a:hover { border: 1px solid #cccccc; background-color:#cccccc; } .showpagePoint { color:#333; text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; background: #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageOf { text-decoration:none; padding:3px; margin: 0 3px 0 0; } .showpage a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; padding:3px; } .showpage a:hover { text-decoration:none; } .showpageNum a:link,.showpage a:link { text-decoration:none; color:#333333; }

Flash Labels by Way2Blogging

Selasa, 24 Juni 2014

[ONESHOOT] // LISTEN

TITLE       : [ONESHOOT] // LISTEN

 
AUTHOR   : EVERG

GENRE      : SAD (?), DRAMA, ROMANCE

MAIN CAST              :

·        CHOI MIN HO

·        BANG MINAH

Support Cast     :
·        CEK ON THE STORY

WARNING  :
DON’T LIKE DON’T READ, NO COPAS, banyak miss typo

DISCLAIMER            :
Karakter tokoh tidak sesuai aslinya. Hanya berupa hasil imajinasi author. Seluruh hak cipta penulisan karakter, alur dalam cerita yang tertulis asli milik author.

NOTE !!!
Cerita ini hanya fiktif  belaka. Bila ada karakter idol kalian yang tidak biasa itu karena tunturan peran :p. Jangan marah ke author.. marah saja ke orang lain di samping anda Hehehe

HAPPY READING

RCL Please


^^^^
LISTEN

ONESHOOT

ALL MINAH POV

Dia bagaikan butiran salju yang turun dari langit. Lembut, indah namun sungguh dingin. Semakin lama dia akan menutupi semuanya dan menciptakan rasa dingin, beku.

Sedangkan aku bertolak belakang dengannya. Aku penebar  rasa hangat. Kilauan akan terlihat di mataku. Aku bagaikan musim panas. Dan aku tak tau apakah aku dapat mencairkan hatinya.

^^^
Mataku menatap daun-daun yang berguguran indah. Daun-daun itu seperti harapanku yang gugur satu persatu. Tentang namja itu, tentang perasaanku untuknya dan tentang perjuangan yang aku lakukan.

Aku tertawa bukan karena aku merasa bahagia tapi aku merasakan sakit. Sakit yang semakin menghimpitku. Dan aku masih saja terus menikmati dan bertahan pada rasa sakit itu.

Minho. Nama namja itu. Nama yang selalu aku sebut setiap detiknya. Walau bibirku tak mengucapkan namanya tapi fikran dan hatiku pasti selalu menyebut namanya. Namun aku tahu, sebaliknya dia tak pernah menyebut namaku sama sekali.
^^^

Yeeeee, ayo~ Minho~!

Teriakan,  suara  bola basket yang terpantul di lantai saling berseru. Aku tersenyum memandangnya. Minho sedang bertanding saat ini. Dan aku pasti tak melewatkan pertandingannya. Namun untuk kai ini semua sudah jauh berbeda, aku bukan lagi superternya, seperti dulu.

Mataku dapat melihat dan telingaku bisa mendengar banyaknya yeoja yang menyemangatinya, meneriakkan namanya. Setiap Minho berhasil mencetak angka pasti keriuhan semakin menjadi. Tapi Minho seakan tak peduli dengan teriakan itu. Dia akan terus fokus pada permainannya. Mengabaikan semuanya.

Aku, dulu mungkin menjadi satu di antara yeoja-yeoja itu. Meneriaki nama Minho, berteriak kencang  jika mata Minho tak sengaja menatap ke arahku atau aku duduk di bangku pemain dan membawakan handuk dan sebotol air mineral untuknya.  Walaupun akhirnya Minho hanya berjalan melewatiku tanpa berkata apapun. Ya, aku menjadi orang  yang  sangat bodoh saat itu.
^^^
Kuaikui, aku pernah menjadi  penggemar berat Minho. Semenjak aku satu fakultas dengannya aku sudah jatuh cinta padanya. Minho yang cool, tinggi,  tampan, dan berwajah dingin, aku menyukai semuanya. Sejak dulu aku bermimpi untuk memiliki kekasih seperti Minho. Dan  semenjak itu aku putuskan untuk mengejar cintanya.

Minho, boleh aku makan siang bersamamu?

Minho, permainan basketmu semakin bagus

Minho, aku membuatkan bekal untukmu.

Minho, apa kau lelah?

Hah, entah berapa banyak pertanyaan, pujian yang aku berikan untuknya. Dan berapa banyak pula senyuman ramah yang terlihat di wajahku bila bertemu dengannya. Dan berapa banyak pula penolakan, wajah datar dan pengabaiannya untukku. Namun waktu itu mataku terlalu buta. Dan waktu itu aku dengan rela membuang harga diriku jauh-jauh. Demi untuknya. Hanya untuknya. Dan aku baru menyadari, bahwa aku tak akan bisa membuatnya sekedar membuat matanya menyadari kehadiranku.
^^^
Minho. Bagaimana aku bisa menjabarkan tentang namja in? Mungkin butuh berlembar-lembar kertas untuk menuliskan semuanya. Hah, dia begitu mempesona di mataku.

Minho namja yang tak tersenyuh. Selain tampan dan berprestasi, sikap dinginnya pada para yeoja. Dan aku bersyukur akan itu. Karena dia begitu sulit ditaklukkan. Aku sangat bersemangat untuk mengejarnya. Ya, aku menjadi yeoja yang tak tau diri.

Minho, anak kedua dari dua bersaudara. Ayahnya pelatih sepak bola jadi tak heran dia sangat menyukai olah raga. Minho yang memiliki wajah tampan tentu saja banyak yang menawarinya menjadi model, namun dia lebih memilih bidang olah raga.

Minho memiliki kakak lelaki. Awalnya kalau aku tak berhasil mendapatkan Minho aku memilih Hyungnya saja. Tapi ternyata cintaku sudah mentok untuknya.

Sikap dinginnya itulah yang aku suka darinya. Berarti dia tak akan bercentil-centil dengan banyak yeoja bukan? Dan kalau aku berhasil mendapatkannya bukankah hanya aku yeoja yang dipandanginya? Hanya aku.
^^^
Kalau aku tipikal pengagum rahasia aku bisa menerima sakit yang ku dapat darinya. Diabaikan seolah tak terlihat.

Tapi aku menunjukkan rasa cintaku padanya. Aku menunjukkan kehangatanku padanya. Bahwa rasa ku bukan hanya rasa kagum tapi rasa cinta. Tapi sikapnya masih seperti itu. Memandangku seperti yeoja-yeoja kebanyakan.

Jangan kira bahwa aku terus tersenyum. Walaupun aku terlihat begitu ceria kapanpun. Aku pasti pernah menangis. Sebanarnya aku adalah orang yang benci menangis. Aku menangis hanya saat aku lahir, saat mendapat nilai jelek dan saat kucing kesayanganku mati. Selebihnya aku berusaha tegar dan tetap tersenyum.

Tapi dengan mengenal  Minho dia mengubahku 180°. Air mataku bisa dengan mudah menetes saat segala yang aku lakukan untuknya terabaikan. Air mataku dengan mudahnya akan tertumpah. Setiap hari, bahkan setiap malam. Membuat bantalku basah dan mataku bengkak. Menjadikanku bahan ejekkan keesokan harinya.

Tapi jantungku berdetak begitu kencang saat berada di sampingnya. Bahkan memikirkannya saja sudah mengaktifkan debar di jantungku. Pupil mataku akan membesar saat sosoknya terlihat di mataku. Pipiku memanas dan aku menjadi sulit bernafas.

Tapi saat dia begitu dingin ucapannya yang menusuk dan sosokku yang tak terlihat di matanya. Rasanya sungguh aku ingin berhenti. Dari segala perasaan yang hanya aku rasakan sendiri. Bodohnya jantungku ini tak mau berhenti berdebar. Mungkin aku harus membuang  jantung ini agar hidupku damai.

Aku sudah mencoba semuanya.  Membuang foto-foto Minho, menyobeknya menjadi kecil-kecil namun ujung-ujungnya aku akan menyatukan kembali serpiahan-serpihan kecil foto itu. Menghindar dari tempatku biasa bertemu dengan Minho, tapi lagi-lagi aku kembali mencarinya karena aku begitu rindu. Aku gagal dan gagal lagi.

Minho seperti lingkaran setan bagiku. Terus menarikku ke lubang gelap dan paling dalam. Hingga aku tak bisa keluar. Disinilah aku, aku harus bisa meninggalkan semuanya. Semua yang sia-sia untukku.

Dan sekarang di sinilah aku, menonton pertandingan basket terakhirnya. Sebelum Minho pindah kuliah di luar negeri, beasiswa karena prestasinya selama ini. Aku anggap ini terakhir kalinya aku bertemu dengannya, ucapan perpisahan. Karena kini aku sudah berhasil menjadi sepertinya. Mengabaikan semuanya. Dan aku tak akan melakukan hal bodoh seperti itu lagi.
^^^
Tok, tok, tok. Aku mengangkat wajahku saat melihat teman sekelasku mengetuk meja dosen.

Kalian lihat apa di tanganku? Dia menggoyang-goyangkan undangan berlembar-lembar di tangannya. Aku hanya memandangnya tak berminat. Ini undangan pesta perpisahan Minho! Huaaa, kita diundang!

Aku menutup telingaku mendengar suaranya yang cempreng. Waw, tumben makhluk dingin itu peduli? Dan nama setiap orang ada di undangan ini. Aku akan memanggil alian satu per satu.

Aku melihat temanku satu persatu maju ke depan mengambil undangan itu. Sampai akhirnya undangan-undangan itu. Sampai akhirnya undangan-undangan itu habis dibagikan. Hanya aku. Hanya aku yang tak mendapatkan undangan itu.

Kenapa kau tak dapat? Tanya salah satu temanku, aku hanya mengangkat bahuku.

Bukankah kau pemuja nomor satunya? Timpal yang lain.

Dia sudah pensiun, benarkan? Aku hanya bisa tersenyum ke arah mereka. Sedih memang, sepertinya Minho sudah tak mau melihatku lagi.

Syukurlah. Mungkin memang ini yang terbaik. Jalan yang ditakdirkan Tuhan untukku. Agar aku bisa benar-benar melupakannya. Aku pun menutup mataku dan air mata bodoh itu kembali  jatuh.
^^^
Angin menerpa wajahku. Membuat rambutku dipermainkan oleh mereka. Aku menatap langit yang kelam tanpa bintang. Aku masih di sini, di taman kampusku. Dari siang aku belum pulang ke rumah.

Aku kembali tersenyum perih, mungkin saat ini Minho sedang bersenang-senang. Merayakan kebebasannya dari makhluk sepertiku. Dari seluruh mahasiswa, hanya aku satu-satunya yang tak diundang. Hanya aku satu-satunya.

Kakiku melangkah menyusuri koridor kampus. Hah, sudah 3 bulan aku berusaha melupakan Minho tapi kenapa air mataku masih saja tumpah. Saat mengingat segala kenangan yang aku lewati. Sendirian, kenangan ini aku mengingatnya sendirian.

Kantin kampus, taman kampus, aula kampus, perpustakaan, koridor kampus. Semua tempat itu aku lewati. Aku akan mengingatnya hanya untuk hari ini saja. Aku akan menghapus semua makna di tempat-tempat itu. Kepergian Minho merupakan tanda aku akan memulai hidupku dari awal. Walaupun sebenarnya hidupku sudah berakhir.

Aku menarik nafasku panjang. Ini tempat terakhir. Tempat yang berisi begitu banyak kenangan untukku. Gedung olah raga. Aku membuka pintunya perlahan. Cahaya di dalam gedung ini redup namun aku sudah hapal setiap sudutnya. Bahkan saat aku menutup mataku.

Aku mengambil satu bola basket dan duduk di tengah-tengah lapangan basket. Aku duduk sambil mendribble bola basket itu perlahan dan kemudian semakin cepat. Lalu aku melempar bola itu keras.

minho sialan! Sekarang kau sudah puas hah! Kau tak akan melihatku lagi! Tak ada yang akan menggusikmu lagi! Puas kau! Aku memeluk lututku.

Begitu tak terlihatkah? Begitu tak berartikah aku? Bila kau memang tak menyukai semua tingkahku tak bisakah kau mengatakannya? Diabaikan lebih menyakitkan daripada kalimat penolakan darimu. Tau tidak kau Choi Minho!

Dan aku sendirilah yang harus melupakanmu. Dan aku sendirlah yang harus berusaha mengabaikanmu. Itu menyakitkan, menyakitkan sekali! Selamat tinggal Choi Minho, semoga kau selalu bahagia. Aku akan selalu mendoakanmu. Dan aku pun menangis dengan kencang.

Tiba-tiba terdengar alunan piano begitu lembut. Dengan terisak aku berusaha menyimak lagu apa ini. Aku mengenal setiap nadanya. Ini lagu River Flow in You.

Aku mendonggak dengan mata berair. Sedikit takut kalau itu ulah penunggu gedung olah raga yang kesal aku yang teriak-teriak di sini. Namun  entah aku yang rabun atau otakku yang memang sudah gila, mataku melihat sosok Minho di sana. Dengan kemeja putihnya di mainkan alunan lagu itu dengan pianonya.
Dan lampu pun menyala, lantai gedung olah raga dipenuhi balon warna-warni. Dengan perlahan aku berjalan mendekatinya. Berdiri mematung melihatnya terus bermain piano. Dengan air mata yang terus menetes.

Setelah selesai, Minho langsung menatapku dan tersenyum, aku kaget. Aku segera menghapus air mataku dan berjalan. Ini hanya halusinasiku saja. Khayalanku saja.

Minah.

Langkahku terhenti saat mendengarnya memanggil namaku. Aku segera menggelengkan kepalaku. Tidak, itu tidak mungkin dia. Tapi tiba-tiba dia yang menahan lenganku dan membalikkan tubuhku.

Dia menghapus air mataku. Aku menutup mataku merasakan kelembutan tangannya. Kenapa kau menangis?

Hah, aku sudah benar-benar gila! Aku menghempaskan tangannya lalu mulai berjalan lagi. Namun dia menahanku kuat.

Ini aku Choi Minho. Kau tak berkhayal, ini benar-benar aku.

Aku mendorong tubuhnya. Oh, kau! Mau apa sekarang? Setelah sekian lama kau mengabaikanku untuk apa kau berdiri di hadapanku seperti ini? Pergilah! Aku sudah tak mau melihatmu lagi!

Mianhae, jeongmal mianhae. Dia memelukku. Aku hanya tak yakin kau benar-benar menyukaiku. Aku mengira kau hanya ingin menjadikanku mainanmu seperti  yeoja-yeoja yang lain. Memanfaatkanku saja.

Aku melepas pelukannya. Kenapa kau berpikiran sedangkal itu? Apa kau tak bisa melihat mana yangg tulus dan mana yang tidak?

Mianhae, aku terlambat menyadarinya. Saat kau mengabaikanku entah mengapa kau malah mengisi pikiranku. Aku selalu menanti kau yang biasanya mengikutiku, mengucapkan selamat pagi untukku. Dan aku merasa sesuatu menghimpit di dadaku saat kau malah berjalan begitu saja melewatiku. Sakit sekali.

Begitu pun yang aku rasakan saat kau memperlakukanku. Rasa yang aku rasakan 2 tahun ini.

Mianhae, aku mohon jangan membenciku. Walaupun terlambat maukah kau menerimaku kembali?

Menerima untuk apa? kita tak memiliki kehidupan apapun. Bahkan kita sebenarnya tak pernah saling berkenalan sebelumnya. Aku hanya orang asing untukmu.

Mianhae, aku mencintaimu Minah. Saranghae.

Aku terbelalak mendengarnya, Hah, apa kau sadar dengan apa yang kau katakan? Aku tak bisa lagi kau bodohi, Minho.

Aku serius! Makanya aku berada di sini. menyingkirkanmu dari teman-teman kita malam ini. Agar kita bisa berdua dan aku mengatakan semuanya padamu. Aku benar-benar mencintaimu Minah. Kau membuatku jatuh cinta seperti ini.

Kenapa kau mengatakannya baru sekarang? Kemana saja kau selama bulan-bulan yang lalu, tahun-tahun yang lalu. Saat semuanya sudah aku tinggalkan di belakang, kau malah mengatakan hal seperti ini. Haruskah aku mempercayainya?

Hah, aku sudah mengatakannya padamu. Dan aku tak bisa memaksamu untuk mempercayaiku. Aku minta maaf  karena selalu menyakitimu dan aku akan menerima semua keputusanmu. Memang aku yang bodoh hingga membuatmu membenciku seperti ini. Tapi mulam besok kau tak akan melihatku lagi, hiduplah dengan bahagia Minah. Minho berjalan meninggalkanku.

Aku tak tau harus melakukan apa. Aku hanya bisa melihat punggungnya yang  perlahan menghilang. Apa aku memang harus benar-bener melupakannya?
^^^

Pesawat Minho sudah terbang 1 jam yang lalu. Tapi aku masih berdiri di sini, di bandara. Mengingat hal-hal terakhir yang Minho katakan padaku.

Aku akan menunggu seperti janjiku padamu. Saranghae Minho.

.
.

THE END

COMMENT YUK

PPYONG~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar