.showpageArea a { text-decoration:underline; } .showpageNum a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageNum a:hover { border: 1px solid #cccccc; background-color:#cccccc; } .showpagePoint { color:#333; text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; background: #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageOf { text-decoration:none; padding:3px; margin: 0 3px 0 0; } .showpage a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; padding:3px; } .showpage a:hover { text-decoration:none; } .showpageNum a:link,.showpage a:link { text-decoration:none; color:#333333; }

Flash Labels by Way2Blogging

Rabu, 29 Januari 2014

[ONESHOOT ]REASON // 1S // PART A



TITLE            :  REASON // 1S // PART A

AUTHOR      : EVERG

GENRE         : SAD

LENGTH       : 1 S

RATING        : PG

MAIN CAST             :
·         Lee Taemin

·         Song Min Ah


WARNING   :
Abal-abal, GJ, DON’T LIKE DON’T READ, NO COPAS, banyak miss typo. ALURNYA MAJU MUNDUR (?), mian kalau membuat kalian binggung

DISCLAIMER          :
Semua Cast di sini milik keluarganya dan Tuhan kecuali Taemin. FF ini milikku. Taemin milikku selamanya. *Ketawa Evil


NOTE !!!!
FOR Eonni, Gita Eonni
Gomawo dh selalu menyemangatiku untuk tak berhenti
Terima kasih
*BOW

-HAPPY READING-
^^^^

ALL MIN AH  POV

Perpisahan bagiku bukanlah hal yang harus lama ditangisi. Untukku, aku mungkin akan menghabiskan beberapa waktu menangis, lalu setelahnya semuanya berlalu. Aku kembali menjadi orang yang ceria seperti biasanya. Hatiku kembali dan sakit itu pun tak lagi aku rasakan.
Namun, untuk kali ini, berbeda. Aku rapuh, serapuh-rapuhnya. Aku hancur, sehancur-hancurnya. Aku benci aku yang seperti ini. Namun aku tak tau bagaimana caranya menghilangkan semua rasa sakitnya.
Dia pergi dengan membawa sebagian nafasku. Kini aku sadar, berbicara tak semudah saat melakukannya. _MIN AH_
^^^^
Aku meminum jusku sambi duduk di teras aula kampus. Kami baru saja selesai mendekorasi aula kampus untuk acara malam keakraban yang memang rutin diadakan setiap tahun. Aku menutup mataku saat angin sejuk berhembus. Aku merentangkan tanganku dan tersenyum. Tersenyum walaupun air mataku malah menetes dengan deras.
Perpisahan. Ucapan perpisahan itu terucap 1 bulan lalu. Terucap dari seorang namja yang awalnya aku yakini sebagai belahan jiwaku. Namja yang mengerti diriku begitu baik. Namja yang selalu bisa membuatku bangkit dan berhenti menangis. Walaupun yang dia berikan hanya senyuman.
Namun namja itu pula, namja itulah yang membuatku terpuruk sendiri. Aku tersenyum tapi air mataku menetes. Aku tertawa tapi terdengar isakan di dalamnya. Dia membuat semuanya menjadi terbalik, tak beraturan.
Tepat di saat daun-daun berguguran. Tepat saat angin begitu sejuk berhembus, dia mengatakannya. “Kita berpisah! Ini semua tak bisa dipertahankan lagi.”
Aku menggeleng, rasanya saat kata-kata berhenti diucapkannya, semua yang aku lihat semuanya berubah. Angin begitu sulit aku hirup. Dedaunan yang berguguran sama banyaknya seperti air mataku yang  jatuh. Bagiku ini tak mungkin. Tidak akan mungkin.
Setelahnya dia pergi meninggalkanku. Meninggalkanku yang menangis begitu keras. Mengabaikan teriakanku yang memintanya kembali. Tidak, tidak bisa! Bukan seperti ini. Bukan seperti ini kisah yang aku inginkan tertulis di lembaran hidupku. Tidak seperti ini.
^^^^
 [ FLASHBACK ON ]
Aku mencintai namja itu. Namja berambut coklat dengan mata coklat pula. Hal yang paling aku suka adalah saat dia tertawa, matanya akan akan terbuka lebar dan berbinar. Dia akan menutup bibirnya dengan telapak tangannya. Berbeda sekali dengan Oppaku yang akan tertawa terbahak-bahak. Aku bahagia, bahagia, bahagia. Sangat bahagia bersamanya!
Rasa bahagia dan sedih berputar begitu cepat. Seperti malam yang tak lama berselang sudah berubah menjadi pagi. Di depanku saat ini namja tercintaku itu mencium yeoja lain. Dia memintaku untuk menemuinya di taman dimana aku pertama kali bertemu dengannya. Dan di taman itu pun dia membuat luka yang paling dalam.
“Apa maksudnya!”
“Sudah jelas bukan! Aku bosan denganmu! Bosan, bosan, yeoja bodoh!”
“Lalu apa artinya kata manismu kemarin, bulan lalu, tahun lalu! Apa! Hanya permainanmu!”
“Ya! Lalu kau mau apa! Kita berpisah! Ini semua tak bisa dipertahankan lagi.”
“Arghh! Brengsek!”
Entah teriakan apa lagi yang aku katakan, kita berdua katakan. Yang aku tau dia pun pergi meninggalkanku. Meninggalkanku yang terduduk lemah di tanah sambil terduduk. Menangis tersedu-sedu. Pergi dengan berpelukan erat dengan yeoja itu. Seketika semuanya berubah, segalanya.

[ FLASHBACK OFF ]
^^^^
Setelahnya hidupku benar-benar terasa aneh. Aku merasakan dunia terasa mencekikku. Dimana aku menatap, di mana aku melihat, kenanganku dengannya terlihat di mana-mana. Tidak, harusnya ini mudah. Ini bukan hal yang berat untukku.
“Wajahmu pucat, apa kau sakit?”
“Hei, perhatikan langkahmu. Apa kau perlu bantuan?”
Tidak! Aku rasanya ingin berteriak ke arah suara-suara itu. Berhenti bertanya, berhenti berbicara. Yang aku ingin hanya dia, ingin memeluknya lagi. Ingin mendapat senyumannya lagi. Senyum yang kini bukan lagi milikku. Tapi untuk yeoja penggantiku. Yeoja yang tak lebih baik dariku.
“Aku tidak bisa. Aku tak bisa menggapainnya lagi.” Tanganku menggapai udara kosong. Dia sudah jauh, dia tak berbalik menatapku. Dia pergi, benar-benar pergi.
Bahkan aku yang terkapar di jalanan pun tak dipedulikannya. Menyedihkan, sangat! Aku hanya bisa menangis. Dan menbiarkan orang-orang menatapku penuh iba.
^^^^

Aku membuka mataku dan segera menghapus air mataku. “Gwaenchana. Gwaenchana.” Mengambil gelas stereofoam kosong bekas jusku tadi lalu kembali berlari ke dalam aula. Meneruskan pekerjaan yang belum selesai.
Aku berlarian ke sana kemari, membawa perlengkapan ini itu. Sesekali ikut bercanda bersama teman-temanku. Hah, pemakai topeng yang lihai bukan? Mereka melihatku sebagai orang yang begitu ceria.
Tapi tidak, aku tak seceria itu. Tanpa mereka tau, di tempat yang mereka tak ketahui, aku menangis. Sampai air mataku rasanya kering, sangat kering.
“Apa semuanya berjalan sesuai rencana?” Seketika aku terpaku. Suara ini, suara ini.
“Tenang Lee Taemin, semua berjalan lancar. Hei, bisakah kau tinggalkan kekasih tercintamu itu sebentar.  Bagaimana pun kau ketuanya bukan?”
“NO! Untuk apa Taemin memiliki anggota seperti kalian kalau dia masih harus mengurus semua ini juga? Iya, kan, Chagi?”
“Ne,”
“CIH!” Aku segera membalikkan tubuhku. Rasanya aku ingin menjambak rambut iblis itu. Dasar yeoja menyebalkan! Memonopoli Taemin hanya untuk dirinya sendiri. Dan Taemin pun bahkan rela meninggalkan tanggung jawabnya demi yeoja itu. Iblis itu, aku benar-benar tak menyukainya!
Sedangkan saat Taemin bersamaku dulu, dia begitu bertanggung jawab dalam hal apapun. Dia bahkan lebih sering mengutamakan kegiatannya yang begitu banyak dibandingkan denganku.
Dan aku tak keberatan dengan hal itu. Karena  bagiku, kekasih yang baik tidak mengekang tapi mendukung. Tapi apa yang aku dapatkan? Kau malah memilih yeoja itu dan meninggalkanku.
“Kenapa? Waeyo!”
“Min, kau merusak dekorasi kita.” Ucapan temanku membuatku tersadar. Dan pandangan kami pun tertuju pada dekorasi yang sudah tak berbentuk lagi.
“Akan aku perbaiki secepatnya!” Aku pun berari pergi menampilkan senyum palsuku lagi saat Taemin menatap ke arah kami. Cukup untuk terlihat menyedihkan. Cukup sudah Min! SONG MIN AH, berhentilah menangis!
Ku pandangi diriku yang terpantul di kaca. Tak ada senyuman, tak secerah dulu. Aku seperti guci yang sebelumnya telah pecah lalu serpihannya disatukan kembali. Namun dapat terlihat retakan-retakan itu dengan jelas.
Aku mengelap sudut bibirku. Bibirku berdarah karena aku begitu keras menggigitnya. Menahan isakanku agar tak terdengar orang-orang yang juga masuk ke kamar mandi. Aku, aku benci diriku yang seperti ini. Tapi, tapi aku juga tak mau keluar dari kenangan tentangnya. Aku tak bisa.
Aku membasuh wajahku dengan air berulang-ulang. Berharap mataku yang bengkak tak akan disadari siapapun. Memalukan jika Taemin tau aku masih menangisinya.
Keadaan hinggar-binggar pesta ini semakin membuatku sesak nafas. Dapat terlihat jelas kemesraan Taemi dan yeoja itu. Suara tawa mereka seakan terdengar begitu jelas di telingaku. Padahal jarak antara aku dan mereka cukup jauh.
Dapat aku lihat ekspresi yeoja itu  yang pastinya tertuju untukku. Ekspresi yang seakan mengatakan “Kau sudah kalah, dan lihat sekarang dia milikku.”
Aku hanya menatap mereka datar. Karena aku sudah tak memiliki air mata lagi. Sudah tak ada lagi.
^^^^
Sampai akhirnya aku berada pada puncaknya, dimana aku sudah tidak bisa berharap lagi. Tidak, Taemin sudah tak memandangku lagi. Baginya aku tak pernah ada di hidupnya. Kejadian itu membuat mataku sedikit terbuka.
“Apa yang kau lakukan bodoh! Apa matamu harus aku congkel dulu supaya kau berhenti memandangi Taemin? Sadarlah, Taemin sudah meninggalkanmu dan itu artinya dia sudah tak mencintaimu lagi. Lalu kenapa kau masih saja menatapnya dengan wajah memelas! Dia milikku sekarang! Milikku! Kau dengar!”
Aku membiarkan segala yang dia lakukan padaku. Menarik rambutku, menampar pipiku, ataupun memukuliku. Hanya pepohonan dan penghumi hutan ini yang mungkin menjadi penonton apa yang dilakukannya padaku.
Sedangkan Taemin ataupun teman-temanku yang lain sedang bersenang-senang di bukit perkemahan. Tak menyadari bahwa kami tak berada bersama mereka.
Yeoja iblis itu terus saja memukul dan memakiku. Entah dari mana saja darah segar mengalir dari tubuhku. Aku yang tak membalasnya semakin membuatnya marah. Langit sudah berubah gelap, namun yeoja iblis itu terus meneruskan aksinya seakan tak kehilangan tenaga.
“Mi, SONG MIN AH! SENA! DIMANA KALIAN!” Terdengar sahut-sahutan suara memanggil nama kami. Disela-sela rasa sakitku aku tersenyum. Sebentar lagi Taemin akan tau siapa yeoja ini sebenarnya. Dia akan segera tau.
Hujan yang mulai  jatuh perlahan menimbulkan perih di setiap lukaku. Aku masih terbaring di tanah, menahan rasa dingin dan perih sekaligus. Sena, yeoja iblis itu merasa cemas karena suara-suara itu semakin dekat. “Rasakan kau!” Ucapku dalam hati.
“Cepat bangun! Cepat kau serang aku! Jangan diam saja! HEI!” Dia mengacak-acak rambutnya. Setelah tendangannya beberapa kali padaku tak bisa membuatku bangun dan membalas perlakuannya.
Mungkin saking frustrasinya, karena tanah yang terkena hujan menjadi licin, yeoja itu terpeleset dan kemudian dia berguling terperosok pada lubang yang cukup dalam. Di bawahnya terdapat jurang yang sangat dalam. Dengan tenaga seadanya aku berjalan perlahan menghampirinya.
Aku memiringkan kepalaku sehingga aku bisa melihatnya dengan jelas. Suasana malam dan hujan yang deras semakin mengaburkan pandanganku. Dapat aku lihat Sena bergelantungan. Wajahnya terlihat menyedihkan.
“Cepat tolong aku! Tolong aku bodoh!” Teriakan frustrasinya begitu menyenangkan aku dengar.
Aku pun mengulurkan tanganku, tidak mungkin aku membiarkannya jatuh dan aku menjadi tertuduh karena telah membunuhnya. Aku tak sejahat dirinya. Namun kepalaku tiba-tiba berdenyut dan semua begitu sakit. Keseimbanganku hilang dan aku pun turut terperosok.
Aku memgang sebuah akar yang menggantung. Aku berada di bawah kaki Sena. Sena lebih beruntung karena dia baik-baik saja. Sedangkan aku, semua badanku terasa sakit sekarang.
“Oh Tuhan Sena! Kenapa kau bisa di sini!”
“Taemin,” Ucapku lemah. Walaupun aku tak bisa begitu jelas melihat wajahnya tapi aku tau ini suara Taemin. “Tolong aku. Tolong aku!”
“Bagaimana kalian bisa berada di sini?”
“Taemin Tolong Aku! Tadi dia yang mendorongku hingga terjatuh seperti ini. Dia ta terima kau milikku sekarang. Tolong aku, aku sudah tak kuat lagi.” Taemin diam sejenak. Aku hanya bisa menahan perih. Taemin pasti mempercayainya.
“Tunggu, aku ambil tali dulu.”
Tali pun terulur, dan Sena yang naik duluan. Aku hanya dapat memandangi Sena yang perlahan-lahan naik ke atas. Dan kakinya sempat menginjak kepalaku. Hingga aku sedikit terdorong ke bawah.
Taemin, aku hanya bisa memanggil namanya dalam hati. Bibirku sudah benar-benar kaku. Dingin sudah begitu menyiksaku. Dan rasa sakit kian menghimpitku. Aku tidak tau, ini sakit yang berasal dari luka-lukaku atau kembali tercipta karena Taemin.
“Min! Pegang tali ini!”
Aku menjulurkan tanganku yang bergetar berusaha menggapai tali itu. Tangan dan tubuhku terasa begitu sulit aku gerakkan. Aku menegadahkan pandanganku, dapat aku lihat wajah Taemin. Apa kau mencemaskanku?
“Aku sudah tak kuat. Pergilah Taemin!” Aku ingin mengatakan bahwa aku masih mencintainya, karena aku merasa ini mungkin  suara terakhirku yang bisa dia dengar.
“Tidak! Pegang Tali Itu! Aku Akan Menarikmu!”
Aku dapat merasakan tubuhku yang perlahan-lahan naik. Mataku sudah sulit aku buka. Aku dapat mendengar suara arus sungai yang deras di bawah kakiku. Kalau aku melepaskan pegangganku, aku pasti akan tenggelam lalu mati.
Saat aku merasa sudah tak kuat lagi, aku merasa dua tangan kokoh menarikku dan kemudian membaringkan tubuhku di tanah. Dengan sekuat tenaga aku membuka mataku. Aku melihatnya, wajahnya yang menatapku lekat. Akhirnya, setelah sekian lama, dia kembali menatapku lagi.
“Min kenapa? Kenapa kau terluka seperti ini?” Aku hanya diam, aku tak bisa tersenyum atau sekedar mengatakan bahwa aku tidak apa-apa. Aku juga tak bisa menyentuh wajahnya. Kaku, aku kaku. Pandangannya membuatku kaku. Aku takut, kalau aku berbicara atau menyentuhnya dia akan menghilang.
“Sena, apa yang terjadi pada Min? Katakan! Apa yang terjadi padanya!” Taemin berteriak. Mendelik tajam pada Sena lalu memelukku. Aku merasakan bahu Taemin bergetar. Apa Taemin, kau menangis?
“Aku.. aku tidak tau! Mungkin saja karena dia juga terperosok bersamaku. Dia mendapatkan luka itu!” Sena terisak. “Dan tidak hanya dia yang terluka, tapi aku juga! Aku juga berdarah!”
Dapat aku lihat dari balik punggung Taemin, Sena mengeluarkan pisau lipat kecilnya lalu melukai pelipis juga lengannya. Hanya goresan kecil, tak separah diriku.
Taemin lalu melepaskan pelukannya dan melihat ke arah Sena. “Oh, Tuhan!” Taemin pun mencari obat di dalam tas yang dibawanya. Dapat kulihat seringaian puas di wajah Sena.
“Taemin, cepat bawa aku keperkemahan. Aku harus segera mendapat pengobatan.” Rengek Sena. Taemin melihat ke arahku namun kedua tangan Sena segera mengalihkan wajah taemin dariku. “Kau mau aku kehabisan darah, Chagiya?”
Taemin membereskan barang-barangnya lalu menghampiriku. Menyelimutiku dengan jaketnya. “Tunggu sebentar, aku segera kembali.” Sena pun naik ke punggung Taemin, lalu mereka pergi.
^^^^
Di sela-sela hujan yang terus-menerus turun dengan deras aku bisa menghirupnya. Menghirup parfum dari jaket ini. Parfum yang aku hadiahkan padanya. Apa saat kau memakai parfum ini, kau pernah memeluk Sena, Taemin?
Aku pun menutup mataku, mengingat semua kenangan yang aku lewati bersamanya. Semua kebahagiaan sampai akhirnya dia melukaiku. Mencium Sena di hadapanku seakan tak pernah terjadi apapun sebelumnya lalu kau mengatakan perpisahan. Sungguh mudah kau mengatakannya saat itu.
Apakah semuanya untukku sudah terlambat? Apakah kisah cinta kita benar-benar sudah berakhir? Berakhir dengan mudah. Tak bisakah kau katakan mengapa? Mengapa kau menyakitiku? Mengapa kau meninggalkanku seperti ini? Tanpa aku tau apa alasannya kau melakukan ini.
Bukankah kau tau, aku sangat mencintaimu. Bukankah dulu kau juga sangat mencintaiku? Kita berdua saling mencintai bukan? Lalu kenapa kau malah tak mencintaiku lagi saat yeoja itu ada? Taukah kau aku yang lebih sakit dibandingkan dirinya?
Aku rasa kau berubah. Kau bukan lagi Taemin yang aku kenal dulu. Apa yeoja itu yang telah mengubahmu? Hingga membuatku tak berada di hatimu lagi. Saat aku memikirkan ini hatiku benar-benar sakit.
Saat kau menciumnya, saat kau mengatakan aku membosankan. Saat kau mengatakan hubungan kita berakhir, tak aku lihatkah air mataku? Kau hanya menatapku seakan aku bisa menerimanya. Tidak, aku tak akan pernah bisa. Aku kira kita tak akan semudah itu saling melupakan.
Walaupun kau mengatakannya dengan sangat kejam. Tapi aku tak bisa melupakanmu, membencimu. Di sudut hatiku yang paling gelap selalu berharap kau akan kembali dan mengatakan bahwa alasanmu meninggalkanku dan menyakitiku hanya untuk menguji kekuatan cinta kita saja.
Namun bohong! Kau memang sudah sangat berbeda! Kau yang dulu aku cintai dan kau yang sekarang sungguh jauh berbeda, sangat berbeda.
Apakah kau begitu terkejut melihatku yang terluka di mana-mana? Hingga akhirnya kau menatapku dan kemudian memelukku. Dan apakah kau juga menangisiku? Setelah sekian lama, setelah sekian lama kau menyakitiku kenapa baru sekarang? Andai kau tau bahwa lukaku lebih dalam dari pada ini, lebih sakit. Dan sayangnya tak bisa kau lihat.
Dan aku hanya bisa terbaring dalam diam saat kau semakin menjauh.  Kau memilihnya dari pada aku. Bahkan aku tak menangis, karena tubuhku sudah lelah. Melakukan hal bodoh yang sia-sia. Kau bukan milikku lagi. Aku harus sadar itu.
Kenapa kau berubah? Tak bisakah kau sekali lagi kembali? Tak bisakah kau mengubah semuanya dan mengembalikanku menjadi prioritasmu lagi. Aku masih bisa memaafkanmu dan melupakan rasa sakit ini. Melupakan segala sakit yang menjalar di setiap alur darahku setiap detiknya.
Atau apakah ini emang sudah benar-benar berakhir? Cintamu, hatimu, memang sudha tak akan pernah bisa untukku lagi. Saat aku memikirkan semua kenangan-kenangan itu, rasa sakitnya semakin menjadi, Taemin. Katakan padaku, bagaimana.
Apapun yang sudah terjadi padaku hingga saat ini. Ketahuilah, aku tak akan pernah menyesal. Menyesali akan pertemuanku dnaganmu, cintaku untukmu bahkan luka yang kau berikan. Karena menjalani hari-hari indah bersamamu adalah hal yang terindah untukku. Karena kau orang baik, terbaik untukku.
Ini mungkin yang terbaik. Mungkin setelah ini aku akan jauh lebih baik. Walaupun pada akhirnya aku benar-benar tak bisa bersamamu lagi. Tak ada yang bisa aku ubah. Namun aku harap kau tau, aku lah yang sebenar-bearnya tersakiti malam ini, kemarin selamanya.

BERSAMBUNG KE PART B

Tidak ada komentar:

Posting Komentar