TITLE : REASON // 1S //
PART A
AUTHOR : EVERG
GENRE : SAD
LENGTH : 1 S
RATING : PG
MAIN CAST :
·
Lee
Taemin
·
Song
Min Ah
WARNING :
Abal-abal,
GJ, DON’T LIKE DON’T READ, NO COPAS, banyak miss typo. ALURNYA MAJU MUNDUR (?), mian kalau
membuat kalian binggung
DISCLAIMER :
Semua
Cast di sini milik keluarganya dan Tuhan kecuali Taemin. FF ini milikku. Taemin
milikku selamanya. *Ketawa Evil
NOTE !!!!
FOR Eonni, Gita Eonni
Gomawo dh selalu menyemangatiku
untuk tak berhenti
Terima kasih
*BOW
-HAPPY READING-
^^^^
ALL MIN AH POV
Perpisahan
bagiku bukanlah hal yang harus lama ditangisi. Untukku, aku mungkin akan
menghabiskan beberapa waktu menangis, lalu setelahnya semuanya berlalu. Aku
kembali menjadi orang yang ceria seperti biasanya. Hatiku kembali dan sakit itu
pun tak lagi aku rasakan.
Namun,
untuk kali ini, berbeda. Aku rapuh, serapuh-rapuhnya. Aku hancur,
sehancur-hancurnya. Aku benci aku yang seperti ini. Namun aku tak tau bagaimana
caranya menghilangkan semua rasa sakitnya.
Dia
pergi dengan membawa sebagian nafasku. Kini aku sadar, berbicara tak semudah
saat melakukannya. _MIN AH_
^^^^
Aku
meminum jusku sambi duduk di teras aula kampus. Kami baru saja selesai
mendekorasi aula kampus untuk acara malam keakraban yang memang rutin diadakan
setiap tahun. Aku menutup mataku saat angin sejuk berhembus. Aku merentangkan
tanganku dan tersenyum. Tersenyum walaupun air mataku malah menetes dengan
deras.
Perpisahan.
Ucapan perpisahan itu terucap 1 bulan lalu. Terucap dari seorang namja yang
awalnya aku yakini sebagai belahan jiwaku. Namja yang mengerti diriku begitu
baik. Namja yang selalu bisa membuatku bangkit dan berhenti menangis. Walaupun yang
dia berikan hanya senyuman.
Namun
namja itu pula, namja itulah yang membuatku terpuruk sendiri. Aku tersenyum
tapi air mataku menetes. Aku tertawa tapi terdengar isakan di dalamnya. Dia
membuat semuanya menjadi terbalik, tak beraturan.
Tepat
di saat daun-daun berguguran. Tepat saat angin begitu sejuk berhembus, dia
mengatakannya. “Kita berpisah! Ini semua tak bisa dipertahankan lagi.”
Aku
menggeleng, rasanya saat kata-kata berhenti diucapkannya, semua yang aku lihat
semuanya berubah. Angin begitu sulit aku hirup. Dedaunan yang berguguran sama
banyaknya seperti air mataku yang jatuh.
Bagiku ini tak mungkin. Tidak akan mungkin.
Setelahnya
dia pergi meninggalkanku. Meninggalkanku yang menangis begitu keras.
Mengabaikan teriakanku yang memintanya kembali. Tidak, tidak bisa! Bukan
seperti ini. Bukan seperti ini kisah yang aku inginkan tertulis di lembaran
hidupku. Tidak seperti ini.
^^^^
[ FLASHBACK ON ]
Aku mencintai namja itu. Namja
berambut coklat dengan mata coklat pula. Hal yang paling aku suka adalah saat
dia tertawa, matanya akan akan terbuka lebar dan berbinar. Dia akan menutup
bibirnya dengan telapak tangannya. Berbeda sekali dengan Oppaku yang akan
tertawa terbahak-bahak. Aku bahagia, bahagia, bahagia. Sangat bahagia
bersamanya!
Rasa bahagia dan sedih berputar
begitu cepat. Seperti malam yang tak lama berselang sudah berubah menjadi pagi.
Di depanku saat ini namja tercintaku itu mencium yeoja lain. Dia memintaku
untuk menemuinya di taman dimana aku pertama kali bertemu dengannya. Dan di
taman itu pun dia membuat luka yang paling dalam.
“Apa maksudnya!”
“Sudah jelas bukan! Aku bosan
denganmu! Bosan, bosan, yeoja bodoh!”
“Lalu apa artinya kata manismu
kemarin, bulan lalu, tahun lalu! Apa! Hanya permainanmu!”
“Ya! Lalu kau mau apa!
Kita berpisah! Ini semua tak bisa
dipertahankan lagi.”
“Arghh! Brengsek!”
Entah teriakan apa lagi yang aku
katakan, kita berdua katakan. Yang aku tau dia pun pergi meninggalkanku.
Meninggalkanku yang terduduk lemah di tanah sambil terduduk. Menangis
tersedu-sedu. Pergi dengan berpelukan erat dengan yeoja itu. Seketika semuanya
berubah, segalanya.
[ FLASHBACK OFF ]
^^^^
Setelahnya
hidupku benar-benar terasa aneh. Aku merasakan dunia terasa mencekikku. Dimana
aku menatap, di mana aku melihat, kenanganku dengannya terlihat di mana-mana.
Tidak, harusnya ini mudah. Ini bukan hal yang berat untukku.
“Wajahmu
pucat, apa kau sakit?”
“Hei,
perhatikan langkahmu. Apa kau perlu bantuan?”
Tidak!
Aku rasanya ingin berteriak ke arah suara-suara itu. Berhenti bertanya,
berhenti berbicara. Yang aku ingin hanya dia, ingin memeluknya lagi. Ingin
mendapat senyumannya lagi. Senyum yang kini bukan lagi milikku. Tapi untuk
yeoja penggantiku. Yeoja yang tak lebih baik dariku.
“Aku
tidak bisa. Aku tak bisa menggapainnya lagi.” Tanganku menggapai udara kosong.
Dia sudah jauh, dia tak berbalik menatapku. Dia pergi, benar-benar pergi.
Bahkan
aku yang terkapar di jalanan pun tak dipedulikannya. Menyedihkan, sangat! Aku
hanya bisa menangis. Dan menbiarkan orang-orang menatapku penuh iba.
^^^^
Aku
membuka mataku dan segera menghapus air mataku. “Gwaenchana. Gwaenchana.” Mengambil gelas stereofoam kosong bekas
jusku tadi lalu kembali berlari ke dalam aula. Meneruskan pekerjaan yang belum
selesai.
Aku
berlarian ke sana kemari, membawa perlengkapan ini itu. Sesekali ikut bercanda
bersama teman-temanku. Hah, pemakai topeng yang lihai bukan? Mereka melihatku
sebagai orang yang begitu ceria.
Tapi
tidak, aku tak seceria itu. Tanpa mereka tau, di tempat yang mereka tak
ketahui, aku menangis. Sampai air mataku rasanya kering, sangat kering.
“Apa
semuanya berjalan sesuai rencana?” Seketika aku terpaku. Suara ini, suara ini.
“Tenang
Lee Taemin, semua berjalan lancar. Hei, bisakah kau tinggalkan kekasih
tercintamu itu sebentar. Bagaimana pun
kau ketuanya bukan?”
“NO!
Untuk apa Taemin memiliki anggota seperti kalian kalau dia masih harus mengurus
semua ini juga? Iya, kan, Chagi?”
“Ne,”
“CIH!”
Aku segera membalikkan tubuhku. Rasanya aku ingin menjambak rambut iblis itu.
Dasar yeoja menyebalkan! Memonopoli Taemin hanya untuk dirinya sendiri. Dan
Taemin pun bahkan rela meninggalkan tanggung jawabnya demi yeoja itu. Iblis
itu, aku benar-benar tak menyukainya!
Sedangkan
saat Taemin bersamaku dulu, dia begitu bertanggung jawab dalam hal apapun. Dia
bahkan lebih sering mengutamakan kegiatannya yang begitu banyak dibandingkan
denganku.
Dan
aku tak keberatan dengan hal itu. Karena
bagiku, kekasih yang baik tidak mengekang tapi mendukung. Tapi apa yang
aku dapatkan? Kau malah memilih yeoja itu dan meninggalkanku.
“Kenapa?
Waeyo!”
“Min,
kau merusak dekorasi kita.” Ucapan temanku membuatku tersadar. Dan pandangan
kami pun tertuju pada dekorasi yang sudah tak berbentuk lagi.
“Akan
aku perbaiki secepatnya!” Aku pun berari pergi menampilkan senyum palsuku lagi
saat Taemin menatap ke arah kami. Cukup untuk terlihat menyedihkan. Cukup sudah
Min! SONG MIN AH, berhentilah menangis!
Ku
pandangi diriku yang terpantul di kaca. Tak ada senyuman, tak secerah dulu. Aku
seperti guci yang sebelumnya telah pecah lalu serpihannya disatukan kembali.
Namun dapat terlihat retakan-retakan itu dengan jelas.
Aku
mengelap sudut bibirku. Bibirku berdarah karena aku begitu keras menggigitnya.
Menahan isakanku agar tak terdengar orang-orang yang juga masuk ke kamar mandi.
Aku, aku benci diriku yang seperti ini. Tapi, tapi aku juga tak mau keluar dari
kenangan tentangnya. Aku tak bisa.
Aku
membasuh wajahku dengan air berulang-ulang. Berharap mataku yang bengkak tak
akan disadari siapapun. Memalukan jika Taemin tau aku masih menangisinya.
Keadaan
hinggar-binggar pesta ini semakin membuatku sesak nafas. Dapat terlihat jelas
kemesraan Taemi dan yeoja itu. Suara tawa mereka seakan terdengar begitu jelas
di telingaku. Padahal jarak antara aku dan mereka cukup jauh.
Dapat
aku lihat ekspresi yeoja itu yang
pastinya tertuju untukku. Ekspresi yang seakan mengatakan “Kau sudah kalah, dan
lihat sekarang dia milikku.”
Aku
hanya menatap mereka datar. Karena aku sudah tak memiliki air mata lagi. Sudah
tak ada lagi.
^^^^
Sampai
akhirnya aku berada pada puncaknya, dimana aku sudah tidak bisa berharap lagi.
Tidak, Taemin sudah tak memandangku lagi. Baginya aku tak pernah ada di
hidupnya. Kejadian itu membuat mataku sedikit terbuka.
“Apa
yang kau lakukan bodoh! Apa matamu harus aku congkel dulu supaya kau berhenti
memandangi Taemin? Sadarlah, Taemin sudah meninggalkanmu dan itu artinya dia
sudah tak mencintaimu lagi. Lalu kenapa kau masih saja menatapnya dengan wajah
memelas! Dia milikku sekarang! Milikku! Kau dengar!”
Aku
membiarkan segala yang dia lakukan padaku. Menarik rambutku, menampar pipiku,
ataupun memukuliku. Hanya pepohonan dan penghumi hutan ini yang mungkin menjadi
penonton apa yang dilakukannya padaku.
Sedangkan
Taemin ataupun teman-temanku yang lain sedang bersenang-senang di bukit
perkemahan. Tak menyadari bahwa kami tak berada bersama mereka.
Yeoja
iblis itu terus saja memukul dan memakiku. Entah dari mana saja darah segar
mengalir dari tubuhku. Aku yang tak membalasnya semakin membuatnya marah.
Langit sudah berubah gelap, namun yeoja iblis itu terus meneruskan aksinya
seakan tak kehilangan tenaga.
“Mi,
SONG MIN AH! SENA! DIMANA KALIAN!” Terdengar sahut-sahutan suara memanggil nama
kami. Disela-sela rasa sakitku aku tersenyum. Sebentar lagi Taemin akan tau
siapa yeoja ini sebenarnya. Dia akan segera tau.
Hujan
yang mulai jatuh perlahan menimbulkan
perih di setiap lukaku. Aku masih terbaring di tanah, menahan rasa dingin dan
perih sekaligus. Sena, yeoja iblis itu merasa cemas karena suara-suara itu
semakin dekat. “Rasakan kau!” Ucapku dalam hati.
“Cepat
bangun! Cepat kau serang aku! Jangan diam saja! HEI!” Dia mengacak-acak
rambutnya. Setelah tendangannya beberapa kali padaku tak bisa membuatku bangun
dan membalas perlakuannya.
Mungkin
saking frustrasinya, karena tanah yang terkena hujan menjadi licin, yeoja itu
terpeleset dan kemudian dia berguling terperosok pada lubang yang cukup dalam.
Di bawahnya terdapat jurang yang sangat dalam. Dengan tenaga seadanya aku
berjalan perlahan menghampirinya.
Aku
memiringkan kepalaku sehingga aku bisa melihatnya dengan jelas. Suasana malam
dan hujan yang deras semakin mengaburkan pandanganku. Dapat aku lihat Sena
bergelantungan. Wajahnya terlihat menyedihkan.
“Cepat
tolong aku! Tolong aku bodoh!” Teriakan frustrasinya begitu menyenangkan aku
dengar.
Aku
pun mengulurkan tanganku, tidak mungkin aku membiarkannya jatuh dan aku menjadi
tertuduh karena telah membunuhnya. Aku tak sejahat dirinya. Namun kepalaku
tiba-tiba berdenyut dan semua begitu sakit. Keseimbanganku hilang dan aku pun
turut terperosok.
Aku
memgang sebuah akar yang menggantung. Aku berada di bawah kaki Sena. Sena lebih
beruntung karena dia baik-baik saja. Sedangkan aku, semua badanku terasa sakit
sekarang.
“Oh
Tuhan Sena! Kenapa kau bisa di sini!”
“Taemin,”
Ucapku lemah. Walaupun aku tak bisa begitu jelas melihat wajahnya tapi aku tau
ini suara Taemin. “Tolong aku. Tolong aku!”
“Bagaimana
kalian bisa berada di sini?”
“Taemin
Tolong Aku! Tadi dia yang mendorongku hingga terjatuh seperti ini. Dia ta
terima kau milikku sekarang. Tolong aku, aku sudah tak kuat lagi.” Taemin diam
sejenak. Aku hanya bisa menahan perih. Taemin pasti mempercayainya.
“Tunggu,
aku ambil tali dulu.”
Tali
pun terulur, dan Sena yang naik duluan. Aku hanya dapat memandangi Sena yang
perlahan-lahan naik ke atas. Dan kakinya sempat menginjak kepalaku. Hingga aku
sedikit terdorong ke bawah.
Taemin,
aku hanya bisa memanggil namanya dalam hati. Bibirku sudah benar-benar kaku.
Dingin sudah begitu menyiksaku. Dan rasa sakit kian menghimpitku. Aku tidak
tau, ini sakit yang berasal dari luka-lukaku atau kembali tercipta karena
Taemin.
“Min!
Pegang tali ini!”
Aku
menjulurkan tanganku yang bergetar berusaha menggapai tali itu. Tangan dan
tubuhku terasa begitu sulit aku gerakkan. Aku menegadahkan pandanganku, dapat
aku lihat wajah Taemin. Apa kau mencemaskanku?
“Aku
sudah tak kuat. Pergilah Taemin!” Aku ingin mengatakan bahwa aku masih
mencintainya, karena aku merasa ini mungkin
suara terakhirku yang bisa dia dengar.
“Tidak!
Pegang Tali Itu! Aku Akan Menarikmu!”
Aku
dapat merasakan tubuhku yang perlahan-lahan naik. Mataku sudah sulit aku buka.
Aku dapat mendengar suara arus sungai yang deras di bawah kakiku. Kalau aku
melepaskan pegangganku, aku pasti akan tenggelam lalu mati.
Saat
aku merasa sudah tak kuat lagi, aku merasa dua tangan kokoh menarikku dan
kemudian membaringkan tubuhku di tanah. Dengan sekuat tenaga aku membuka
mataku. Aku melihatnya, wajahnya yang menatapku lekat. Akhirnya, setelah sekian
lama, dia kembali menatapku lagi.
“Min
kenapa? Kenapa kau terluka seperti ini?” Aku hanya diam, aku tak bisa tersenyum
atau sekedar mengatakan bahwa aku tidak apa-apa. Aku juga tak bisa menyentuh
wajahnya. Kaku, aku kaku. Pandangannya membuatku kaku. Aku takut, kalau aku
berbicara atau menyentuhnya dia akan menghilang.
“Sena,
apa yang terjadi pada Min? Katakan! Apa yang terjadi padanya!” Taemin
berteriak. Mendelik tajam pada Sena lalu memelukku. Aku merasakan bahu Taemin
bergetar. Apa Taemin, kau menangis?
“Aku..
aku tidak tau! Mungkin saja karena dia juga terperosok bersamaku. Dia
mendapatkan luka itu!” Sena terisak. “Dan tidak hanya dia yang terluka, tapi
aku juga! Aku juga berdarah!”
Dapat
aku lihat dari balik punggung Taemin, Sena mengeluarkan pisau lipat kecilnya
lalu melukai pelipis juga lengannya. Hanya goresan kecil, tak separah diriku.
Taemin
lalu melepaskan pelukannya dan melihat ke arah Sena. “Oh, Tuhan!” Taemin pun
mencari obat di dalam tas yang dibawanya. Dapat kulihat seringaian puas di
wajah Sena.
“Taemin,
cepat bawa aku keperkemahan. Aku harus segera mendapat pengobatan.” Rengek
Sena. Taemin melihat ke arahku namun kedua tangan Sena segera mengalihkan wajah
taemin dariku. “Kau mau aku kehabisan darah, Chagiya?”
Taemin
membereskan barang-barangnya lalu menghampiriku. Menyelimutiku dengan jaketnya.
“Tunggu sebentar, aku segera kembali.” Sena pun naik ke punggung Taemin, lalu
mereka pergi.
^^^^
Di
sela-sela hujan yang terus-menerus turun dengan deras aku bisa menghirupnya.
Menghirup parfum dari jaket ini. Parfum yang aku hadiahkan padanya. Apa saat
kau memakai parfum ini, kau pernah memeluk Sena, Taemin?
Aku
pun menutup mataku, mengingat semua kenangan yang aku lewati bersamanya. Semua
kebahagiaan sampai akhirnya dia melukaiku. Mencium Sena di hadapanku seakan tak
pernah terjadi apapun sebelumnya lalu kau mengatakan perpisahan. Sungguh mudah
kau mengatakannya saat itu.
Apakah
semuanya untukku sudah terlambat? Apakah kisah cinta kita benar-benar sudah
berakhir? Berakhir dengan mudah. Tak bisakah kau katakan mengapa? Mengapa kau
menyakitiku? Mengapa kau meninggalkanku seperti ini? Tanpa aku tau apa
alasannya kau melakukan ini.
Bukankah
kau tau, aku sangat mencintaimu. Bukankah dulu kau juga sangat mencintaiku? Kita
berdua saling mencintai bukan? Lalu kenapa kau malah tak mencintaiku lagi saat
yeoja itu ada? Taukah kau aku yang lebih sakit dibandingkan dirinya?
Aku
rasa kau berubah. Kau bukan lagi Taemin yang aku kenal dulu. Apa yeoja itu yang
telah mengubahmu? Hingga membuatku tak berada di hatimu lagi. Saat aku
memikirkan ini hatiku benar-benar sakit.
Saat
kau menciumnya, saat kau mengatakan aku membosankan. Saat kau mengatakan
hubungan kita berakhir, tak aku lihatkah air mataku? Kau hanya menatapku seakan
aku bisa menerimanya. Tidak, aku tak akan pernah bisa. Aku kira kita tak akan
semudah itu saling melupakan.
Walaupun
kau mengatakannya dengan sangat kejam. Tapi aku tak bisa melupakanmu,
membencimu. Di sudut hatiku yang paling gelap selalu berharap kau akan kembali
dan mengatakan bahwa alasanmu meninggalkanku dan menyakitiku hanya untuk
menguji kekuatan cinta kita saja.
Namun
bohong! Kau memang sudah sangat berbeda! Kau yang dulu aku cintai dan kau yang
sekarang sungguh jauh berbeda, sangat berbeda.
Apakah
kau begitu terkejut melihatku yang terluka di mana-mana? Hingga akhirnya kau
menatapku dan kemudian memelukku. Dan apakah kau juga menangisiku? Setelah
sekian lama, setelah sekian lama kau menyakitiku kenapa baru sekarang? Andai
kau tau bahwa lukaku lebih dalam dari pada ini, lebih sakit. Dan sayangnya tak
bisa kau lihat.
Dan
aku hanya bisa terbaring dalam diam saat kau semakin menjauh. Kau memilihnya dari pada aku. Bahkan aku tak
menangis, karena tubuhku sudah lelah. Melakukan hal bodoh yang sia-sia. Kau
bukan milikku lagi. Aku harus sadar itu.
Kenapa
kau berubah? Tak bisakah kau sekali lagi kembali? Tak bisakah kau mengubah
semuanya dan mengembalikanku menjadi prioritasmu lagi. Aku masih bisa
memaafkanmu dan melupakan rasa sakit ini. Melupakan segala sakit yang menjalar
di setiap alur darahku setiap detiknya.
Atau
apakah ini emang sudah benar-benar berakhir? Cintamu, hatimu, memang sudha tak
akan pernah bisa untukku lagi. Saat aku memikirkan semua kenangan-kenangan itu,
rasa sakitnya semakin menjadi, Taemin. Katakan padaku, bagaimana.
Apapun
yang sudah terjadi padaku hingga saat ini. Ketahuilah, aku tak akan pernah
menyesal. Menyesali akan pertemuanku dnaganmu, cintaku untukmu bahkan luka yang
kau berikan. Karena menjalani hari-hari indah bersamamu adalah hal yang
terindah untukku. Karena kau orang baik, terbaik untukku.
Ini
mungkin yang terbaik. Mungkin setelah ini aku akan jauh lebih baik. Walaupun
pada akhirnya aku benar-benar tak bisa bersamamu lagi. Tak ada yang bisa aku
ubah. Namun aku harap kau tau, aku lah yang sebenar-bearnya tersakiti malam
ini, kemarin selamanya.
BERSAMBUNG KE PART B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar