.showpageArea a { text-decoration:underline; } .showpageNum a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageNum a:hover { border: 1px solid #cccccc; background-color:#cccccc; } .showpagePoint { color:#333; text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; background: #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageOf { text-decoration:none; padding:3px; margin: 0 3px 0 0; } .showpage a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; padding:3px; } .showpage a:hover { text-decoration:none; } .showpageNum a:link,.showpage a:link { text-decoration:none; color:#333333; }

Flash Labels by Way2Blogging

Rabu, 08 Januari 2014

[ONESHOOT] SIMFONI HITAM// PART A



TITLE            :  1S //  SIMFONI HITAM

AUTHOR      : EVERG

GENRE         : HOROR (MUNGKIN),  ROMANCE

LENGTH       : 1 S

MAIN CAST             :
·         Lee Jinki

·         Shin Young Jin

-HAPPY READING-
.................................................................
ALL AUTHOR POV
Sesosok namja tampan bermata merah ruby duduk di hadapan sebuah piano. Memainkan  jarinya di sana sambil menutup matanya. Menikmati energi bulan purnama yang menerpa wajahnya.
Alunan nada lembut terdengar. Melewati gendang telinga orang-orang terpilih. Menciptakan rasa aneh. Terbuai namun tak bisa dipungkiri ada rasa ngeri dalam setiap nadanya.
==============================================
Saat kau mendengar lagu itu. Saat nada-nada itu merasuk di jiwamu. Kau akan terjerat bersamanya. Merasakan ketakutan sekaligus candu yang tak seharusnya kau rasakan. Jangan pernah memberikan apa yang diinginkannya bila hatimu sebenarya berbohong. Jujur, atau simfoni itu akan memakanmu. Menenggelamkanmu dalam kegelapan  yang sangat.
Saat kau menyadari bahwa aku ada. Saat kau selalu rindu akan nada-nada  ini. Maka bersiaplah menjadi bagian simfoni ini. Simfoni hitamku.
===============================================

Namja itu, sebut saja Jinki sedang berbaring di tempat tidurnya. Namja itu berkeringat sangat banyak dan tidur dengan tidak tenang. Berkali-kali dia menyebut nama yang sama. Nama orang yang selalu hadir di mimpinya. Seseorang yang menciptakan rasa rindu dan benci sekaligus.

“Hah!” Terbangun dan terduduk begitu saja. Bahunya naik turun dan matanya terbelalak lebar. Air matanya jatuh kembali turun. Saat kenangan itu seakan tergambar di dinding kamarnya.

“Mianhae...mianhae...mianhe..” meracau tak jelas sambil menjambak rambutnya. Hanya satu yang bisa menenangkannya. Hanya itu.

Berjalan mendekati pianonya. Memainkan lagu yang sama setiap malamnya. Setiap mimpi itu mendatangainya. Membangunkannya di tengah malam. Nada yang telah mengambil semua miliknya. Nada-nada yang dinamainya simfoni, SIMFONI HITAM.
^^^^
Young Jin kembali duduk di pinggir tempat tidurnya. Melirik jam di dinding kamarnya, baru pukul 2 pagi. Berjalan mendekati jendela kamarnya, memandangi rumah indah di depan jendela kamar.

Rumah  yang  indah dan  terurus namun tak ada yang tau apakah ada yang tinggal di sana. Dan setiap malam Young Jin selalu mendengar  nada-nada itu. Dan dia yakin berasal dari rumah itu. Rumah yang sudah membuatnya begitu penasaran.

Saat  Young  Jin sedang menatap lekat rumah itu, cahaya bulan menyinari salah satu jendela di rumah itu. Menampilkan sesosok namja berpiyama biru sedang bermain piano.

Namun  saat Young Jin  mengucek matanya dan melihat kembali, namja itu sudah  tak ada. Dan tak ada sinar apapun yang menyinari jendela rumah itu.
^^^^
“Jangan berfikiran macam-macam! Tak ada apapun di sana! Kau tau, tak ada APAPUN!” Dara, sahabat Young Jin berusaha meyakinkannya. Memandang Young Jin dengan wajah  jengah. Bosan mendengar cerita yang selalu sama dari sahabatnya ini.

“Tapi  sungguh, aku kembali mendengar alunan piano itu. Dan bahkan, bahkan aku-“ Kata-katanya terhenti. “Lebih baik aku mencari tau sendiri saja.” Membereska buku-buku yang diambilnya dari rak perpustakaan sekolah. Tak ada yang menarik.

“Lakukan sesukamu saja! Yang penting aku sudah menasihatimu YOUNG JIN!” Berteriak, mengabaikan pandangan marah dari para penghuni perpustakaan.
^^^^
Young Jin menendang kerikil di hadapannya dengan kesal. Kalau bukan karena ketahuan akan membalas pelajaran terakhir, Young Jin tak akan pulang sesore ini. Dan membuat rencananya datang ke perpustakaan kota gagal. Mencari sejarah tua tentang kota pasti banyak di sana.

Langkahnya terhenti saat berada di depan rumah misterius itu. Rumah berpagar sangat tinggi. Dengan dinding  pagar  yang dipenuhi tanaman  merambat. Tua namun sangat kokoh.

“Apa yang sebenarnya yang kau sembunyikan?” Jemari tangan kanan Young Jin menyentuh satu-satunya dinding pada pagar yang tak ditumbuhi tanaman menjalar. 1751. Terpahat di sana dan dibawah angka itu tertulis “LEE”.

“Berlarilah sekarang. Atau kau tak akan pernah bisa berlari lagi.”

Tangan Young Jin berhenti menyentuh tulisan Lee itu dan beralih menyentuh tengkuknya. Tadi terasa seperti angin dingin menyapu tengkuknya. Dan juga seperti ada yang berbisik di telinganya.

Berlari, begitulah katanya. Walaupun udara dingin itu berhasil membuat bulu kuduknya berdiri, kakinya tak membawa tubuhnya berlari. Young Jin malah berjalan mendekat. Pintu rumah misterius itu seakan memanggilnya untuk masuk.
^^^^
 “Apa yang  kau lakukan di depan rumah itu Young Jin.” Young Jin hanya terdiam saat Ummanya menatapnya menunggu jawaban.

“Jawab pertanyaan Ummamu, Young Jin.”

“Tak ada.”

Umma Young Jin menatap suaminya yang hanya tersenyum melihat tingkah kedua orang yang dicintainya tak akur.

“Jangan bilang kau kembali terobsesi dengan ide-ide anehmu itu, Young Jin. Hentikan imajinasimu yang berlebihan itu. Sudah aku bilang  jangan membaca novel-novel fantasi itu! Hasilnya seperti ini, membuatmu tak bisa membedakan khayalan dan kenyataan.”

Young Jin membanting sendoknya begitu saja memandang Ummanya yang hanya menampilkan wajah datar padanya. Terlalu sering mereka bertengkar hal-hal yang sama.

“Berhenti menghina kesukaanku. Berhenti mengurusi urusanku. Sudah cukup Umma mengatur kehidupanku. Aku berhak melakukan apa saja yang aku sukai. Dan berhenti memandangku seperti orang tak waras yang Umma temui di jalanan.” Young Jin pun melangkah pergi.

“YOUNG JIN, KAU KURANG AJAR SEKALI! Berani-beraninya kau berkata tak sopan pada orang yang melahirkanmu!”

“BRAKK!” Bantingan pintu adalah jawaban Young  Jin untuk Ummanya.
^^^^
Jinki dapat melihat dengan jelas yeoja itu. Yeoja yang beberapa hari ini memperhatikannya, rumahnya. Walaupun kamar yeoja itu gelap namun Jinki dapat melihat dengan  begitu jelas. Segala hal yang dilakukan yeoja itu.

Yeoja yang  tadi sore berdiri di depan pagar rumahnya sambil matanya terus menatap rumahnya. Dan tetap berdiri di sana walaupun  Jinki sudah membisikkan untuk berlari. Namun yeoja itu tetap berdiri di sana dan melangkah semakin dekat.

“Berhenti mencarikan yeoja untukku. Aku tak mau mereka berakhir sepertimu. Berhenti menyiksaku seperti ini.” Ucap Jinki sambil menatap sebuah bingkai foto di mejanya.

“Lagu itu aku ingin mendengarnya.”

Jinki dapat mendengar permintaan itu. Terdengar pedih. Dan Jinki memainkan lagu itu dan terhenti saat Young Jin tertidur. “Anggap aku sedang berbaik hati padamu. Kau yang memintanya, jadi  jangan salahkan aku bila kau kecanduan.”
^^^^

“Apakah ini akan benar-benar kau lakukan? Masih ada kata mundur untukmu. Jika bukan ini pilihan yang kau pilih, maka sudah kau tau akibatnya bukan. Kegelapan akan-“

“Lakukan saja Jinki. Lakukan secepatnya.”

“TIDAK!!!!”

Jinki hanya bisa terduduk melihat pilihannya hilang ditangannya. Sudah diduganya, tapi yeoja itu terus memaksakan diri. “Tidak ada lagi. Tak ada lagi korban sepertimu selanjutnya. Berhenti, hanya kau saja yang terakhir. Biarkan aku yang terjebak sendiri di sini,”
^^^^
Saat cahaya bulan menerpa, alunan simfoni itu akan terdengar. Hanya orang-orang terpilih yang dapat menangkap suaranya. Mereka akan terbuai dan ketagihan. Hanya satu di antara mereka yang ditakdirkan bersama simfoni itu. Terikat tak akan bisa terlepas. SIMFONI HITAM.
^^^^
Young Jin mengucek matanya, matahari sudah tinggi dan itu artinya dia sudah terlambat pergi ke sekolah. Seperti biasanya Ummanya tak akan membangunkannya kalau sudah terlambat seperti ini. Tak buruk juga, bukankah dengan begini dia bisa pergi ke perpustakaan kota. Young  Jin tersenyum, dia segera berlari ke kamar mandi.

Perpustakaan  kota merupakan perpustakaan terbesar dan terlengkap. Kau kadang akan menemukan hal-hal yang tidak terduga di sana. Naskah-naskah kuno, buku-buku penuh dengan kata-kata sulit dimengerti namun mengandung pengetahuan yang sangat besar. Dan Young  Jin sangat suka membaca buku-buku seperti itu.

Young Jin menghembuskan nafasnya berat. Sudah sejam dia berada di perpustakaan ini namun belum ada yang ditemukannya. Hah, apakah kali ini akan sia-sia lagi usahanya?

Young Jin menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi. Sedikit bersenandung sambil berfikir apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Matanya terpaku pada tumpukan koran lama di sudut ruangan dan Young Jin mendekatinya karena penasaran. Mengambil beberapa tumpuk dan meletakkan di mejanya tadi.

Menguap karena tak ada hal yang seru ditemukannya. Hanya koran kuno namun kenapa perpustakaan ini masih menyimpannya? Saat Young Jin hendak mengembalikan koran-koran itu ke tempatnya, ada satu artikel yang membuatnya penasaran, “SIMFONI PEMBUNUH! BEBERAPA ORANG HILANG SECARA BERUNTUN SETELAH MENDENGAR ALUNAN NADA TAK DIKENAL.”

“1971?” Young  Jin pun menuliskan info penting dalam koran itu. Simfoni pembunuh? Penculik jiwa? Apakah seperti alunan nada yang di dengarnya selama ini?

1971, terjadi penculikan mistrius. Alunan nada sering didengar seseorang terpilih dan mereka akan berjalan mendekati sumber simfoni itu walau dalam keadaan tidur sekalipun. Mereka akan terbuai lalu hilang secara sendirinya. Setiap malam, simfoni pembunuh itu selalu haus akan jiwa-jiwa manusia. Mereka menarik lalu memakan jiwa.”

“Ditemukan kembali keluarga yang kehilangan anggota keluarganya. Selalu yeoja muda yang hilang. 9 mayat yeoja-yeoja yang hilang secara misterius ditemukan. Mayat-mayat itu ditemukan di berbagai tempat. Jurang, sungai, menggantung diri di atas pohon atau pun tertabrak sebuah mobil. Sepertinya sebelum mereka semua dimakan jiwanya mereka dibuat ketakutan hingga kematian mereka seakan-akan adalah sebuah kecelakaan. Hanya satu, hanya satu dari semua korban yang hilang yang tidak ditemukan. Yoon Eun Jung, gadis berusia 20 tahun itu tak ditemukan di manapun. Ini kejadian yang sungguh misterius.”

“Akhirnya ditemukan juga sumber simfoni pembunuh itu. Alunan nada itu berasal dari rumah yang berdiri di jalan Amarathus Hill. Rumah yang dibangun dari tahun 1751 milik keluarga LEE itulah yang diduga sumbenya. Menurut beberapa orang yang beruntung masih  hidup menyatakan mereka mendengar simfoni itu dari sana. Namun opini ini masih diragukan karena korban yang berhasil lepas itu mengalami gangguan jiwa.”

“Februari 1972, kasus ini benar-benar ditutup. Tak ada yang bisa mengungkapkan kasus ini dan penculikan dari simfoni itu kian mereda. Apakah semuanya akan melupakannya begitu saja?”

“Kau tertarik pada kasus bertahun-tahun lalu itu?”

Young Jin segera menutup korannya, kaget mendengar suara namja tiba-tiba begitu. Dia menatap namja yang duduk di hadapnnya. Namja berambut merah dengan senyum yang memikat untuknya. Namja yang terlihat seram namun menawan.

“Hmm, hanya tertarik untuk tugas sekolahku mengenai sejarah kota ini.” Alasan yang bagus Young  Jin. “Aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Kau terlihat asing di sini.”

“Tentu, aku pengelana Nona, pengelana sejarah kuno. Aku sama sepertimu. Penasaran akan hal-hal yang seharusnya kita tidak tau. Terkadang  tak mengetahui akan suatu hal itu baik dari pada nanti kau malah menyesal telah mengetahuinya.” Namja itu tersenyum namun lebih  terlihat sebagai seringaian dari pada senyuman. Dan tiba-tiba Young Jin kembali merasakan sapuan angin dingin di tengkuknya. Seperti berada di depan rumah misterius waktu itu.

“Yeah, kau benar. Aku tak sengaja menemukan koran kuno di sana dan aku membacaya. Tak ku sangka aku menemukan hal menarik di dalamnya.”

“Menarik? Kasus itu lebih cocok dikatakan menyeramkan dari pada menarik. Apa kau tak takut saat membaca berita itu? Jiwa manusia diculik oleh sebuah simfoni. Tak masuk akal namun ini nyata. Sulit dipercaya tapi terjadi.”

“Tapi itu masih dugaan bukan? Bukankah narasumber ini adalah para korban yang selamat namun akhirnya mengalami gangguan jiwa. Dan pendapat mereka belum terjamin kebenarannya bukan? Itu bisa saja hanya-“

“Kadang hal yang kau bilang tak mungkin itu sebenarnya terjadi  Nona. Menurutku itu sama seperti kau memfavoritkan sebuah lagu dan lagu itu kau anggap mewakili jiwamu. Tanpa kau sadari lagu itu sudah menyatu ke dalam jiwamu. Kau sering bersenandung lagu itu, kau mengingat setiap nada dan liriknya bahkan saat kau menutup matamu kau dapat membuatnya menjadi sebuah rangkaian cerita di dalam otakmu. Bukankah itu sama saja dengan kasus simfoni hitam ini? Kau terikat dalan nada dan lirik yang kau suka.”

“Hah, itu bisa juga. Kau sepertinya mengetahui tentang simfoni pembunuh itu.”

Namja itu mengangkat bahunya, “Mungkin karena aku sudah hidup lebih lama dari dirimu. Atau mungkin karena aku hidup di tahun-tahun itu, entahlah. Itu sudah lama Nona.”

“Kau membuatku tertawa, tak mungkin kau hidup dalam tahun itu, itu sudah lama sekali. Dan kau terlihat lebih tua sekitar 2 tahun dariku. Aku fikir mungkin kau pernah diceritakan oleh kakek atau nenekmu. Kalau boleh tau namamu siapa?”

“Young Jin, kau Young Jin bukan? Kau pasti bertanya dari mana aku mengetahuinya? Nanti kau akan tau Young Jin.” Namja itu tersenyum. “Aku rasanya harus segera pergi, tapi aku ada sedikit nasihat untukmu. Sebaiknya kau ikuti kata sahabatmu dan Ummamu Young Jin. Kadang terlalu penasaran dan ingin tau itu tidak baik.”

Namja itu mendekatkan wajahnya ke telinga Young Jin. “Menurutku simfoni itu lebih cocok disebut simfoni hitam. Memikat namun kelam.” Bisik namja itu. Young Jin hanya terduduk kaku. Menatap kepergian namja itu dalam diam. Young Jin tidak takut sama sekali dia malah tersenyum. Senyum yang bila dilihat oleh orang yang mengenalnya, mereka tak akan percaya Young Jin memiliki senyum seperti itu.
^^^^
Young Jin pun kembali ke rumahnya untuk makan siang. Meminjam beberapa buku dan koran dari perpustakaan. Dia harus menyelidiki rumah itu dan mencari simfoni pembunuh atau simfoni hitam itu seperti apa. Andai nenek atau kakeknya masih hidup, dia bisa menanyakan soal ini pada mereka.

“Simfoni hitam, nama ini terdengar lebih bagus.” Young Jin tersenyum.

“Berhenti berguman saat makan Young Jin.”  Young Jin hanya menatap Ummanya sekilas lalu kembali makan. Tak ada minat untuk kembali bertengkar. Ada yang membisikkan di telinganya bahwa sebentar lagi dia aka terbebas dari Ummanya dan segala hidupnya yang tak sesuai untuknya.

“Umma, aku ingin bertanya sesuatu. Apa yang terjadi di tahun 1971. Apa benar ada penculikan oleh simfoni pembunuh?”

“Pertanyaan apa itu Young Jin? Kau ini mendapatkan berita seperti itu dari mana? Berhenti membaca novel fantasi tak guna itu. Kau menghabiskan waktumu membaca hal tak berguna hingga tengah malam sampai membuatmu membolos hari ini. Kau itu seharusnya-“

“Umma, terima kasih atas nasihatmu. Aku sudah hafal apa yang akan kau katakan selanjutnya. Aku sudah hapal Umma.” Young Jin beranjak dari kursinya dan kembali ke kamarnya. Memang kamar satu-satunya tempat yang menyenangkan di dunia ini.

Young Jin duduk di meja belajarnya. Begitu mengasikkan duduk di sini karena dia dapat langsung  melihat rumah misterius itu. Lebih baik dia segera mencari nama yang cocok untuk rumah misterius itu.

Young Jin memutar kembali memorinya saat dia melihat bulan purnama menyinari rumah itu dan terlihat seorang namja sedang bermain piano. Namja tampan berkulit putih sedang memainkan alunan nada yang begitu disukainya. Apa rumah itu benar-benar sumber dari simfoni itu? Dan namja itulah yang memainkan nada-nada itu.

Tapi kalau ialah yang memainkan simfoni hitam penculik jiwa itu seharusnya umurnya sudah sangat tua. Atau mungkin namja itu generasi penerusnya. Lalu apa maksud dari penculikan jiiwa itu?

“Argh!” Young Jin menenggelamkan wajahnya di atas meja. Pertanyaan-pertanyaan itu mendesak otaknya untuk segera dicari jawabannya. Ini lebih menantang dan menarik untuk dipecahkan dari pada memecahkan soal-soal fisika dan matematika yang diajarkan di sekolahnya.
^^^^
 “Sudah aku bilang kau jangan mendekati gadis itu. Lihatlah tingkahmu yang mendekatinya membuatnya semakin penasaran dan ingin tau.” Jinki menyeruput lemon tea hangat sambil menatap ke luar jendela. Menatap gadis yang bernama Young Jin yang kini mungkin sudah tertidur di meja belajarnya.

“Tapi Young Majesty, aku hanya ingin bermain-main sedikit dengan gadis itu. Dia begitu ingin tau dan aku sangat gemas kalau melihat wajahnya yang frustasi namun tak mau menyerah mencari jawaban atas petanyaan di otaknya. Maafkan aku Young Majesty.”

“Harusnya kau membuatnya takut dan menjauh, bukannya malah membuatnya tambah penasaran seperti ini.”

“Aku sudah membuatnya takut, tapi dia malah menampilkan wajah lebih tertarik padaku. Menunggu setiap perkataan yang keluar dari bibirku. Bukankah ini bagus Young Majesty, bisa saja dia-“

“Sudah aku katakan aku tak akan melakukannya lagi. Sudah cukup bertahun-tahun lalu itu. JAUHKAN DIA DARI KITA! KAU DENGAR ITU!”

“Baik Young Majesty. Tapi seperti yang Young Majesty tau kita tak bisa mengubah apapun bila simfoni itu telah memilih. Saya mohon diri Young Majesty.”

“Aku hanya tak mau dia menjadi korban. Cukup berakhir pada Eun  Jung. Cukup pada dia saja.”
^^^^
Malam harinya Young  Jin pun mengendap-endap keluar dari rumah dan menyelinap masuk ke dalam pekarangan rumah Lee itu. Dengan melihat seekor anjing yang keluar dari rimbunya rerumputan, Young Jin pun akhirnya tau  jalan rahasia untuk bisa masuk ke dalam rumah keluarga Lee itu.

Young Jin pun berhasil masuk ke pekarangan rumah. Sebenarnya dia ingin kembali pulang karena rasanya tak mungkin dia akan  bisa masuk sampai ke dalam rumah. Namun ada sesuatu dalam dirinya yang terus mendorongnya untuk terus berjalan.

Udara malam ini begitu dingin. Angin sering berhembus begitu kencang. Membuat daun-daun bergerak menimbulkan suara-suara bergemerisik. Young Jin memasukkan tangannya ke dalam saku piyamanya. Harusnya tadi dia memakai jaket.

Young Jin sudah berada di depan pintu rumah ini, dia ingin kembali pulang. Mengingat bahwa dia tidak mungkin bisa masuk ke dalam rumah itu. Mengingat dia tak memiliki kunci dan dia bukan seorang kriminal yang bisa masuk ke rumah orang begitu saja. Andai dia memiliki keahlian itu.

Namun lagi-lagi karena dorongan dalam dirinya tangan kanan Young Jin menyentuh knop pintu itu. Saat kulitnya menyentuh knop pintu yang terasa begitu dingin angin kencang kembali menerpa. Suara dedaunan yang bergemerisik beradu dengan suara burung yang entah termasuk spesies apa  bersahutan satu sama lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar