TITLE :
1S // SIMFONI HITAM
AUTHOR : EVERG
GENRE : HOROR (MUNGKIN), ROMANCE
LENGTH : 1 S
MAIN
CAST :
·
Lee
Jinki
·
Shin
Young Jin
-HAPPY READING-
.................................................................
Sesosok namja tampan
bermata merah ruby duduk di hadapan sebuah piano. Memainkan jarinya di sana sambil menutup matanya.
Menikmati energi bulan purnama yang menerpa wajahnya.
Alunan nada lembut
terdengar. Melewati gendang telinga orang-orang terpilih. Menciptakan rasa
aneh. Terbuai namun tak bisa dipungkiri ada rasa ngeri dalam setiap nadanya.
==============================================
Saat
kau mendengar lagu itu. Saat nada-nada itu merasuk di jiwamu. Kau akan terjerat
bersamanya. Merasakan ketakutan sekaligus candu yang tak seharusnya kau
rasakan. Jangan pernah memberikan apa yang diinginkannya bila hatimu sebenarya
berbohong. Jujur, atau simfoni itu akan memakanmu. Menenggelamkanmu dalam
kegelapan yang sangat.
Saat
kau menyadari bahwa aku ada. Saat kau selalu rindu akan nada-nada ini. Maka bersiaplah menjadi bagian simfoni
ini. Simfoni hitamku.
===============================================
Namja itu, sebut saja
Jinki sedang berbaring di tempat tidurnya. Namja itu berkeringat sangat banyak
dan tidur dengan tidak tenang. Berkali-kali dia menyebut nama yang sama. Nama
orang yang selalu hadir di mimpinya. Seseorang yang menciptakan rasa rindu dan
benci sekaligus.
“Hah!” Terbangun dan
terduduk begitu saja. Bahunya naik turun dan matanya terbelalak lebar. Air
matanya jatuh kembali turun. Saat kenangan itu seakan tergambar di dinding
kamarnya.
“Mianhae...mianhae...mianhe..”
meracau tak jelas sambil menjambak rambutnya. Hanya satu yang bisa
menenangkannya. Hanya itu.
Berjalan mendekati
pianonya. Memainkan lagu yang sama setiap malamnya. Setiap mimpi itu
mendatangainya. Membangunkannya di tengah malam. Nada yang telah mengambil
semua miliknya. Nada-nada yang dinamainya simfoni, SIMFONI HITAM.
^^^^
Young Jin kembali duduk
di pinggir tempat tidurnya. Melirik jam di dinding kamarnya, baru pukul 2 pagi.
Berjalan mendekati jendela kamarnya, memandangi rumah indah di depan jendela
kamar.
Rumah yang
indah dan terurus namun tak ada
yang tau apakah ada yang tinggal di sana. Dan setiap malam Young Jin selalu
mendengar nada-nada itu. Dan dia yakin
berasal dari rumah itu. Rumah yang sudah membuatnya begitu penasaran.
Saat Young
Jin sedang menatap lekat rumah itu, cahaya bulan menyinari salah satu
jendela di rumah itu. Menampilkan sesosok namja berpiyama biru sedang bermain
piano.
Namun saat Young Jin mengucek matanya dan melihat kembali, namja
itu sudah tak ada. Dan tak ada sinar
apapun yang menyinari jendela rumah itu.
^^^^
“Jangan berfikiran
macam-macam! Tak ada apapun di sana! Kau tau, tak ada APAPUN!” Dara, sahabat
Young Jin berusaha meyakinkannya. Memandang Young Jin dengan wajah jengah. Bosan mendengar cerita yang selalu
sama dari sahabatnya ini.
“Tapi sungguh, aku kembali mendengar alunan piano
itu. Dan bahkan, bahkan aku-“ Kata-katanya terhenti. “Lebih baik aku mencari
tau sendiri saja.” Membereska buku-buku yang diambilnya dari rak perpustakaan
sekolah. Tak ada yang menarik.
“Lakukan sesukamu saja!
Yang penting aku sudah menasihatimu YOUNG JIN!” Berteriak, mengabaikan
pandangan marah dari para penghuni perpustakaan.
^^^^
Young Jin menendang
kerikil di hadapannya dengan kesal. Kalau bukan karena ketahuan akan membalas
pelajaran terakhir, Young Jin tak akan pulang sesore ini. Dan membuat
rencananya datang ke perpustakaan kota gagal. Mencari sejarah tua tentang kota
pasti banyak di sana.
Langkahnya terhenti
saat berada di depan rumah misterius itu. Rumah berpagar sangat tinggi. Dengan
dinding pagar yang dipenuhi tanaman merambat. Tua namun sangat kokoh.
“Apa yang sebenarnya
yang kau sembunyikan?” Jemari tangan kanan Young Jin menyentuh satu-satunya
dinding pada pagar yang tak ditumbuhi tanaman menjalar. 1751. Terpahat di sana dan dibawah angka itu tertulis “LEE”.
“Berlarilah sekarang.
Atau kau tak akan pernah bisa berlari lagi.”
Tangan Young Jin
berhenti menyentuh tulisan Lee itu dan beralih menyentuh tengkuknya. Tadi
terasa seperti angin dingin menyapu tengkuknya. Dan juga seperti ada yang
berbisik di telinganya.
Berlari, begitulah
katanya. Walaupun udara dingin itu berhasil membuat bulu kuduknya berdiri,
kakinya tak membawa tubuhnya berlari. Young Jin malah berjalan mendekat. Pintu
rumah misterius itu seakan memanggilnya untuk masuk.
^^^^
“Apa yang
kau lakukan di depan rumah itu Young Jin.” Young Jin hanya terdiam saat
Ummanya menatapnya menunggu jawaban.
“Jawab pertanyaan
Ummamu, Young Jin.”
“Tak ada.”
Umma Young Jin menatap
suaminya yang hanya tersenyum melihat tingkah kedua orang yang dicintainya tak
akur.
“Jangan bilang kau
kembali terobsesi dengan ide-ide anehmu itu, Young Jin. Hentikan imajinasimu
yang berlebihan itu. Sudah aku bilang
jangan membaca novel-novel fantasi itu! Hasilnya seperti ini, membuatmu
tak bisa membedakan khayalan dan kenyataan.”
Young Jin membanting
sendoknya begitu saja memandang Ummanya yang hanya menampilkan wajah datar
padanya. Terlalu sering mereka bertengkar hal-hal yang sama.
“Berhenti menghina
kesukaanku. Berhenti mengurusi urusanku. Sudah cukup Umma mengatur kehidupanku.
Aku berhak melakukan apa saja yang aku sukai. Dan berhenti memandangku seperti
orang tak waras yang Umma temui di jalanan.” Young Jin pun melangkah pergi.
“YOUNG JIN, KAU KURANG
AJAR SEKALI! Berani-beraninya kau berkata tak sopan pada orang yang
melahirkanmu!”
“BRAKK!” Bantingan
pintu adalah jawaban Young Jin untuk
Ummanya.
^^^^
Jinki dapat melihat
dengan jelas yeoja itu. Yeoja yang beberapa hari ini memperhatikannya,
rumahnya. Walaupun kamar yeoja itu gelap namun Jinki dapat melihat dengan begitu jelas. Segala hal yang dilakukan yeoja
itu.
Yeoja yang tadi sore berdiri di depan pagar rumahnya
sambil matanya terus menatap rumahnya. Dan tetap berdiri di sana walaupun Jinki sudah membisikkan untuk berlari. Namun
yeoja itu tetap berdiri di sana dan melangkah semakin dekat.
“Berhenti mencarikan
yeoja untukku. Aku tak mau mereka berakhir sepertimu. Berhenti menyiksaku
seperti ini.” Ucap Jinki sambil menatap sebuah bingkai foto di mejanya.
“Lagu itu aku ingin
mendengarnya.”
Jinki dapat mendengar
permintaan itu. Terdengar pedih. Dan Jinki memainkan lagu itu dan terhenti saat
Young Jin tertidur. “Anggap aku sedang berbaik hati padamu. Kau yang
memintanya, jadi jangan salahkan aku
bila kau kecanduan.”
^^^^
“Apakah
ini akan benar-benar kau lakukan? Masih ada kata mundur untukmu. Jika bukan ini
pilihan yang kau pilih, maka sudah kau tau akibatnya bukan. Kegelapan akan-“
“Lakukan
saja Jinki. Lakukan secepatnya.”
“TIDAK!!!!”
Jinki
hanya bisa terduduk melihat pilihannya hilang ditangannya. Sudah diduganya,
tapi yeoja itu terus memaksakan diri. “Tidak ada lagi. Tak ada lagi korban
sepertimu selanjutnya. Berhenti, hanya kau saja yang terakhir. Biarkan aku yang
terjebak sendiri di sini,”
^^^^
Saat
cahaya bulan menerpa, alunan simfoni itu akan terdengar. Hanya orang-orang
terpilih yang dapat menangkap suaranya. Mereka akan terbuai dan ketagihan.
Hanya satu di antara mereka yang ditakdirkan bersama simfoni itu. Terikat tak
akan bisa terlepas. SIMFONI HITAM.
^^^^
Young Jin mengucek
matanya, matahari sudah tinggi dan itu artinya dia sudah terlambat pergi ke
sekolah. Seperti biasanya Ummanya tak akan membangunkannya kalau sudah
terlambat seperti ini. Tak buruk juga, bukankah dengan begini dia bisa pergi ke
perpustakaan kota. Young Jin tersenyum,
dia segera berlari ke kamar mandi.
Perpustakaan kota merupakan perpustakaan terbesar dan
terlengkap. Kau kadang akan menemukan hal-hal yang tidak terduga di sana.
Naskah-naskah kuno, buku-buku penuh dengan kata-kata sulit dimengerti namun
mengandung pengetahuan yang sangat besar. Dan Young Jin sangat suka membaca buku-buku seperti
itu.
Young Jin menghembuskan
nafasnya berat. Sudah sejam dia berada di perpustakaan ini namun belum ada yang
ditemukannya. Hah, apakah kali ini akan sia-sia lagi usahanya?
Young Jin menyenderkan
tubuhnya di sandaran kursi. Sedikit bersenandung sambil berfikir apa yang akan
dilakukannya selanjutnya. Matanya terpaku pada tumpukan koran lama di sudut
ruangan dan Young Jin mendekatinya karena penasaran. Mengambil beberapa tumpuk
dan meletakkan di mejanya tadi.
Menguap karena tak ada
hal yang seru ditemukannya. Hanya koran kuno namun kenapa perpustakaan ini
masih menyimpannya? Saat Young Jin hendak mengembalikan koran-koran itu ke
tempatnya, ada satu artikel yang membuatnya penasaran, “SIMFONI PEMBUNUH! BEBERAPA ORANG HILANG SECARA BERUNTUN SETELAH
MENDENGAR ALUNAN NADA TAK DIKENAL.”
“1971?” Young Jin pun menuliskan info penting dalam koran
itu. Simfoni pembunuh? Penculik jiwa? Apakah seperti alunan nada yang di
dengarnya selama ini?
“1971, terjadi penculikan
mistrius. Alunan nada sering didengar seseorang terpilih dan mereka akan
berjalan mendekati sumber simfoni itu walau dalam keadaan tidur sekalipun.
Mereka akan terbuai lalu hilang secara sendirinya. Setiap malam, simfoni pembunuh
itu selalu haus akan jiwa-jiwa manusia. Mereka menarik lalu memakan jiwa.”
“Ditemukan kembali
keluarga yang kehilangan anggota keluarganya. Selalu yeoja muda yang hilang. 9
mayat yeoja-yeoja yang hilang secara misterius ditemukan. Mayat-mayat itu
ditemukan di berbagai tempat. Jurang, sungai, menggantung diri di atas pohon
atau pun tertabrak sebuah mobil. Sepertinya sebelum mereka semua dimakan
jiwanya mereka dibuat ketakutan hingga kematian mereka seakan-akan adalah
sebuah kecelakaan. Hanya satu, hanya satu dari semua korban yang hilang yang
tidak ditemukan. Yoon Eun Jung, gadis berusia 20 tahun itu tak ditemukan di
manapun. Ini kejadian yang sungguh misterius.”
“Akhirnya ditemukan
juga sumber simfoni pembunuh itu. Alunan nada itu berasal dari rumah yang
berdiri di jalan Amarathus Hill. Rumah yang dibangun dari tahun 1751 milik keluarga
LEE itulah yang diduga sumbenya. Menurut beberapa orang yang beruntung
masih hidup menyatakan mereka mendengar
simfoni itu dari sana. Namun opini ini masih diragukan karena korban yang
berhasil lepas itu mengalami gangguan jiwa.”
“Februari 1972, kasus
ini benar-benar ditutup. Tak ada yang bisa mengungkapkan kasus ini dan
penculikan dari simfoni itu kian mereda. Apakah semuanya akan melupakannya
begitu saja?”
“Kau tertarik pada
kasus bertahun-tahun lalu itu?”
Young Jin segera
menutup korannya, kaget mendengar suara namja tiba-tiba begitu. Dia menatap
namja yang duduk di hadapnnya. Namja berambut merah dengan senyum yang memikat
untuknya. Namja yang terlihat seram namun menawan.
“Hmm, hanya tertarik
untuk tugas sekolahku mengenai sejarah kota ini.” Alasan yang bagus Young Jin. “Aku tak pernah melihatmu sebelumnya.
Kau terlihat asing di sini.”
“Tentu, aku pengelana
Nona, pengelana sejarah kuno. Aku sama sepertimu. Penasaran akan hal-hal yang
seharusnya kita tidak tau. Terkadang tak
mengetahui akan suatu hal itu baik dari pada nanti kau malah menyesal telah
mengetahuinya.” Namja itu tersenyum namun lebih
terlihat sebagai seringaian dari pada senyuman. Dan tiba-tiba Young Jin
kembali merasakan sapuan angin dingin di tengkuknya. Seperti berada di depan
rumah misterius waktu itu.
“Yeah, kau benar. Aku
tak sengaja menemukan koran kuno di sana dan aku membacaya. Tak ku sangka aku
menemukan hal menarik di dalamnya.”
“Menarik? Kasus itu
lebih cocok dikatakan menyeramkan dari pada menarik. Apa kau tak takut saat
membaca berita itu? Jiwa manusia diculik oleh sebuah simfoni. Tak masuk akal
namun ini nyata. Sulit dipercaya tapi terjadi.”
“Tapi itu masih dugaan
bukan? Bukankah narasumber ini adalah para korban yang selamat namun akhirnya
mengalami gangguan jiwa. Dan pendapat mereka belum terjamin kebenarannya bukan?
Itu bisa saja hanya-“
“Kadang hal yang kau
bilang tak mungkin itu sebenarnya terjadi
Nona. Menurutku itu sama seperti kau memfavoritkan sebuah lagu dan lagu
itu kau anggap mewakili jiwamu. Tanpa kau sadari lagu itu sudah menyatu ke
dalam jiwamu. Kau sering bersenandung lagu itu, kau mengingat setiap nada dan
liriknya bahkan saat kau menutup matamu kau dapat membuatnya menjadi sebuah
rangkaian cerita di dalam otakmu. Bukankah itu sama saja dengan kasus simfoni
hitam ini? Kau terikat dalan nada dan lirik yang kau suka.”
“Hah, itu bisa juga.
Kau sepertinya mengetahui tentang simfoni pembunuh itu.”
Namja itu mengangkat
bahunya, “Mungkin karena aku sudah hidup lebih lama dari dirimu. Atau mungkin
karena aku hidup di tahun-tahun itu, entahlah. Itu sudah lama Nona.”
“Kau membuatku tertawa,
tak mungkin kau hidup dalam tahun itu, itu sudah lama sekali. Dan kau terlihat
lebih tua sekitar 2 tahun dariku. Aku fikir mungkin kau pernah diceritakan oleh
kakek atau nenekmu. Kalau boleh tau namamu siapa?”
“Young Jin, kau Young
Jin bukan? Kau pasti bertanya dari mana aku mengetahuinya? Nanti kau akan tau
Young Jin.” Namja itu tersenyum. “Aku rasanya harus segera pergi, tapi aku ada
sedikit nasihat untukmu. Sebaiknya kau ikuti kata sahabatmu dan Ummamu Young Jin.
Kadang terlalu penasaran dan ingin tau itu tidak baik.”
Namja itu mendekatkan
wajahnya ke telinga Young Jin. “Menurutku simfoni itu lebih cocok disebut
simfoni hitam. Memikat namun kelam.” Bisik namja itu. Young Jin hanya terduduk
kaku. Menatap kepergian namja itu dalam diam. Young Jin tidak takut sama sekali
dia malah tersenyum. Senyum yang bila dilihat oleh orang yang mengenalnya,
mereka tak akan percaya Young Jin memiliki senyum seperti itu.
^^^^
Young Jin pun kembali
ke rumahnya untuk makan siang. Meminjam beberapa buku dan koran dari
perpustakaan. Dia harus menyelidiki rumah itu dan mencari simfoni pembunuh atau
simfoni hitam itu seperti apa. Andai nenek atau kakeknya masih hidup, dia bisa
menanyakan soal ini pada mereka.
“Simfoni hitam, nama ini
terdengar lebih bagus.” Young Jin tersenyum.
“Berhenti berguman saat
makan Young Jin.” Young Jin hanya
menatap Ummanya sekilas lalu kembali makan. Tak ada minat untuk kembali
bertengkar. Ada yang membisikkan di telinganya bahwa sebentar lagi dia aka terbebas
dari Ummanya dan segala hidupnya yang tak sesuai untuknya.
“Umma, aku ingin
bertanya sesuatu. Apa yang terjadi di tahun 1971. Apa benar ada penculikan oleh
simfoni pembunuh?”
“Pertanyaan apa itu
Young Jin? Kau ini mendapatkan berita seperti itu dari mana? Berhenti membaca
novel fantasi tak guna itu. Kau menghabiskan waktumu membaca hal tak berguna
hingga tengah malam sampai membuatmu membolos hari ini. Kau itu seharusnya-“
“Umma, terima kasih
atas nasihatmu. Aku sudah hafal apa yang akan kau katakan selanjutnya. Aku
sudah hapal Umma.” Young Jin beranjak dari kursinya dan kembali ke kamarnya.
Memang kamar satu-satunya tempat yang menyenangkan di dunia ini.
Young Jin duduk di meja
belajarnya. Begitu mengasikkan duduk di sini karena dia dapat langsung melihat rumah misterius itu. Lebih baik dia
segera mencari nama yang cocok untuk rumah misterius itu.
Young Jin memutar
kembali memorinya saat dia melihat bulan purnama menyinari rumah itu dan
terlihat seorang namja sedang bermain piano. Namja tampan berkulit putih sedang
memainkan alunan nada yang begitu disukainya. Apa rumah itu benar-benar sumber
dari simfoni itu? Dan namja itulah yang memainkan nada-nada itu.
Tapi kalau ialah yang
memainkan simfoni hitam penculik jiwa itu seharusnya umurnya sudah sangat tua.
Atau mungkin namja itu generasi penerusnya. Lalu apa maksud dari penculikan
jiiwa itu?
“Argh!” Young Jin
menenggelamkan wajahnya di atas meja. Pertanyaan-pertanyaan itu mendesak
otaknya untuk segera dicari jawabannya. Ini lebih menantang dan menarik untuk
dipecahkan dari pada memecahkan soal-soal fisika dan matematika yang diajarkan
di sekolahnya.
^^^^
“Sudah aku bilang kau jangan mendekati gadis
itu. Lihatlah tingkahmu yang mendekatinya membuatnya semakin penasaran dan
ingin tau.” Jinki menyeruput lemon tea hangat sambil menatap ke luar jendela.
Menatap gadis yang bernama Young Jin yang kini mungkin sudah tertidur di meja
belajarnya.
“Tapi Young Majesty,
aku hanya ingin bermain-main sedikit dengan gadis itu. Dia begitu ingin tau dan
aku sangat gemas kalau melihat wajahnya yang frustasi namun tak mau menyerah
mencari jawaban atas petanyaan di otaknya. Maafkan aku Young Majesty.”
“Harusnya kau
membuatnya takut dan menjauh, bukannya malah membuatnya tambah penasaran
seperti ini.”
“Aku sudah membuatnya
takut, tapi dia malah menampilkan wajah lebih tertarik padaku. Menunggu setiap
perkataan yang keluar dari bibirku. Bukankah ini bagus Young Majesty, bisa saja
dia-“
“Sudah aku katakan aku
tak akan melakukannya lagi. Sudah cukup bertahun-tahun lalu itu. JAUHKAN DIA
DARI KITA! KAU DENGAR ITU!”
“Baik Young Majesty.
Tapi seperti yang Young Majesty tau kita tak bisa mengubah apapun bila simfoni
itu telah memilih. Saya mohon diri Young Majesty.”
“Aku hanya tak mau dia
menjadi korban. Cukup berakhir pada Eun
Jung. Cukup pada dia saja.”
^^^^
Malam harinya
Young Jin pun mengendap-endap keluar
dari rumah dan menyelinap masuk ke dalam pekarangan rumah Lee itu. Dengan
melihat seekor anjing yang keluar dari rimbunya rerumputan, Young Jin pun
akhirnya tau jalan rahasia untuk bisa
masuk ke dalam rumah keluarga Lee itu.
Young Jin pun berhasil
masuk ke pekarangan rumah. Sebenarnya dia ingin kembali pulang karena rasanya
tak mungkin dia akan bisa masuk sampai
ke dalam rumah. Namun ada sesuatu dalam dirinya yang terus mendorongnya untuk
terus berjalan.
Udara malam ini begitu
dingin. Angin sering berhembus begitu kencang. Membuat daun-daun bergerak
menimbulkan suara-suara bergemerisik. Young Jin memasukkan tangannya ke dalam
saku piyamanya. Harusnya tadi dia memakai jaket.
Young Jin sudah berada
di depan pintu rumah ini, dia ingin kembali pulang. Mengingat bahwa dia tidak
mungkin bisa masuk ke dalam rumah itu. Mengingat dia tak memiliki kunci dan dia
bukan seorang kriminal yang bisa masuk ke rumah orang begitu saja. Andai dia
memiliki keahlian itu.
Namun lagi-lagi karena
dorongan dalam dirinya tangan kanan Young Jin menyentuh knop pintu itu. Saat
kulitnya menyentuh knop pintu yang terasa begitu dingin angin kencang kembali
menerpa. Suara dedaunan yang bergemerisik beradu dengan suara burung yang entah
termasuk spesies apa bersahutan satu
sama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar